Nyanyian burung menemani mentari yang sebentar lagi melepaskan cahayanya ke bantaran bumi.
Bahkan suara jangkrikpun menghilang, menandakan hari sudah pagi.Tiada yang berbeda dari pagi sebelumnya, rutinitas sebagai seorang siswa telah melekat pada mereka yang masih mengecam dunia pendidikan menengah.
Mulai dari membuka mata, memaksakan diri membasuh raga, menyiapkan perlengkapan tempur sekolah, sampai mengisi bagian sensitif mereka dengan sarapan pagi.
Namun tidak bagi Rendra, dia tidak melakukan itu semua pagi ini.
Hatinya seolah menyuruhnya untuk diam, agar tidak ada lagi goresan yang menimpanya.Logikanya berteriak untuk membuat semuanya terlihat biasa saja.
Namun terasa sulit. Dia tidak bisa berpura-pura terlihat seakan tidak terjadi apa-apa, padahal hatinya sedang kacau.Dia duduk di pinggir pembatas balkon rumahnya yang berada di lantai dua.
Melihat matahari terbit
Menghilangkan sejenak jenuh di dalam otaknya.
____"Siapa yang kamu fikirin?"
"Prilly"
Tanpa sadar Rendra berguman, namum masih dapat didengar ayahnya. Rendy tersenyum melihat anak pertamanya yang sedang melamun.Seolah mengerti mengapa anaknya belum siap untuk bersekolah. Ternyata fikirannya telah tersita oleh seorang wanita.
"Eh ayah, ayah tumben ke kamar Rendra"
Rendy menghampiri Rendra dan duduk disamping anaknya."Nama yang bagus, pasti dia punya senyum yang manis"
"Apaan sih yah..."
Rendra kembali salah tingkah."Ada dua hal kalau kamu terlihat salah tingkah.
Saat kamu berbohong sama bunda dan saat kamu sedang memikirkan wanita selain bunda""Yah...come on....Rendra gak lagi mikirin siapapun"
"Listen.....ayah sering berhadapan dengan orang baru, dan ayah bisa sedikit tau apa yang mereka fikirkan saat pertemuan pertama.
Dengan orang lain saja ayah bisa mengerti karakter mereka, kenapa ayah tidak bisa menebak apa yang difikirkan anak ayah, hem?!"Rendra mengulum bibir bawahnya, dia tidak pernah pandai berbohong kalau sudah berhadapan dengan ayahnya.
"Boy....katakan, kenapa dengan gadis itu?"
"Dia sudah punya pacar yah"
Akhirnya Rendra buka suara.
Mungkin bercerita dengan ayahnya akan mengurangi kekacauan yang sedari tadi ia sembunyikan."Terus...?"
"Kok terus sih yaaaahhh...i am seriously"
Rendy terkekeh melihat wajah polos anaknya.
"Kalau kamu memang mau berjuang, tidak ada yang salah dengan status.
Mereka hanya berpacaran belum menikah bukan?"Rendra menoleh sekilas dengan wajah penuh tanda tanya "maksud ayah?"
"Begini jagoan,... selagi mereka belum menikah kamu punya banyak kesempatan untuk mendapatkan hati gadis itu, tunjukkan kalau kamu pantas untuk dia"
"Tapi yah...."
"Ayah mendidik kamu bukan untuk menyerah.
Kalian masih remaja, hal seperti itu memang sudah biasa""Jadi....?"
Rendra bertanya dengan penuh semangat. Seakan masih ada harapan untuknya""Teruslah berjuang, berusaha. Tapi ingat..."
"Harus sportif!!!" Tambah Rendra.
Dia tersenyum tidak lupa memeluk ayahnya.
Semangatnya yang sempat hilang, kini telah kembali lagi"Thank's dad...."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior My Love
Fiksi Penggemar"Kenapa gak bilang" Suara itu semakin lirih disetiap katanya. Prilly tak kuasa. tangisannya tumpah di dada Ali. Membuat Ali perlahan memeluk gadis itu dengan salah satu tangannya. Mencoba menenangkan meskipun dirinya perlu di tenangkan. "Maaf" Satu...