Sembilan belas

301 72 34
                                    

Lucas begitu terkejut melihat asap membumbung tinggi dan menghitam di bagian belakang rumah sakit. Perhatiannya langsung teralihkan. Dia teringat bahwa ruang rawat untuk menampung pasien-pasien kanker berada di sisi belakang rumah sakit tersebut.Dia berbalik dan berlari menelusuri lorong-lorong rumah sakit, menuju sisi belakang. Dan kemudian ia tertegun.

Seluruh bagian sayap rumah sakit itu sudah terbakar habis, asap hitam membumbung dari lorong, menciptakan hawa panas. Orang-orang berkerumun di depan lorong dengan wajah kebingungan.

"Kami tidak tahu kenapa tiba-tiba ada api, ada delapan belas pasien yang dirawat intensif di bagian kanker ini dan entah kenapa mereka semua bisa terbaring di luar sayap yang terbakar ini, mereka tidak ingat apa yang terjadi seolah-olah mereka dipindahkan dalam sekejap."

"Apakah kau tidak melihat? Api ini aneh. Api itu hanya membakar dan berhenti tepat di ujung lorong, lalu seolah-olah tidak menjalar lagi, seperti ada yang mengatur."

Lucas mengerutkan kening mendengar komentar-komentar panik di sekitarnya. Api ini ada yang mengatur? Pasien-pasien lain tiba-tiba begitu saja ada di luar lorong jauh dari kebakaran?

Ini terasa tidak benar, ini seperti ada yang menggerakkan. Apakah jangan-jangan Jaehyun? Seperti yang dikatakan oleh Marco, Jaehyun sedang menunggu waktu untuk menantangnya. Apakah ini pertanda bahwa perang akan segera dimulai?

Mata Lucas menelusuri seluruh penjuru ruangan tempat pasien-pasien yang selamat secara ajaib itu dipindahkan dengan kursi roda dan beberapa dengan ranjang dorong ke tempat lain yang lebih aman. Pemadam kebakaran sedang dalam perjalanan, dan beberapa orang berusaha meredakan api dengan air dari selang seadanya sambil menunggu pemadam kebakaran tiba.

Suasana tampak hiruk pikuk dan penuh kepanikan, sementara itu ia mencari Jungwoo. Dan tiba-tiba saja jantungnya terasa berdebar ketika melihat bahwa Jungwoo tidak ada di antara pasien-pasien yang selamat itu.Dia langsung menepuk bahu salah satu perawat yang dikenalnya dan mulai panik.

"Anda melihat Jungwoo, suster?" Suster itu mengerjap, tampak juga baru menyadari bahwa Jungwoo tidak ada di antara mereka, terlihat jelas dari matanya bahwa ia ketakutan.

"Aku dari tadi tidak melihat tuan Kim." Matanya memandang ke arah api yang membumbung tinggi dengan asap hitam menggumpal di lorong. "Apakah ia masih ada di dalam?"

Lucas seketika itu juga langsung melompat dan menerjang ke arah lorong yang terbakar itu. Suster dan beberapa orang berteriak memperingatinya, mengatakan bahwa api itu terlalu besar untuk ditembus. Tentu saja, mereka tidak tahu bahwa Lucas punya kekuatan.

Begitu ia memasuki api dan asap yang membakar ruangan. Lucas langsung membuat selubung tebal seperti kabut putih yang melindunginya agar tidak terbakar api, dia juga bisa menarik napas seperti biasa tanpa takut kehabisan oksigen. Lucas melesat seperti busur panah yang ditembakkan menuju ke ujung lorong tempat Jungwoo berada.

Ada suara teriakan Jungwoo di sana. Lucas berdiri di depan pintu kamar yang seluruhnya dilahap api. Dari besarnya api yang membakar itu, tampak jelas kalau api itu berasal dari kamar Jungwoo. Lelaki itu masih berteriak-teriak di dalam sana, membuatnya tidak berlama-lama menunggu, dia mengarahkan telapak tangannya pada pintu dan pintu langsung terbuka. Lucas melesat masuk, dan melihat bahwa Jungwoo ada di sana, berteriak-teriak. Api membakar sebagian lengannya dan rambutnya, Jungwoo histeris. Lucas menyentuh tubuh Jungwoo dengan tangannya.

"Jungwoo!" Dia berusaha menenangkan Jungwoo yang histeris dan meronta-ronta hendak menyingkirkan api dari kulitnya, rambutnya sudah terbakar hampir habis, dan bekas api meninggalkan jejak luka bakar menyedihkan di kulitnya yang putih pucat.

Lucas menaruh telapak tangannya di dahi Jungwoo, menyerap kesadarannya agar dia tidak meronta-ronta lagi. Seketika itu juga tubuh Jungwoo lunglai dan ia jatuh pingsan dilengan Lucas.

Another 5%Where stories live. Discover now