Tujuh

297 64 14
                                    

Senyum Jaehyun tampak aneh dan menakutkan ketika menatap nyonya Park dan mempersilahkannya duduk. Dengan gugup, ia duduk di kursi di depan meja besar Jaehyun, sedikit salah tingkah karena lelaki itu menatapnya dengan begitu intens.

"Saya mendengar beberapa rumor akhir-akhir ini." Jaehyun sengaja menggantung kalimatnya, membuat wajah nyonya Park pucat pasi.

"Rumor?" Ia malah balik bertanya, pura-pura tidak mengerti. Meskipun jantungnya berdebar, dan menduga-duga dalam hati apakah dia begitu sial sehingga rumor yang dia sebarkan tentang Jaehyun dan Taeyong bisa sampai ke telinga atasannya langsung?.

"Ya, rumor." Jaehyun tersenyum, meski senyum itu tidak sampai ke matanya.

"Rumor jelek. Gosip tidak menyenangkan yang tersebar di kalangan karyawan, bahwa aku menjalin hubungan khusus dengan Taeyong." Rasa takut menjalar memenuhi hatinya.

"Mmm, aku-aku... belum mendengarnya, benarkah?" Dia mencoba berkelit.

"Pembohong." Jaehyun mendesis, "Apakah kau tidak tahu kalau aku bisa membaca pikiranmu? Bahwa aku bisa mendengar sekarang jantungmu berdebar lebih kencang? Aliran darahmu lebih deras dan kau mulai berkeringat. Itu adalah tanda fisik seorang pembohong."

Nyonya Park menatapnya dengan terkejut dan bingung, Benarkah laki-laki ini bisa melakukan apa yang dikatakannya tadi? Ataukah dia hanya menggertak?. Dan sebelum sempat ia mengatakan apapun, tiba-tiba Jaehyun mendekat, tanpa peringatan dengan tatapan mata tajam. Membuat ia bagaikan mangsa yang terpojok, terpaku di tempat duduknya.

"Aku sudah punya rencana besar, dan kau mengganggu dengan rumor yang kau sebarkan itu." Tiba-tiba saja Jaehyun sudah berdiri tepat di depannya, dan entah kenapa meskipun berusaha, perempuan berumur 40 tahun itu tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Ia itu panik, dan nyala ketakutan semakin terlihat di matanya.

"Tolong! Tolong aku!" Suaranya terhenti ketika Jaehyun menyentuhkan telunjuknya tepat di atas dahinya, membuatnya mengernyit karena rasa panas yang teramat sangat di sana. Lalu rasa panas itu seolah-olah membakar pikirannya, menyedot jiwanya. Nyonya Park masih berusaha mempertahankan diri, tetapi kekuatan itu sangat kuat dan memaksa hingga akhirnya jiwanya yang lemah menyerah, lalu tersedot habis dan semuanya gelap.

Jaehyun menatap sosok dihadapannya yang sekarang duduk dengan mata kosong. Dia melepaskan jarinya dari dahi nyonya Park dan bersedekap puas. "Sekarang kau kembali ke sana, dan kau harus membersihkan namaku dan Taeyong. Kau yang menyebarkan rumor itu, dan kau yang harus menariknya kembali."

"Ya Tuan." Nyonya Park menganggukkan kepalanya, patuh seperti seekor keledai dungu. Jaehyun menatap sosok itu dengan sinis dan mengernyit tidak suka.

"Pergilah." Sama seperti tadi, dengan sikap patuh seperti robot, ia pun pergi dari ruangan itu, meninggalkan pintu tertutup di belakangnya.

Setelah ruangan itu sepi, Jaehyun menoleh ke arah Carlos. Pelayannya itu berdiri di sudut yang gelap, dalam bayang-bayang, mengamati semuanya.


"Kenapa ekspresimu seperti itu, Carlos?" Carlos tergeragap, berpikir untuk menutupi apa yang ada di benaknya, tetapi seketika merasa percuma karena dia tahu bahwa tuannya ini bisa membaca apa yang ada di dalam hatinya kalau lelaki itu mau.

"Saya hanya heran anda tidak membunuh perempuan itu." Jaehyun terasa berbeda. Jaehyun yang dikenalnya selama ini pasti sudah menghancurkan perempuan itu menjadi abu karena membuat rencananya berantakan. Tetapi alih-alih membunuhnya, ia malahan menjadikan perempuan itu sebagai salah satu budaknya.

Apakah memang ada belas kasihan di hati Jaehyun? Ataukah lelaki itu punya rencana lain yang lebih kejam? Jaehyun hanya tersenyum sinis menanggapi perkataan Carlos, lalu mengalihkan perhatiannya kepada berkas-berkas di depannya

Another 5%Where stories live. Discover now