Tale Five

349 51 2
                                    

Tale Five

"Setiap orang memakai topeng untuk menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya. Bukankah kamu juga seperti itu?"

Rachel Anastasya

Entah sudah berapa lama Raka berdiri di sudut ruangan dan mengamati orang-orang yang tampak bahagia berdansa di tengah lantai. Termasuk sahabat-sahabatnya sendiri yang tidak mau ketinggalan bersama istri-istrinya.

"Sialan." Dia mengumpat entah yang sudah keberapa kali.

Raka menoleh ke samping saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Rupanya dia tidak sendirian, di sudut lain, seorang perempuan bergaun putih terus menggerutu. Lama sekali dia memperhatikan perempuan itu hingga akhirnya saat dia melihat gelang yang dipakai perempuan itu, jantungnya seolah berhenti berdetak saat itu juga.

"Menunggu seseorang?" Raka bertanya, tanpa menatap perempuan itu.

Perempuan itu menoleh, terkejut melihat kehadiran Raka. "Maaf?"

"Mau berdansa denganku?" Raka tersenyum, andaikan lampu ruangan tidak remang-remang, mungkin perempuan itu bisa melihat ekspresi tegang dan terkejut di wajah Raka.

"Aku ..." Ada sesuatu yang membuat perempuan itu enggan menolak ajakan Raka. "Maaf, tapi aku nggak bisa berdansa."

Raka menaikan sebelah alis, dia menarik tangan perempuan itu ke lantai dansa. Tidak memedulikan penolakkan yang dilakukan oleh perempuan itu, Raka memegang erat tangannya dan tersenyum saat mereka bergabung bersama orang-orang di lantai dansa.

"Aku mohon," kata Raka. "Berdansa denganku. Aku akan mengajarimu."

Perempuan itu tertegun saat akhirnya bisa melihat mata kelabu milik Raka, teduh dan jernih. Sama seperti mata seseorang yang sangat dia kenal. Mata kelabu yang tidak pernah bisa dia lupakan sampai sekarang.
Dan dia ... tidak bisa menolak ajakan Raka, entah mengapa.

Dengan sabar, Raka mengajari perempuan itu berdansa, tidak mengeluh apalagi menggerutu saat perempuan itu berkali-kali menginjak kakinya. Raka malah tersenyum sangat lebar dengan mata yang terus menatap perempuan itu.

"Gerakanmu semakin baik." Raka tersenyum, hingga mau tidak mau perempuan itu ikut tersenyum.

"Ini pertama kalinya aku berdansa."

Raka tidak pernah bisa berhenti untuk tersenyum, jantungnya berdetak sangat cepat saat melihat senyum perempuan itu, mata cokelat yang menatapnya dengan hangat. Betapa Raka merindukan hal itu. Meski wajah perempuan itu tertutup oleh topeng, namun dia yakin kalau perempuan yang sedang berdansa dengannya sekarang adalah perempuan yang selama ini dia cari.
Andaikan Raka bisa, dia ingin memeluk perempuan itu. Namun dia berusaha menahan keinginannya dan memilih terus menatap mata cokelat yang selalu membuatnya terpesona.

"Kamu datang bersama siapa?"

Perempuan itu terlihat ragu saat menjawab, "Adam. Temanku."

Adam? Raka berpikir, merasa tidak asing dengan nama itu. "Dan dia meninggalkanmu?"

"Nggak juga, dia sedang mengantar ibunya keluar. Kami datang bersama mereka."

Mendadak senyum di wajah Raka pudar saat menyadari kalau Adam yang dimaksud perempuan itu adalah anak dari wanita yang tadi Raka tolong.

"Kamu nggak papa?" tanya perempuan itu saat Raka hanya diam saja.

Raka terkejut lalu tersenyum lebar. "Tentu saja." Dia melirik gelang yang dipakai perempuan itu. "Gelang yang bagus."

Masquerade AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang