Tale Six

322 45 10
                                    

Tale Six

"Aku nggak bisa janji untuk nggak pergi dan tetap bersama kamu selamanya. Tapi aku berjanji, akan menghabiskan sisa waktu yang kupunya bersamamu."

Raka Alexander

Alis Allen spontan terangkat saat melihat Raka sedang berdiri menyandar di dinding toilet karyawan, beberapa orang yang keluar dari toilet tampak memperhatikan Raka dengan sikap takut-takut. Terkejut mungkin melihat atasan mereka tiba-tiba saja berada di depan toilet wanita.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Allen bingung.

Raka melirik Allen sekilas lalu menunduk lagi.

"Semua orang melihatmu, apa kamu nggak risi dilihat banyak orang, dan ..." Allen langsung berhenti ketika Raka mengangkat tangan, memberi kode padanya untuk diam.

"Iya, di sana. Gue sering lihat Adam pergi ke Cafe Garden. Katanya, sih, Adam naksir sama pemilik kafenya," kata seorang wanita di dalam toilet.

"Sama Rachel yang cantik itu? Ahh, pantes saja. Dia memang cantik, pinter lagi. Pasti Adam suka banget sama dia."

"Yaudah, kapan-kapan kita ke sana. Gimana?"

Raka menaikan sebelah alis, tadi saat dia keluar dari ruang meeting tidak sengaja dia mendengar dua wanita sedang membicarakan Cafe Garden yang sering Adam kunjungi. Karena penasaran, dia mengikuti mereka dan mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan.

Dan rupanya benar. Raka tersenyum sangat lebar. Sekarang dia tahu di mana keberadaan Rachel sekarang.

"Begini, kan, lebih mudah," gumam Raka.

Allen mengikuti langkah Raka. "Apa maksudmu?"

Raka tidak menjawab pertanyaan Allen, dia masuk ke dalam lift. Saat di lantai tiga, lift terbuka dan Adam masuk ke dalam. Lelaki itu menelengkan kepala melihat Adam sibuk dengan berkas-berkas di tangannya, sama sekali tidak menyadari kalau dia satu lift dengan atasan tertinggi di perusahaan. Dalam hati Raka tersenyum kecil, jadi Adam ini yang akan menjadi saingannya mendapatkan Rachel.

Raka menilai Adam dari atas sampai bawah, penampilan karyawannya itu cukup menarik perhatian banyak wanita, meski sebenarnya tetap saja lebih menarik dirinya. Tetapi, kenapa dia baru menyadarinya sekarang? Kalau selama ini Adam bekerja di perusahaannya?

Mendadak senyum di wajah Raka melebar. Apakah dia harus mengirim Adam sejauh mungkin dari sini? Itu bisa dia lakukan dengan alasan mutasi. Patut dia coba jika Adam melakukan hal-hal yang membuatnya kesal.

"Setelah ini apa lagi?" tanya Raka setelah Adam keluar dari lift.

"Kurasa, nggak ada lagi pekerjaan untukmu. Kamu bisa pulang jika mau."

Raka langsung melihat jam tangan, baru pukul tiga sore. Masih ada waktu untuk dia menemui Rachel.

"Tapi, Dave sedang menunggumu di kantor, bersama Aidan," imbuh Allen.

Raka baru ingat, kemarin dia memang meminta David datang ke kantornya. Tapi kenapa Aidan juga malah ikut? Perasaan Raka tidak membuat janji dengan lelaki satu itu.

Benar saja, ketika Raka masuk, dia melihat David dan Aidan sedang membicarakan hal-hal yang menurut mereka seru tapi membosankan untuknya. Mereka langsung menyambut Raka begitu dia duduk bersama mereka, sedangkan Allen memilih duduk paling jauh.

"Aku nggak mengundangmu. Kenapa kamu datang?" tanya Raka, menatap Aidan datar.

Aidan memutar bola mata. "Apakah harus ada undangan untuk bisa datang ke sini?" Dia menggeleng. "Sungguh terlalu. Aku hanya ingin mengajukan proposal kerja sama yang kita bicarakan seminggu lalu."

Masquerade AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang