Bermain Arwah (Part 2) Tamat

215 6 0
                                    


Yuna menghempaskan benda seram itu di atas meja. Citra duduk tegang dan tampak merasa bersalah.

"Sekarang jelasin kenapa kamu sampai berurusan dengan benda horor kayak gini?"

Citra menjawab takut-takut,
"Maaf, Kak. Soal itu aku cuma pengen seneng-seneng aja bareng temen-temen."

Yuna menggeleng tak habis pikir. Ia diam sejenak, "Apa kalian nggak mikir? Kalian telah memanggil mereka!  Aku nggak tau mereka ada berapa, yang jelas roh itu nggak datang sendiri."

Apa? Aku kira permainan itu gagal. Citra membatin. Ia jelas syok.

"Ya, sudah. Sekarang kamu masuk ke kamar. Kakak akan mencari cara terbaik untuk memecahkan masalah ini."

Citra menundukkan kepala. Bibirnya hendak bergerak ingin mengucapkan sesuatu, tapi Yuna sudah berjalan pergi seperti sengaja meninggalkan Citra karena tahu ucapan itu hanya berupa kata 'maaf' yang langsung membuatnya kehilangan minat.

Citra menyeret kakinya dengan malas. Ia membuka pintu kamar, akan tetapi ia tiba-tiba jatuh tersungkur ketika matanya reflek menangkap sekelebat bayangan putih yang ia kira akan menabraknya.

Gadis itu menoleh ke belakang. Nyaris saja tubuhnya berguling di tangga. Ia menghela napas lega. Pandangannya beralih pada kamarnya. Perlahan ia bangkit kemudian memberanikan diri untuk masuk.

Seperti hanya halusinasi, kondisi kamarnya terlihat baik-baik saja. Ia mengitari ruangan pribadinya itu memastikan yang barusan terjadi bukan pengaruh kata-kata Yuna yang menjadi sugesti di dalam pikirannya.

Citra menaruh tas di atas tempat tidur. Langkahnya berhenti di situ. Ia berdiri mematung. Perasaannya berubah tidak enak.

Kayak ada yang merhatiin aku dari belakang.

Matanya melirik ke samping. Pikirannya berkecamuk melihat sosok bayangan. Namun wujudnya tak berbentuk utuh sebagai manusia. Jantungnya mulai berdegup cepat.

"Main, yuk!" ajak pemilik suara tersebut. Citra membalikkan badan.

"Main yuk, Kak."

"Ayo main," Sosok mengerikan itu mengucapkan perkataannya berulang-ulang dengan mulut penuh darah mengalir dari sana.

Syok, Citra jatuh tak sadarkan diri.

Yuna buru-buru naik ke lantai dua. Entah bagaimana hatinya begitu cemas. Ketika sedang berpikir keras, tiba-tiba saja terselip bayangan adiknya. Lalu firasatnya mengatakan Citra dalam bahaya.

Ketika sampai di tempat tujuannya, Yuna terkejut melihat tubuh Citra terkulai di lantai. Sedetik kemudian wajahnya berubah pucat saat menatap seringaian mahluk mengerikan itu di hadapannya. Mahluk tersebut menjadi asap tipis sebelum akhirnya menghilang.

Yuna segera berlari menghampiri Citra, berusaha menyadarkannya. Namun tidak ada respon sama sekali.

Tangannya menggenggam jemari Citra.
"Cit! Citra bangun, Cit ...." Air matanya tak dapat lagi dibendung. Yuna menangis. Ia memeluk erat tubuh Citra yang lemas. Ia sangat takut kehilangan.

Di dunia ini hanya tinggal mereka yang saling memiliki satu sama lain.
Di sela tangisannya, terdengar suara serak dari mulut Citra, membuat kepala Yuna yang tertunduk sedikit terangkat.

"Maaf, kak ...." ucapnya terputus-putus.  Pelan-pelan gadis itu mulai membuka mata. Ia telah siuman. Yuna mengangguk tak sanggup mengucapkan apa pun. Ia terus terisak walau rasa sedihnya telah berubah jadi tangis bahagia. Yuna sangat khawatir bila sampai terjadi sesuatu pada Citra. Ia tak ingin jika ada hal buruk menimpanya. Sekarang hanya dia satu-satunya keluarga yang ia punya. Dan ia sudah bertekad untuk menjaganya.

Hanya Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang