Tidak berbeda dengan sebelumnya, hari ini selalu menjadi hari yang menyenangkan, bagi pasangan yang baru saja merayakan hari jadi yang ke satu.
Bukan tahun tapi bulan.
Mungkin bagi khalayak, hal seperti itu sudah biasa untuk dilakukan.
Tapi tidak untuk mereka, yang selalu menghabiskan waktu bersama.Meskipun terkadang pertengkaran setia mendampingi perjalanan Ali dan Prilly.
Namun apapun itu, cinta tetaplah cinta.
Hanya Tuhan dan mereka yang dapat mengubahnya.Ali berjalan santai dikoridor sekolah.
Sengaja memutar demi melewati kelas prilly.
Dia sengaja keluar kelas, karena suasana yang membosankan jika tidak ada pelajaran.Ia tersenyum saat melihat Gadisnya, sedang serius mengikuti kegiatan kelas.
Diraihnya benda pipih yang ada disakunya.
Memainkan jarinya diatas benda itu."Srius amat buk"
Satu notif pesan dibaca prilly.
Dia tersenyum mendapati Ali tengah menyembunyikan diri dibalik jendela kelas."Iya neh, lagi serius mikirin kamu"
Ali terkekeh kecil saat mendapati balasan yang menurutnya sedikit menggombal.
"Sama, aku juga mikirin kamu makannya aku keluar kelas"
"Gombal"
"Hah, kalo aku gombal terus tadi kamu apa?
"Udah ah, aku ada kuis neh"
"Iya udah, kamu yang bener ya ngerjainnya jangan inget aku mulu"
Ali kembali terkekeh melihat Prilly yang sengaja hanya membaca tanpa membalas pesan darinya.
***
"Vin, loe tau gak anak baru yang katanya deket sama Ali"
Mata Alvin tertuju pada wajah lelaki didepannya.
"Ngapain lo nanyak-nanyak soal Prilly""Oh, jadi namanya Prilly...cantik"
Alvin mulai curiga dengan apa yang dikatakan Rendra.
"Jangan bilang lo mau deketin dia, semua orang disekolah ini udah pada tau, kalo Ali sukak sama Prilly. Termasuk lo..."
Alvin mulai terpancing dengan senyum sinis Rendra.
Berbeda dengan penghuni kantin, yang seolah sudah terbisa mendengar perselisihan mereka berdua.
"Vin, gue gak bilang kalo gue suka sama tu cewek, itu hanya persepsi lo.
Lagian yang punya perasaan suka itu si Ali, belum tentu si prilly juga suka sama dia"Bukkkk......
Rendra tersungkur, menyadari ada yang perih disudut bibirnya.
Darah.
Ada yang sengaja memukul wajahnya.
"Jangan pernah lo deketin dia, karna dia milik gue"Suasana kantin berubah menjadi panas, sejak kedatangan Ali, yang tiba-tiba menghantam wajah mulus Rendra.
Ini kali pertama, seorang Ali yang dengan sengaja memukul sahabatnya, hanya karena seorang perempuan.
"Gue pasang 50, gue milih si Rendra" Kata Roy mulai menyaksikan acara adu jotos sahabatnya.
"Loe udah gila apa?! Ya udah gue pasang 20, gue yakin si Rendra pasti kalah"
Roy menjitak kepala Alvin."Bangkek lo, lo bilang gue gila ehh malah ikutan juga"
"Jadi gak neh, yaudah kalo gak jadi"
Alvin bermaksud memasukkan lembaran uangnya ke dalam saku."Yeee...si tuyul ngambek, udah cepetan nyet...mana duit lo!!"
Alvin dan Roy kembali melihat adegan perang didepan mereka.
Ada hiburan tersendiri melihat dua sahabatnya yang sering berselisih paham, dan berakhir dengan perkelahian.Ali menarik kerah seragam Rendra kasar,
"Gue gak bakal biarin lo deketin dia"Perkelahian mereka tetap berlanjut.
Roy mulai panik "Wah kacau!!! Vin, kok loe bengong sih cepetan pisahin tuh mereka!!"
Alvin dengan cepat melerai perkelahian keduanya.
"Li, udah Li, inget dia sahabat kita""Apa lo bilang?!! Sahabat!"
Ali mulai emosi lagi "Lo gak sadar dia ngomong apa tadi!!!, dia suka sama Prilly Vin."
"Apa itu pantes dibilang sahabat, yang bisanya nikung temennya sendiri dari belakang, hah!!!"
Rendra menoleh sambil mengusap ujung bibirnya yang luka.
"Sih, sejak kapan lo peduli sama urusan gue.
Loe bukan siapanya dia, jadi lo gak punya hak ngelarang gue buat deketin dia"Bukkk....
Teriakan histeris mewarnai seisi kantin, berbeda dengan siswa laki-laki yang sengaja mengabadikan dengan ponsel mereka.
Seakan tidak bisa melewatkan kejadian langka, yang menurut mereka ini pertama kalinya Ali dan Rendra berkelahi hanya karena seorang gadis.
Satu lagi pukulan mendarat tepat diwajah Rendra, namun dengam cepat ditepis olehnya.
"Lo bisa pukul gue sepuas hati lo, tapi jangan harap gue bakalan takut dengan ancaman lo"
Rendra mundur satu langkah, namun mata tajamnya tetap mengarah pada sosok sahabat didepannya.
"Gue gak bakalan nyerah, mulai sekarang kita bersaing dengan cara lo dan cara gue sendiri.
Sekalipun persahabatan kita jadi taruhannya"Rendra perlahan mundur sambil sesekali meludah didepan Ali.
Ali terdiam, dia menyadari Rendra kali ini tidak main-main dengan ucapannya.Dia harus tahu, kalau Rendra tidak jauh berbeda dengan dirinya. Yang tidak akan menyerah sekali ingin mendapatkan sesuatu.
Ditatapnya Rendra yang pergi menjauh diikuti oleh Roy "Loe gak bakalan menang dari gue" Lirih Ali
"Ali__"
***
Hai....ini masih percobaan.
Tetap stay di lapak saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Love
Fanfiction"Kenapa gak bilang" Suara itu semakin lirih disetiap katanya. Prilly tak kuasa. tangisannya tumpah di dada Ali. Membuat Ali perlahan memeluk gadis itu dengan salah satu tangannya. Mencoba menenangkan meskipun dirinya perlu di tenangkan. "Maaf" Satu...