Prilly mengetuk-ngetuk sepatunya sambil menunggu angkot tiba.
Biasanya jam segini bus yang sering ia tumpangi sudah ada didepan mata.
Namun, sejak kepulangannya tadi tidak ada satupun kendaraan umum yang melewati kawasan sekolah.Merasa bosan, ponsel yang selalu disaku kirinya ia keluarkan.
Mencari kontak yang sering ia lihat namun selalu urung untuk ia hubungi.Beralih pada menu memory, disana terlihat beberapa foto Ali di galeri ponsel miliknya. Dari yang mulai berpose dengannya, waktu bercanda dengan Roy, sampai candid yang ia ambil diam-diam sewaktu Ali dihukum karena berkelahi dengan Rendra masih Prilly simpan.
Tangannya dengan lincah membuka gambar demi gambar yang sepenuhnya foto Ali.
Sudut bibir Prilly terangkat saat menemukan foto dirinya yang tengah dipeluk erat oleh Ali.
Gambar itu diambil sewaktu dirumah Alvin.Tangan Prilly berhenti ketika menemukan foto Ali yang tengah bersantai diatas motor sportnya.
Tanpa sengaja Prilly mengambil gambar itu dari samping saat Ali tengah menunggunya diparkiran.Beberapa saat kemudian senyumnya memudar, mengingat Ali akhir-akhir ini tidak lagi bersamanya.
Prilly sudah mencari dia kemanapun. Namun tidak menemukan hasil.
Dia pikir Ali akan menemuinya, tapi sampai saat ini hanya terlihat sahabat-sahabatnya saja yang sering Prilly temui."Gue benci sama lo!" Katanya tiba-tiba.
Prilly terlihat berbicara tanpa ada lawan yang nyata."Lo kemana sih gak pernah ngabarin gue"
Prilly masih memandang dan mengomeli foto yang ada dilayar ponselnya.
Seolah dengan begitu Ali dapat mendengar keluh kesahnya saat ini."Lo nyebelin! Tapi lo selalu bikin gue kangen__"
"Sama"
Prilly berkedip dan terdiam saat ada suara selain dirinya.
Dia mulai berfikir bahwa foto itu tengah berbicara padanya.
"Lo bisa ngomong??" Tanyanya polos."Bisa"
Prilly semakin tidak percaya kalau suara tadi berasal dari ponselnya.
"Gue juga kangen sama lo"
Prilly menoleh kesamping saat nada suara tadi menyeruak ditelinganya.
Bertepatan dengan itu dia melihat senyum menyebalkan milik Ali tepat didepan wajahnya."Aaaaahhh"
Prilly berteriak dan melempar ponselnya, membuat Ali tertawa lepas seakan semuanya lucu.Wajah Prilly masih syok, meskipun begitu Ali tetap saja tertawa terpingkal-pingkal.
Melihat wajah kaget Prilly membuatnya tidak berhenti tertawa."Kak Ali??!"
"Haha!!! Mukak lo_hahahaaa"
Tunjuk Ali pada wajah Prilly yang terlihat syok. Lelaki itu tidak bisa untuk tidak tertawa dan terus memegangi perutnya."Lo_"
Prilly tidak percaya ini, Ali tadi mengerjainya."Lo ngerjain gue??!!!"
Ali masih tertawa melihat wajah Prilly, gadis itu sangat memggemaskan jika dalam keadaan marah.
"Lagian ellonya, sih. Mana ada foto bisa ngomong. Lo mau pacaran ama gambar doang, ha? Hahaaa"
"Gak lucu!!!"
Ali berhenti tertawa ketika tiba-tiba Prilly melemparnya dengan sepatu.
"Weyyyy! Gak kenak"
Dengan wajah marah Prilly mengejar Ali sampai ke halaman sekolah.
Tidak puas, Prilly kembali mengambil sepatunya yang tinggal sebelah.
Melempar asal ke arah Ali yang tengah berlari menjauhinya."Rasain tuh! Nyebelin lo!!!"
Mereka terlihat saling kejar-kejaran sampai akhirnya tiba di lapangan basket.
Prilly yang kelelahan berhenti sambil memegang kedua lututnya.
Sungguh, dia benci berlari.
Itu kenapa dia memilih musik daripada bidang olahraga yang menguras tenaga.Ali yang melihat itu menghampiri Prilly cepat.
"Maaf"
Ucapnya lirih sambil mengusap keringat Prilly dengan punggung tangan kirinya."Aku capek"
Tawa Ali hampir meledak lagi saat Prilly dengan cepatnya berubah.
Yang tadinya marah beralih dengan sifat manjanya.
Itulah dia, yang selalu membuat Ali tidak bisa jauh meskipun hanya beberapa saat."Iya udah maaf."
Sekarang Ali menggunakan kedua tangannya mengusap wajah Prilly.
Dia sangat rindu dengan tindakan seperti ini."Sekarang kita pulang yah?"
"Gendong"
Katanya manja.Ali menggeleng, anak itu tersenyum sambil menggigit bibirnya bawahnya.
"Masak aku nyeker, Gendong ya?"
Katanya lagi."Ya udah aku gendong"
Prilly tertawa renyah mendengar Ali menuruti kemauannya.
Ali sedikit membungkuk supaya gadis itu dengan mudah menggapai punggungnya."Yah, udah"
"Bentar_"
"Kenapa?"
"Berat badan lo naik ya?"
"Ih. Sembarangan, enggak kok"
Ali tersenyum sambil terus melangkah, dia sangat senang menggoda gadis itu.Hening.
Ditengah perjalanan, Prilly meletakkan dagunganya dibahu Ali, dengan begitu wajah tampan Ali saat ini sangat jelas jika dilihat dari dekat.
"Kak_?"
"Hem???"
"Gue kangen sama lo" Lirihnya
Ali berhenti sejenak dan beralih melihat wajah Prilly.
Dengan posisi yang seperti ini, dia dapat merasakan nafas Prilly yang mulai teratur."Gue juga kangen sama lo"
Ucapnya sambil tersenyum."Jangan pergi lagi?"
Ali melanjutkan langkahnya, dia tidak punya keberanian untuk mengiyakan permintaan Prilly kali ini.
"Kak?"
"Hem??"
"Jangan ngilang lagi"
Ali membasahi bibirnya dan terus melangkah pelan,
"Karna Lo janji bakal selalu ada dibelakang gue"
Suara Prilly semakin melemah.Kali Ini Ali benar-benar tidak mampu mengeluarkan kata hanya untuk menjawab perkataan gadis itu.
"Dan lo harus tepatin janji lo"
Hati Ali kembali teriris mendengar sebuah permintaan kecil dari sang gadis."Gue_"
Ali menggantungkan kalimatnya, dia mengumpulkan keberanian untuk itu "Gue gak bisa."
Terdengar nada keputusasaan disana.Ali tidak bisa jika nantinya Prilly akan sedih. Mencoba tenang dan menahan tangis dalam hatinya adalah hal tersulit yang pernah Ali alami selama ini.
"Gue gak bisa selalu ada disamping lo, karna gue__"
Bersamaan dengan itu, Ali mendengar nafas Prilly yang sangat teratur. Rupanya gadis itu tengah tertidur.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Love
Fanfic"Kenapa gak bilang" Suara itu semakin lirih disetiap katanya. Prilly tak kuasa. tangisannya tumpah di dada Ali. Membuat Ali perlahan memeluk gadis itu dengan salah satu tangannya. Mencoba menenangkan meskipun dirinya perlu di tenangkan. "Maaf" Satu...