Ternyata memang cuma butuh waktu untuk menenangkan diri agar Lena kembali seperti biasa. Walau tak serta merta membuat perasaannya jadi membaik, tapi setidaknya ia sudah bisa tertawa menyaksikan acara TV."Ya ampun, Len, lo ketawa apa gila? Heboh amat." Ira yang baru saja datang dari kampus langsung ngoceh dan duduk di samping sobatnya.
"Habis filmnya lucu sih. Tuh liat, mukanya sampe item kayak Dakocan, hahaha."Tidak sadar Ira hanya menatapnya dengan tampang datar, Lena terus mengomentari film yang disaksikannya di selingi derai tawa.
"Kemarin lo kenapa cepet banget pulangnya?" tanya Ira akhirnya.
"Gue bosen, jadi gue cabut aja duluan."
"Tau nggak, kemarin ada yang nyariin lo."
"Siapa?" Lena masih fokus ke TV.
"Tebak dulu."
Lena berdesis kesal.Tebak-tebakan ini menurutnya tidak penting. Meski begitu ia tetap saja meladeni perkataan Ira.
"Mm, Boby?""Bukan."
"Boby."
"Len, lo udah nyebutin itu tadi"
Lena terkikik. Sekalian aja dia ngerjain Ira.
"Yayang?"
Ira masih menggeleng.
"Gue nyerah. Pikiran gue lagi nggak bisa diajakin mikir."
"Ya udah deh." Ira menghembuskan napas panjang sebelum lanjut ngomong,
"Sebenarnya yang nyariin lo kemarin itu Diyo," kata Ira santai, berbanding terbalik dengan Lena yang sontak membulatkan mata."HAH! Di-Diyo!"
"Iya, Diyo, Diyo Aryatama." Ulang Ira tetap santai.
"Kemarin Diyo datang?"
"Huff, lo budek atau kesambet sih. Gue bilang iya ya iya."
"Terus?"
"Terus dia nitip alamat email, nomor HP sama facebook ke gue buat dikasih sama lo. Temen-temen yang lain juga dapat kok." Ira sambil menyerahkan selembar kertas.
Lena segera mengambilnya dari tangan Ira.
"Lo deket ya sama Diyo?"
"Ya gitu deh. Dulu kita pernah beberapa kali kebagian tugas kelompok, mungkin dari situ gue sama dia jadi lumayan akrab."
"Lo beruntung banget."
"Kenapa?"
"Soalnya dia cakep, lebih cakep dari Pasha."
"Pasha Nugraha maksud lo?" ledek Lena.
"Ih, apaan sih." Ira jadi merinding sementara Lena terkekeh.
***
Karena sudah menutup warung sejam yang lalu, Lena kini mendekam dikamarnya dan sibuk menjelajahi akun facebook milik Diyo sambil cengengesan.
Seperti yang Ira katakan padanya, Diyo memang cakep. Dan satu lagi fakta yang ia tahu, dia juga lumayan narsis. Hampir setiap hari cowok itu memposting foto kesehariannya, entah dia sedang mengambil foto saat di kampus, kafe, restoran, bahkan di puncak gunung. Lena sendiri paling suka potret Diyo ketika lagi santai-santai di taman belakang rumahnya, sama waktu di kolam renang yang hanya memakai celana pendek.
Lena menekan tombol like untuk semua postingan Diyo. Tak diguga setelah itu sebuah chat masuk ke inboxnya. Begitu melihat chat itu dari Diyo, Lena jadi kegirangan dan melompat-lompat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Kumpulan Cerpen
Historia CortaHanya kumpulan cerpen. Follow sebelum baca. *** peringatan....!! Di dalamnya ada pertumpahan darah juga, bagi yang di bawah umur, tolong bijaklah dalam memilih bacaan. Bacaan ini hanya diperuntukkan bagi pembaca 17+ Terima kasih atas pengertiannya.