Dua Belas

249 65 17
                                    

Taeyong duduk di ranjangnya, dikegelapan malam sambil memegang ponsel, berkali-kali dia berusaha menghubungi kekasihnya, tetapi nomor yang ditelponnya itu tetap tidak aktif. Apakah Lucas masih di rumah sakit, bersama Jungwoo? Kenapa Lucas tidak menghubunginya?

Perasaan sedih bercampur dengan rasa kecewa yang mendalam, diliriknya jam dinding di kamar, sebentar lagi lewat dari jam dua belas malam. Ulang tahunnya akan berakhir, dan Lucas bahkan belum memberikan satupun ucapan selamat ulang tahun kepadanya. Setetes air mata bergulir dari sudut mata Taeyong ketika dia membaringkan tubuhnya ke tempat tidur, meringkuk miring seperti janin dalam kandungan dan memejamkan matanya.

Ia mengerang ketika mendengar ketukan di pintu flat. Kemudian membuka matanya. Ketukan itu terdengar bersemangat dan semakin lama semakin kencang, hingga sampai ke kamarnya. Taeyong terduduk, berusaha mengumpulkan kesadarannya setelah terbangun dari tidur dan mengernyitkan kening, kembali melirik ke arah jam dinding. Masih pukul empat dini hari, siapa gerangan yang bertamu sepagi ini? Dengan hati-hati ia meraih sweater yang tersampir di kursi di sebelah ranjang dan memakainya untuk melapisi gaun tidur, Dia kemudian melangkah ke luar kamarnya, sambil menyalakan lampu-lampu ruangan karena keadaan masih gelap. Ketika sampai di depan pintu, Taeyong tertegun ketika mendengarkan suara itu.

"Taeyong sayang, tolong bukakan pintu. Ini aku Lucas." Tanpa pikir panjang, ia langsung membuka pintunya, jemarinya sedikit gemetar ketika melakukannya. Lucas datang! Pintupun terbuka, dan diambang pintu pria itu memasang wajah sedih dan menyesal. Ia itu tampak kusut, seperti tidak tidur semalaman.

"Maafkan aku sayang." Suara Lucas begitu serak lelaki itu melangkah maju, tampak ragu tetapi kemudian karena tidak ada penolakan dari Taeyong dia langsung bergerak dan merengkuh lelaki mungil itu ke dalam pelukannya yang erat, hingga Taeyong merasa sesak.































***





























Jaehyun duduk termenung di kegelapan, di ruang kerjanya yang luas dan dingin. Matanya hanya tertuju kepada satu titik. Sebuah pigura dengan foto ibunya, disana beliau nampak tersenyum. Senyumnya nampak lebar dan ceria, ketika itu penyakitnya belum sampai merenggut senyum itu dari wajahnya. Dahi Jaehyun mengerut kalau saja waktu itu Siwon memutuskan untuk menolong ibunya, apakah Jaehyun akan menjadi orang yang berbeda?

Seluruh dirinya dipenuhi oleh dendam, kebencian yang mendalam kepada kekuatan terang dan keinginan kuat untuk menghancurkannya. Mungkin kekuatan kegelapan telah mempengaruhinya, dan membuatnya begitu kejam, tetapi Jaehyun masih teringat rasa putus asanya ketika berlutut di depan Siwon memohon kepadanya demi nyawa ibunya hanya untuk diabaikan.

Kekuatan terang bukanlah kekuatan kebaikan, tidak jika Siwon bahkan tega menolak permohonan seorang anak kecil - yang sangat mencintai mamanya - dan putus asa. Ia mengernyit. Tiba-tiba merasa tekanan di dalam dirinya, tekanan yang tidak pernah dirasakannya. sebuah pertanyaan terus berkutat di benaknya, Kenapa Lucas harus memiliki Taeyong sebagai cinta sejatinya?

























***































"Sayangku. Maafkan aku, maafkan aku...." Lucas mengucap kalimat itu berulang-ulang seolah-olah satu kalimat saja tak cukup untuk menebus kesalahannya, "Maafkan aku Taeyong, aku telah membuatmu kecewa." Lelaki itu memeluk Taeyong semakin erat, mengecup rambut dan pelipisnya. pada akhirnya ia tersenyum dan mendongakkan kepalanya, menatap Lucas dengan lembut.

Another 5%Where stories live. Discover now