06. Akur

2.3K 173 3
                                    

Ali sedikit berlari menuju parkiran belakang sekolah, dia hafal dimana sahabatnya itu mamarkirkan mobil kesayangannya.

Kesabarannya sempat hilang saat melihat mobil Rendra baru saja terparkir.
Namun dia berhenti saat melihat Rendra turun dan juga balik menatap dirinya.

Ali langsung menghampiri Rendra yang sudah berdiri didepan mobilnya.
Dengan masih menahan emosi dia menghadap Rendra yang memiliki postur tubuh hampir sama dengannya.

Lama mereka terdiam, tanpa ada yang ingin memulai seolah berbicara lewat tatapan mata itu cukup membuat mereka mengerti keadaan keduanya.

"Gue gak lagi bareng cewek lo, kalo lo pengen tau itu"

Ali masih setia menatap Rendra dengan wajah datarnya.memberi ruang kepada sahabatnya untuk berbicara.

"Gue mo minta maaf karna kejadian kemaren, seharusnya kita gak ribut hanya karna satu cewek"

Ali yang mendengar itu tertegun.
Rendra jarang meminta maaf, apalagi kepada dirinya.
Tapi kali ini, setan apa yang merasuki sahabatnya ini pikirnya.

Rendra berhenti menatap Ali, dia menghela nafas lantas duduk di kap mobil miliknya.

"Tadi cewek lo emang bareng gue, tapi dia minta gue turunin dipinggir jalan dekat sekolah. Cuma karna satu alasan.
Dia gak mau kita ribut dan persahabatan kita brantakan"

Ali menghampiri Rendra dan juga duduk di kap mobil itu.
Dia setia mendengar cerita Rendra, meski tadi hatinya sempat panas.

"Gue kesindir denger dia ngomong gitu.
Dia yang hanya orang baru dalam persahabatan kita, sangat peduli sama kita.
Tapi kita, kita sibuk merebutkan seseorang yang kita suka tanpa mikirin dampak dalam pertemanan kita"

"Tadi gue semangat pas denger bokap gue ngomong, tapi saat ini gue sadar persahabatan kita lebih berharga dari cewek lo sekalipun"

"Gue emang suka sama cewek lo, apalagi pas tau kalo dia adiknya syilla. Gue tambah pengen ngejaga dia.
Tapi gue sadar, ada orang yang berhak buat jagain dia. Yaitu ello.
Karna syilla udah nitip dia sama lo"

Ali berkali-kali mengerjap mendengar Rendra yang baru pertama kali berbicara panjang lebar menurutnya.

"Dari mana lo tau?"

Rendra tersenyum saat tidak ada lagi kemarahan dalam diri Ali.
Sahabatnya ini memang keras kepala dan sangat mudah marah.
Namun, Rendra sangat tahu bagaimana cara menghadapi Ali.

"Gue tau dari name tag dia. Dia memakai marga yang sama seperti yang dipakai Syilla.
Lo tau itu, tapi lo gak pernah bilang ke gue"

Ali menunduk menyadari kesalahannya.
"Sorry, gue juga baru tau dia adik Syila saat dia pertama masuk sekolah ini.
Gue nyuruh Alvin buat cari tau soal dia.
Ternyata selama syilla masih hidup, dia tinggal dengan kakek dan neneknya dipuncak.
Makannya diantara kita gak ada yang tau kalau Syila punya adik"

Rendra mengangguk mendengar penjelasan Ali
"Oke, gue bakalan mundur.
Tapi kalau sampai gue liat dia nangis karna lo,
Gue pastikan kalau gue akan ada disana buat ngapus air mata dia"

"Gue seneng kalo ada yang ngejaga dia dari jauh"

"Tapi inget....mungkin hari ini dia jodoh lo.
Tapi suatu saat tidak menutup kemungkinan kalo dia bisa jadi jodoh gue"
Rendra menepuk bangga dadanya
Membuat Ali tertawa dan merangkul leher Rendra dengan membawanya dibawah ketiak.

"Pede lo selalu tinggi"

"Biarin...orang ganteng mah bebas"

Dan mereka kembali tertawa dengan Ali yang tak henti-hentinya menoyor kepala Rendra.

Alvin yang datang dari arah kiri tersenyum saat melihat pemandangan itu didepannya.
Dia pikir akan ada pertumpahan darah.
Namun tidak disangka,
Setelah sekian lama mereka kembali tertawa bersama lagi.

Dari arah kanan Roy muncul dan berhenti dari acara lari maratonnya dengan masih memakai helm dikepalanya.

Persetan dengan motor yang entah dia tinggal dimana.
Keadaan sahabatnya jauh lebih penting.

Dia melepas helmnya dan duduk dengan bersender di salah satu pohon. Mungkin dia sangat lelah.

Dari jauh Royan mengamati kedua sahabatnya yang terlihat saling bercanda dan suara tawa Ali yang paling santer dia dengar.

Alvin dan Royan saling menghampiri setelah Ali dan Rendra pergi dari areal parkir.

"Lo liat gak sih, baru kali ini gue liat mereka akrab kayak dulu lagi" Roy berucap sambil terus menatap keduanya

"Gue juga ngerasa gitu" Alvin menoleh menyadari sesuatu

"Sebenarnya tadi kanapa sih, lo sekarang jelasin ke gue"
Roy tersentak, sepertinya dia masih punya satu masalah lagi

"Aaaa....Gue tadi nyuruh Prilly dan Rendra berangkat bareng, dan Ali tau .kayaknya dia marah banget makannya gue nelvon lo"

"Apa?!!"
Royan yang melihat Alvin akan menjitak kepalanya segera melangkah mundur.

"Sorry Vin...gue lupa" Royan terus mundur menghindar amukan Alvin

"Lo emang begoknya udah over tau gak"
Alvin sedikit berlari mengejar Roy.
Dia kesal, kenapa sahabat yang satu ini terlalu ceroboh.

"Karena kebodohan lo, mreka hampir ribut lagi"

"Vin Vin.....ampun Vin...???!"

Alvin terus mengejar Roy yang selalu menghindar darinya.
Dia harus diberi pelajaran katanya.

***

Flashback_

Suasana didalam mobil Rendra sangat sunyi, kecuali bunyi kendaraan yang berlalu lalang.
Membuat Prilly canggung.
Sebenarnya Rendra bahagia. Pagi ini dia bisa berada lebih dekat dengan orang yang disukainya.

Sebelum ini dia hanya bisa melihat dari jauh.
Mengamati senyun dan juga tingkah Prilly yang membuatnya teringat akan seseorang.

Rendra memicingkan mata saat melihat name tag di seragam yang Prilly kenakan.
Mirip nama seseorang pikirnya.

"Lo gak ada niatan buat ngomong gituh"
Rendra memulai percakapan.

"Eh....aaa ngomong apa ya kak?"

"Ya apa kek, gue berasa supir tau gak. Yang gak diajak ngomong sama majikannya"

Prilly terkekeh mendengar ucapan Rendra.

"Iya deh maap"

Prilly semakin gugup menghadapi Rendra.
"Kak, aku boleh turun disini gak?"

Prilly bertanya saat mobil Rendra berhenti di persimpangan lampu lalu lintas.

Rendra menoleh, dia tidak suka dengan pertanyaan itu.
Menatap Prilly seolah bertanya 'kenapa'

"Kak, aku minta maaf.
Tapi lebih baik aku turun disini, aku gak mau kak Ali salah paham kalo aku bareng kakak.
Aku jugak mau karna aku persahabatan kalian brantakan seperti dikantin kemaren??"

Prilly mencoba berani menatap Rendra langsung.
Dia memang diam, namun Prilly paham, dari sorot mata Rendra terlihat rasa kecewa.

"Aku mohon" Prilly masih menatap mata Rendra
Membuat Rendra tidak tahan untuk tidak berkata iya.
Rendra mengangguk membuat Prilly tersenyum dan lagi-lagi membuat hati Rendra menghangat.

"Thank's ya kak" prilly langsung turun dari mobil Rendra. Berjalan menuju sekolah yang sudah tidak jauh lagi dari tempat itu.
.

Rendra terus melihat Prilly yang semakin jauh.

"Mungkin gue hanya bisa mengamati lo diam-diam.
Tapi gue janji, gue bakal selalu ada buat lo.
Tanpa lo sadari atau enggak"
Perasaan gue gak akan berubah Prill...."

Bersambung....

____

Kenapa patah hati itu sakit???
Karna kamu memandang indah apa itu cinta.

****

Jangan lupa tersenyum....secantik apapun kamu setampan gimanapun kamu kalau tidak pernah senyum sama aja kayak orang jelek.

Sampai jumpa lagi
Babay....

My Senior My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang