Kabut Kematian (part 2)

1K 30 112
                                    

Perhatian...!
Mengandung kekerasan dan pertumpahan darah, cerita ini hanya untuk pembaca 17+. Jadi mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih.



Flo baru saja terbangun dari pingsannya, tengkuknya terasa perih, ia meringis kesakitan. Kedua tangan dan kakinya terikat dengan sangat kuat, gadis itu berusaha meronta sekuat tenaga, namun sia sia, kali ini ia benar benar berada dalam masalah besar.

Tuhan, selamatkan aku... flo memejamkan matanya erat erat, berharap saat ia membuka mata, dia akan berada bersama teman teman yang lain, tetapi tidak ada yang berbeda, Flo masih di situ, tersudut menunggu mati.

Flo mengedarkan pandangannya, di sudut kiri rantai rantai baja bergelantungan penuh karat, percikan darah banyak terdapat di lantai dan dinding rumah itu, memberi kesan horor tersendiri bagi Flo, lalu apakah Flo juga akan dibantai di sini? Flo menangis sesunggukan, tidak mempercayai nasib malangnya.

Suara tubuh terseret terdengar samar di kuping Flo, dia mulai menerka nerka siapa di balik pintu itu. Benar saja seorang dengan memakai kain hitam yang menutupi wajahnya menyeret lelaki telanjang dada masuk je dalam ruang penyekapan, lelaki itu kemudian diikat pada rantai baja di sudut ruangan dan kakinya dibiarkan tidak menyentuh lantai.

"Saiko...!!" Jerit Flo.

Clara sontak menoleh tajam, dia membuka kupluk yang menurupi wajahnya, raut wajah keras terpampang di mata Flo.

Dia seorang wanita? Bisik Flo tak percaya.

"Aku Cla, Clara. Selamat datang di rumah impian ku, kamu sangat beruntung bisa berada di sini." Clara merentangkan tangan ke atas seolah menunjukkan bahwa saat ini dia sangat bahagia.

Flo meludah, kasar. "Aku tidak peduli siapa kamu..!!"

"Bukankah selama ini kamu mencari ku, kenapa sekarang kamu tidak peduli?" Suaranya terdengar renyah sarat akan kebencian.

"Kamu sudah tau di mana aku berada, kenapa kamu tidak menagkap ku?" Clara tertawa lepas.

"Aku lupa, tangan dan kaki mu terikat ya?" Clara meledek Flo yang kini tampak takut.

"Lepaskan aku TENGIK..!!" Flo meronta tak karuan.

"Kamu ingin aku melepaskan mu? Tidak akan, tapi... karena kamu tamu istimewa ku, aku akan menceritakan kenapa aku melakukan pembunuhan ini, tentu detektif seperti mu ingin tau bukan? Anggap saja ini sebagai hadiah atas kematian mu."

Flo terdiam.

"Aku dendam dan iri pada semua orang di desa ini, mereka begitu kaya dan bahagia sedangkan aku dan keluarga ku sebaliknya, saat itu ibu ku sakit keras dan perlu biaya untuk berobat tapi aku tidak memiliki uang sepeser pun, akhirnya aku memberanikan diri dan menyingkirkan rasa malu ku untuk meminta pinjaman, tapi mereka semua menolak, mereka takut uang yang ku pinjam tidak dapat ku kembalikan, sampai suatu malam ibu ku sekarat dan sudah tidak tertolong dan sejak malam itu aku bersumpah akan membunuh semua orang di desa ini, termaksud orang yang berani menghalangi rencana ku dan itu berarti kamu juga harus mati..!!"

"Kalau kamu ingin membunuh ku, kenao tidak kamu lakukan sekarang?" Ada getar ketakutan yang serapi mungkin ia tutupi, namun sepertinya Clara tau akan hal itu, Clara tersenyum menyeringai menampakkan deretan giginya yang rapi.

"Kamu tidak perlu menyembunyikan ketakutan mu, aku tau itu, dan satu hal lagi, manusia ceroboh seperti mu tidak akan pernah bisa keluar dari sini dalam keadaan hidup, kamu mengerti?" Clars tertawa mengejek, menumbuhkan rasa gelisah di hati Flo, menyentuh titik terdalam perasaannya.

Rendy, Joe... aku di sini, aku yakin kalian pasti mencari ku. Bisik Flo lirih.
***

"Flooooo...!!"

Titik titik air hujan mengguyur bumi Sawagami semakin deras, gemuruh petir terdengar sambung menyambung, menambah sulitnya pencarian, namun demikian pencarian tetap dilanjutkan dengan memasuki hutan lebih dalam. Joe sesekali menyingkirkan semak belukar dan tanaman berduri yang menghalangi jalannya dengan peralatan seadanya, Rendy mengikuti dari belakang sekaligus memperhatikan ke sekeliling dan waspada akan adanya bahaya, sedangkan team kepolisian mencari dari arah yang sama, namun berbeda lokasi.

Rendy merasa ada yang mengawasi dari belakang, dia menoleh namun tak ada sesuatu, Rendy lebih menajamkan penglihatan, cahaya senter diarahkan pada satu tempat dan dia menemukannya.

"Joe, itu dia..!!" Rendy berniat menerjangnya, namun dihalangi oleh Joe.

"Kenapa?" Kali ini Rendy benar benar tidak bisa menahan diri.

"Bisa jadi itu hanya jebakan, aku minta jangan gegabah."

"Aku yakin, Flo disekap orang itu, kalau kamu tidak ingin ikut dengan ku, terserah..!!" Rendy akhirnya berlari mengikuti sosok itu.

"Rendy, kamu jangan bodoh, itu hanya jebakan... RENDY...!!" Joe berusaha mengejar Rendy, tetapi karena situasi medan yang sangat buruk, Joe akhirnya ketinggalan sangat jauh.

"Rendy... di mana kamu..?!" Tak ada jawaban, hanya suara gemericik air yang terdengar.
***

Di sisi lain Rendy masih mengejar dan sesekali meneriaki orang tersebut agar berhenti, ia tak peduli dengan bahaya yang mengancam, pikirannya hanya tertuju pada keselamatan Flo, dia tidak memikirkan yang lain termaksud keselamatan dirinya sendiri, kini tak ada lagi yang saling menjaga satu sama lain.

"Hostt... hostt... hostt..." Rendy berhenti untuk mengatur napas, dia memegang kedua lututnya dengan posisi membungkuk, namun tiba tiba dari arah belakang seseorang telah menghantam kepalanya, Rendy terjatuh, belum sempat ia menoleh, sebuah pukulan telak mengenai pelipisnya, lagi dan lagi.

Dia terkulai lemas dan terluka parah, ia merasa tubuhnya diseret ke tempat yang dingin dan terasa lembab, tetapi ia tak mampu untuk bangkit, membuka mata saja ia sudah tidak sanggup, Rendy baru menyadari bahwa inilah yang dikhawatirkan oleh Joe jika mereka tidak bersama.

Bagaimana aku bisa menyelamatkan Flo, kalau saat ini aku tidak bisa berbuat apa apa. Lirih Rendy dalam hati.

Sayup sayup terdengar suara yang memanggil namanya, seperti histeris dan terisak isak, ia mengenali suara itu, hatinya bergetar hebat setelah menyadari Flo ada bersamanya, di pelupuk matanya tergenang air mata yang tak sanggup lagi ia tutupi, Rendy merasa hidupnya tak akan lama lagi, dia lalu menggumamkan kata cinta untuk Flo, dia takut tidak akan pernah mengatakannya setelah ini.

"Aku mohon bertahanlah Rendy, aku...." kata Flo terbata bata, Clara tersenyum licik menyaksikan adegan ini, jemarinya menarik samurai kemudian menebas leher Rendy tanpa ragu, kepala pria itu dibiarkan menggelinding di hadapan Flo, Flo memekik memanggil nama Rendy, hanya air mata yang mampu menjelaskan perasaannya sekarang. Clara kini mengayinkan samurainya pada Flo, namun Joe datang tepat waktu.

Kini Joe dan Clara adu ketangkasan dalam beladiri, Joe dengan telak memukul hidung Clara, hingga darah segar pun mengucur di bagian hidungnya. Ini membuat Clara bertambah geram, dengan lihai ia menghunuskan samurai itu ke perut Joe, tak cukup puas Clara menusuknya lagi kemudian membotong tubuh lelaki itu tanpa ampun, bersamaan dengan itu suara tembakan terdengar memecah kesunyian di malam itu, Clara terjatuh dengan dua peluru bersarang tepat di kepalanya. Team polisi dengan sigap membuka tali pengikat di tangan dan kaki Flo yang sudah tak sadarkan diri, Flo selamat walau ia harus kehilangan ke dua sahabat yang dicintainya.
***

Dokter membuka pintu diikuti dua suster di belakangnya. Seorang pasien wanita bernama Flo Zalianty menjadi pasiennya dua tahun belakangan, Flo kini tak berbaring, namun sedang duduk dengan memeluk ke dua lutut, wajahnya tampak kaku sedangkan pandangannya lurus ke depan, dia tampak tak berhenti mengatakan sesuatu, namun tak ada suara. Kejadian dua tahun lalu yang menewaskan Joe dan Rendy secars mengenaskan membuat kejiwaannya terganggu, detik detik kematian mereka masih terekam jelas dalam ingatannya, hingga memberi bekas yang mungkin tak akan hilang.

Wanita itu, Flo. Kini menghabiskan masanya di dalam rumah sakit jiwa.



                        Tamat


Selamat membaca gaees
Maaf kalau ada typo
Sampai berjumpa lagi
See you gays.....😉😉

Hanya Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang