Penghuni Vila (Part 2)

466 18 81
                                    


Pukul dua dini hari, sekumpulan remaja yang terdengar berisik berhenti di pekarangan rumah Miko dengan sebuah mobil sport mewah. Salah satunya terhuyung huyung keluar dari mobil itu dengan mata sayu, di tangannya tergenggam sebuah botol minuman keras.

"Bagaimana cewek itu, sexi kan?" Tanya Ruben dari dalam mobil dengan nada mabuk.

"Boleh lah, aku sangat suka, bilang padanya besok malam kita jalan bersama, oke?" Jawab Miko, disambut tawa oleh teman temannya.

Miko pun melambai saat mobil yang dikemudikan Ruben kian menjauh, ia membalikkan badan menuju pintu rumahnya.

"Mi..... ko......" Suara itu terdengar  halus seakan berbisik di telinganya bersamaan dengan dasau angin dingin berhembus pelan menyentuh kulit tengkuknya. Suara itu kembali terdengar memanggil namanya, Miko berputar memicingkan mata mencari arah suara itu dalam kegelapan malam.

"Siapa...? Jangan main main ya..." Seru Miko kesal, tak ada jawaban, tubuhnya terasa menggigil akibat terpaan angin yang menggerayangi dirinya. Pemuda beralis tebal itu merapatkan jaket lalu masuk ke dalam rumah, belum sempat ia merebahkan tubuhnya suara ketukan pelan terdengar jendela.

"Siapa disana...?" Miko mulai bergidik, kakinya melangkah perlahan ke arah jendela, namun langkahnya terhenti saat lampu tiba tiba mati.

"Shit...!!" Umpatnya, ia menerawang ke dalam gelap, menyingkap gorden jendela dengan perlahan. Kilat menyambar, suara dentuman dari langit mengaung memekakkan telinga berhasil membuat Miko berjengit, kaget.

Ketika dentuman keras itu kembali, cahaya kilat menampakkan sosok wanita berbaju lusuh dengan rambut hitam menjuntai sepanjang tubuhnya. Miko mundur menjauh, ia baru saja akan berlari keluar namun pintu kamar terkunci rapat.

"Bukaaaaa, WOOII, Buka pintunya." Seru Miko ketakutan dengan tangan berusaha menggedor dan menarik gagang pintu, matanya menatap ke belakang, sosok itu tersenyum miring, menampakkan mulutnya yang terbelah, hidung Miko menangkap bau amis darah saat hantu wanita itu kian mendekat, pemuda itu semakin gencar berteriak, namun tak seorang pun yang mendengar.

"Aaaaaa....."

BUUKKK, Miko terpelanting membentur dinding dan terjatuh di lantai, ia mengerjab ngerjab, merasakan sakit yang menjalar pada punggungnya, matanya fokus menatap wanita berwajah seram di hadapannya, di tengah kekalutan Miko, ia lagi lagi di kejutkan dengan kemunculan Arga tepat di belakang hantu wanita itu.

"Arga...." Cicitnya tak percaya, ia segera menyeret tubuhnya mendekati pintu berharap ia bisa menjauh dari mereka.

Dengan langkah pasti Arga mendekati Miko, senyumnya kali ini sangat mengerikan, tatapannya hanya menyiratkan sebuah dendam dan ambisi ingin membunuh.

"A..arga, apa yang akan kamu lakukan? Kamu sudah gila, hah?" Ucap Miko di sela keputus asaannya.

"Kamu harus tau, tidak ada yang bisa menghentikan ku sekarang, bahkan Tuhan sekalipun." Arga menarik pisau dari dalam bajunya lalu menempelkan pisau itu di wajah Miko.

"Kamu pasti tau benda ini kan? Biar ku beri tau, pisau inilah yang akan mengantarkan mu ke neraka." Arga menekan pisau itu menariknya perlahan hingga ke batang leher Miko, pemuda itu sesunggukan meminta pengampunan dari Arga, ia tau bahwa ia telah menyakiti pria itu dan tengah membalas dendam padanya.

"Ma..maaf, aku minta ma..." Suara Miko menghilang saat pisau itu tertancap di tenggorokannya membentuk sebuah lubang mengerikan di sana, sedangkan matanya terbelalak meregang nyawa.
***

Keesokan harinya, sekolah di gegerkan dengan penemuan mayat tergantung setengah tiang di tiang bendera, luka luka di sekujur tubuhnya membiru dan juga terdapat luka menganga di bagian lehernya. Arga berjingkrak dalam hati, menyaksikan kehebohan hari ini seakan satu beban yang dipikulnya menguap entah kemana.

Hanya Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang