07. Kakek

2.5K 160 2
                                    

Keadaan sebuah ruangan dengan Air Condisioner yang begitu sangat dingin justru membuat gerah keadaan dua pemuda, yang sedari tadi tengah berperang melawan batinnya sendiri.

Bagaimana tidak, hampir setengah jam mereka berdiri, berharap ini semua cepat berakhir, mereka meyakini akan mendapat masalah besar kali ini.

Seseorang berdiri tegap memunggungi dua pemuda itu, tengah melihat pemandangan sekolah lewan jendela terbuka dalam ruangannya.
Meskipun rambutnya telah memutih namun kharismanya tidak pernah hilang.

Jas hitam dengan kemeja putih tanpa dasi selalu menjadi pakaian kebanggaannya.
Dia melangkah pelan dengan wajah datar, melepas kacamata yang sedari tadi mengganggu penglihatannya.

Siapapun yang melihatnya, pastilah kesan dingin yang mereka katakan, untuk seorang yang bernama Yudha Syarief Mufti.
Begitulah tulisan nama yang bertengger diatas meja dia.

Menghela nafas pelan melihat dua pemuda yang tengah berdiri dihadapannya.
Tanpa berkata dia menghidupkan layar proyektor miliknya. Menampilkan suasana kantin yang ramai karena kegaduhan Ali dan Rendra.
Mereka ribut dengan Ali yang mendominasi perkelahian.

Ali dan Rendra menunduk, mereka menyadari kesalahannya.

"Apa yang kalian ributkan" Yudha bersuara tanpa melihat rekaman video di layar itu, membuat Ali dan Rendra saling melirik.
Berharap salah satu dari mereka mengatakan sesuatu.

"Kakek tau tempat yang pas untuk kalian berkelahi"
Yudha masih berkata dengan terus memainkan globe mini yang menjadi hiasan meja dirinya.

"Kalian bisa tunjukkan kemarahan dan kekuatan kalian disana" Yudha menampilkan gambar ruangan serba putih dengan ring tinju ditengah-tengahnya

Ali dan Rendra menelan ludahnya sendiri, saat melihat layar proyektor yang menampilkan tempat dimana orang tengah bertanding boxing disana.

"Atau kalian_"

"Kek...."
Ali menyela perkataan kakeknya....ia harus mengakhiri ini semua
"Ali minta maaf, itu hanya salah paham"

"Iya kek, sebenarnya itu hanya salah paham" Rendra menimpali pengakuan Ali.
"Kita udah baik-baik aja kok. Iya kan, Li?"
Rendra menyikut lengan Ali pelan

"Eh, iya semuanya udah selesai kok kek, jadi Ali dan Rendra pamit dulu"

"Tunggu!"
Seketika langkah Ali dan Rendra seperti kaku.
Mereka berdua memejamkan mata, Suara Yudha menghentikan Ali dan Rendra yang tengah berbalik ingin segera keluar dari ruangan itu.

Yudha berjalan menghampiri Ali.
Melihat lebih dekat cucu kesayangannya ini.
Memegang kedua pundaknya dengan masih menatap Ali.

"Dengar, semua masalah bisa diselesaikan dengan kita duduk berdua, bicarakan inti dari masalah itu sendiri.
Kakek sudah berkali-kali meminta kamu untuk membuang ego andalan kamu. Tapi sepertinya kamu masih belum bisa.

Yudha beralih menatap Rendra yang masih menunduk seperti Ali.
Mungkin dibawah banyak uang receh kali ya? (Author)

"Dan kamu Rendra, kamu tau kan, kakek juga menyayangi kamu seperti Ali, dan kakek sudah menganggap kamu layaknya cucu kakek.
Berhenti membuat keributan di sekolah kita, atau gadis itu kakek keluarkan dari sekolah ini"

Ali dan Rendra secepat kilat menoleh kepada Yudha, apa maksud dari perkataan kakeknya.

"Kalian bisa keluar"

Mereka saling melirik memberi kode untuk meninggalkan ruangan itu.

***

Oh tuhan...ku cinta dia
Ku sayang dia...
Rindu dia...
Inginkan keisya....

My Senior My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang