Bahagia itu....saat melihat orang yang kita suka putus sama pacarnya, kata Royan wkwkwk
___Royan menghentikan mobil yang ditumpangi Prilly, dengan tiba-tiba mencegatnya dengan motor yang ia kendarai.
Prilly yang menyadari kehadiran Roy, segera turun dan menghampiri senior yang selalu berbuat ulah itu."Kak, Royan?"
Royan melepas helm full facenya, cengiran khas anak itu membuat Prilly mengernyitkan dahi.
"Gue disuruh jemput lo"
"Siapa?"
"Iya elo lah"
"Maksud aku, siapa yang nyuruh kaka?"
"Rendra, dia yang nyuruh gue"
Prilly masih terdiam tidak mengerti, mengingat bahwa seharusnya Ali lah yang menjemput dirinya.
"Ali gak bisa jemput lo, dia ada urusan sama kakek kalo lo pengen tau"
Ucapan Royan seolah menjawab semua pertanyaan dibenak Prilly.
Gadis itu bernafas lega. Setidaknya apa yang dia pikirkan sedari tadi tidaklah benar.
"Ta_tapi kenapa? Kenapa harus kak Rendra yang nyuruh kaka buat jemput aku, kenapa bukan kak Ali. Sesibuk itukah dia?"Roy menghela napas pelan, dia tidak tega melihat keluhan gadis bawel didepannya.
"Lo tau kan kakek orangnya gimana? Mungkin Ali gak sempet ngabarin lo. Makannya Rendra yang nyuruh gue buat jemput lo"
"Tapi aku bareng supir"
"Ea udah sih, suruh pulang tu supir lo, mending lo bareng cogan kek gue, jarang-jarang kan lo bareng cowok keren-sekeren gue"
Prilky terkekek "Iya udah aku ambil tas dulu, aku bareng kaka aja"
Royan tersenyum lebar, akhirnya ia bisa mengatasi satu masalah.
***
Ali terhunyung kebelakang saat ada yang menarik paksa kemeja miliknya.
Dia tahu siapa itu.
Dengan kasar Rendra menarik Ali ke pinggir pemakaman.
Ali pasrah saja, dia sudah tidak punya tenaga lagi.Bahkan kalau detik ini juga Rendra membunuhnya, dia tidak akan melawan.
Hatinya kembali hancur, mungkin selama ini dia terlihat baik-baik saja. Namun hatinya selalu terluka.
Apalagi saat melihat orang yang baru-baru ini dicintainya, membuat semua kenangan yang telah berlalu kembali hadir.Rendra menghentakkan tangan yang ia gunakan untuk menarik Ali.
Membuat pemuda didepannya menabrak pohon yang menjadi pembatas tempat itu.Ali diam saja atas perlakuan sahabatnya.
Dia mengusap pipi yang masih terdapat bekas air mata. Mencoba menyembunyikan kesedihannya."SEJAK KAPAN LO JADI PENGECUT, HAH!!!
JAWAB GUE!!!"Rendra berteriak seolah emosinya tersalurkan lewat kata-kata.
Dia sangat marah melihat sahabatnya menghadapi semua sendiri."Lo pikir cuma lo yang ngerasa bersalah, kita semua ngerasa bersalah, BUKAN CUMA LO"
Rendra kembali mendorong bahu Ali kasar.Ali masih menunduk mendengarkan Rendra yang menggebu-gebu. Dia juga masih diam saat Rendra mencengkram pakaiannya membuat anak itu sedikit tercekik.
"Lebih baik lo berteriak dan ngajak gue brantem daripada lo diem dan lemah kayak gini!"
Ali menatap mata Rendra yang memerah.
Dia sudah lelah, selama ini dia menanggung penyesalan yang dalam namun tak seorangpun yang mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Love
أدب الهواة"Kenapa gak bilang" Suara itu semakin lirih disetiap katanya. Prilly tak kuasa. tangisannya tumpah di dada Ali. Membuat Ali perlahan memeluk gadis itu dengan salah satu tangannya. Mencoba menenangkan meskipun dirinya perlu di tenangkan. "Maaf" Satu...