Rendra melihat Dinda yang tengah makan diruangan tengah rumahnya.
Gadis itu dengan santai melahap sarapan pagi dimeja yang sering Juna tempati.
Rendra bernafas jengah saat Dinda tersenyum manis ke arahnya.
Gadis itu memang sering kerumah Rendra hanya untuk menumpang makan dan mengganggu Juna abangnya."Ngapain lo!"
Sinis Rendra sambil menarik kursi yang bersebrangan dengan gadis itu."Ishhh, lo gak liat gue lagi makan!"
Rendra berdecak malas "Maksud gue, lo ngapain makan dirumah gue"
"Emang kenapa?"
"Ck, lo bukan orang susah yang harus makan dirumah orang!"
"Lo kenapa pedes banget sih kalo ngomong"
Dinda menghembuskan nafas lesu.
"Mama gak ada dirumah, mbak yang biasa masak juga lagi pulang kampung"
Raut wajah Dinda tiba-tiba berubah mengingat kembali kehidupannya tanpa siapapun.Dia memiliki segalanya, namun kasih sayang yang dia harapkan dari sosok orang tua tidak pernah ia dapatkan.
Rendra melihat wajah Dinda murung.
Anak itu memang terlihat tegar dari luar, namun sebenarnya dia sangat rapuh.
Mungkin itu yang membuat abangnya sangat menyayangi Dinda.
Meskipun anak ini sangatlah menyebalkan menurut Rendra."Oh iya, abang lo mana!" Tanya Dinda antusias.
Rendra tidak mengerti dengan gadis didepannya yang sering berubah, kadang menyebalkan sekaligus menyedihkan.
"Ngapain lo nanyak abang gue, dia gak suka sama lo"
"Makasih, gue tau kok gue cantik"
Rendra bergidik ngeri melihat kerlingan mata Dinda.
Gadis itu memang suka gesrek, apalagi kalau sedang berhadapan dengan seorang Juna.
Meskipun abangnya itu terkenal dingin, namun entah mengapa gadis ini bisa mencairkan hati seorang Juna."Oh iya Ren, gue mau minta maaf soal kemaren. Gara-gara gue Ali kena amukan abang lo"
Dinda menunduk menyesali semuanya."Ngapain lo minta maaf sama gue, noh minta maaf sama Ali"
"Iya, entar gue juga bakalan minta maaf sama dia, tapi lo bantuin gue yah"
Dinda tersenyun sambil menyatukan kedua tangannya bermaksud memohon agar Rendra bisa membantunya."Gak!"
"Ih, bisa gak sih lo gak usah cuek sama gue, gue udah capek ngadepin abang lo yang dinginnya na'udzubillah, ini malah ditambah curut satu"
"Mau yah, please"
"Hem"
Dinda terlonjak gembira, dia terlalu senang.
Rendra dan Juna itu orangnya sangat mudah tersentuh meskipun kelewat dingin.Apapun yang Dinda inginkan selalu Juna kabulkan, dari hal aneh sampai yang dasar.
Terkadang Rendrapun tidak dapat menolak permintaan gadis itu.
Gadis bawel menyebalkan yang tinggal disebrang rumahnya.Gadis yang tidak pernah menyerah mengejar seorang juna.
Gadis yang selalu mengganggunya sejak kecil sampai sekarang.
Meskipun terkadang dia sering menangis.
Namun Rendra tahu, gadis didepannya selalu kuat dan tersenyum kepada siapapun.***
Lagu That Should Be Me milik Justin bieber mengalun pelan dalam mobil Ali.
Sebenarnya itu bukan kaset miliknya. Melainkan punya prilly.
Gadis itu menyarankan Ali untuk menyukai penyanyi favoritenya.
Awalnya Ali sangat benci, mengapa pacarnya sangat menyukai artis yang penuh dengan tato ditubuhnya.
Namun sepertinya Ali harus berdamai dengan apapun yang berhubungan dengan justin demi Prilly.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Love
Hayran Kurgu"Kenapa gak bilang" Suara itu semakin lirih disetiap katanya. Prilly tak kuasa. tangisannya tumpah di dada Ali. Membuat Ali perlahan memeluk gadis itu dengan salah satu tangannya. Mencoba menenangkan meskipun dirinya perlu di tenangkan. "Maaf" Satu...