Kecemasan Taeyong sampai pada puncak ketika ponselnya pada akhirnya berbunyi. Kekasihnya menelpon.
"Taeyong, sayangku? Maafkan aku, kau ada di mana? Kumohon katakan kau sudah ada di rumah." Tidakkah Lucas ingat bahwa dia menyuruhnya agar menunggu? Bahwa dia berjanji akan menjemputnya sepulang kantor dan itu sudah dua jam yang lalu?
"Lucas, aku—" Ia hendak berkata-kata ketika pria itu menyela.
"Maafkan aku tadi, karena tidak datang. Aku menengok Jungwoo sebelum berencana menjemputmu. Tetapi kemudian ia mengalami serangan dan muntah darah, kondisinya kritis. Sejak tadi aku berusaha menghubungimu tapi ponselku kehilangan sinyal, mungkin karena hujan deras. Maafkan aku, Taeyong. Aku tidak bisa meninggalkan Jungwoo, tidak di kondisinya sekarang. Kau tahu aku pernah mengalaminya. Persis seperti ini, aku tahu rasanya. Jungwoo... dia butuh seseorang." Lucas menelan liurnya "—Maafkan aku, kau sudah di rumah bukan? Jangan katakan kau sedang menungguku."
Kepala Taeyong terasa sakit ketika mendengarkan penjelasannya, semburan rasa kecewa langsung menyakiti hatinya, membuat dadanya terasa sesak. Tetapi dia berusaha membuat suaranya terdengar ceria. Dia kemudian berbohong, "Aku sudah di rumah, Lucas."
"Syukurlah." Suara lelaki itu terdengar lega, "Hujan di luar sangat deras dan angin begitu kencang. Aku mencemaskanmu setengah mati, syukurlah kau sudah di rumah."
Taeyong memandang ke pintu kaca di luar lobi kantornya, hujan turun dengan deras di luar sehingga menutupi malam,angin dan petir bertiup kencang, membuat pohon-pohon bergetar. Jemarinya yang memegang ponsel bergetar menahan perasaan.
"Kau tenang saja, Lucas. Semoga Jungwoo baik-baik saja ya, aku sedang menyeduh teh hangat di sini."
"Maafkan aku Taeyong, maafkan aku.. Sungguh ini bukan rencanaku, aku."
"Lucas tidak apa-apa sungguh. Aku mengerti." Setelah itu Taeyong hanya bergumam menanggapi perkataan Lucas sebelum lelaki itu mengatakan mencintainya dan menutup pembicaraan. Ia masih duduk di sana beberapa menit setelah percakapan itu berlalu. Air mata berlinang mengaliri pipinya, dan sakit pada kepalanya terasa berdentum.
***
Jaehyun sampai di kantor hanya sepersekian detik setelah dia berpakaian. Dia muncul diruangan kantornya, dan bergegas turun melalui lift, bersikap sebiasa mungkin karena dia tahu ada satpam berjaga di depan dan mungkin juga Taeyong di sana yang pasti kaget meihatnya muncul tiba-tiba dari dalam, padahal Jaehyun sudah pulang sejak tadi. Begitu ia keluar dari lift, penjaga keamanan yang berada di pintu langsung berdiri karena kaget. Dia mengira semua orang sudah pulang.
Sementara Jaehyun hanya menganggukkan kepalanya singkat kepadanya, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Dimana Taeyong? Jaehyun mengerutkan keningnya, merasa marah karena kekuatannya tidak mempan terhadap lelaki itu. Hal itu menyebabkannya tidak bisa melacak keberadaan Taeyong.
"Saya pikir anda sudah pulang, sir." Lelaki paruh baya itu menganggukkan kepalanya dengan hormat.
Jaehyun menatapnya dengan tatapan mata tajam. Apakah Lucas sudah menjemput Taeyong pada akhirnya? Tidak. Pengelihatannya jelas-jelas menunjukkan bahwa lelaki itu masih ada di rumah sakit. Dan tidak ada Taeyong di sana.
Jadi dimanakah dia? Apakah dia pulang? Jaehyun sedikit banyak tahu sifat Taeyong, dia itu begitu percaya pada kekasihnya dan pasti akan menunggu selama dia bisa. Lelaki bodoh! Dan astaga kenapa Jaehyun harus repot-repot mengurusi Taeyong? Sambil mengernyitkan keningnya, ia bertanya kepada security itu.
YOU ARE READING
Another 5%
Fantasy정재현 x 이태용 [ Remake from Santhy Agatha ] Bagaimana jika kau bisa mengaktifkan kekuatan otakmu hingga 95% ? Bagaimana jika kau mempunyai kekuatan hampir setara kekuatan Tuhan? Bagaimana jika kehancuran dunia ini ada dalam genggamanmu? Dan bagaimana ji...