Tale Four
"Aku sedang menghargai waktu, selagi masih ada."
Spongebobs Squarepants
Wajah Raka terlihat kalut ketika berjalan memasuki rumahnya, mengerutkan kening saat melihat seorang lelaki sedang duduk di sofa sambil membaca buku. Sontak saja dia merasa kebingungan dengan kedatangan lelaki itu.
"Tumben datang nggak bilang-bilang."
Nathan mengangkat kepala lalu menutup bukunya. "Bukan kejutan namanya kalau bilang-bilang."
"Minum?"
Nathan menggelengkan kepala, wajah sahabat Raka yang kini menjadi seorang dokter spesialis kanker itu tampak muram.
"Kenapa? Terjadi sesuatu di rumah sakit? Kamu ingin naik jabatan, ya? Aku akan bicara dengan Pak Faruq nanti. Tenang saja."
Nathan menghela napas panjang, mengambil sebuah foto rontgen dari dalam ransel lalu memberikan foto tersebut pada Raka. "Hasil tes dari pemeriksaan yang kamu lakukan seminggu lalu sudah keluar."
Raka segera meraih foto tersebut, mengamati dengan cermat. Meski banyak orang bilang bahwa dirinya jenius, namun dia tetap tidak mengetahui arti foto ini. "Baik atau buruk?"
"Diluar dugaan." Nathan langsung menyahut. "Kami nggak pernah menyangka hal ini akan terjadi, bahkan padaku yang baru saja resmi menjadi dokter spesialis."
Mendadak Raka menjadi waspada, tahu betul karakter sahabatnya yang satu ini. Nathan memang sering bercanda, tetapi bercandanya tahu tempat. Sekarang suasananya tampak serius, yang kemungkinan besar masalah ini juga sangat serius.
"Maksudmu? Jangan membuatku penasaran."
"Kami menemukan penyebabnya; kenapa selalu sakit kepala hingga pingsan, atau tiba-tiba mual. Ada tumor dalam otakmu." Nathan menunjuk gumpalan di foto rontgen. "Neural Crest Stem, disanalah letak kankernya."
Tiba-tiba Raka merasa kepalanya menjadi sangat pening. "Saraf yang menghubungkan sel saraf di otakku? Tumornya di sana?"
Nathan menganggukkan kepala dengan berat. "Glioblastoma, tumor paling ganas dan sulit disembuhkan ..."
Wajah Raka memucat. "Kamu bisa melakukan operasi, bukankah pengobatan sekarang sudah canggih. Penderita kanker lain bisa sembuh setelah operasi. Aku juga bisa menjalani kemoterapi atau radioterapi. Aku bisa mencoba semuanya. Tumor di otakku pasti hilang kalau aku melakukan semua itu."
"Tapi, kasusmu berbeda, Raka." Nathan menyahut pelan. "Kami bisa saja melakukan operasi, tetapi risikonya terlalu besar."
"Kenapa? Aku akan langsung mati begitu?"
"Jika pembuluh darah pecah selama operasi, kamu bisa koma. Selamanya. Sebab itu operasi pun nggak berarti apa-apa. Jika pun operasinya berhasil, kamu hanya akan mampu bertahan hingga dua tahun ke depan."
Tubuh Raka menegang, koma. Selamanya. Ingatannya melayang pada tujuh tahun lalu saat dirinya tersadar dari koma. Tubuhnya kini menggigil, merasa takut. Tidak ingin mengalami koma lagi seperti dahulu. Bagaimana jika dirinya kehilangan semuanya lagi? Sahabatnya? Rencananya.
"Kemoterapi. Aku akan menjalaninya. Aku akan melakukan apa pun asal ..."
Nathan mendesah panjang. "Itu yang paling berat juga, Raka." Lelaki itu tampak frustrasi. "Kemoterapi dan radioterapi mungkin akan memperlambat sel kankernya, tapi bersamaan dengan itu sel-sel normal pun akan ikut mati."
Tidak ada ekspresi apa pun di wajah Raka, mata kelabunya yang biasanya berbinar kini tampak begitu dingin. "Kamu pasti tahu aku nggak suka dengan orang yang suka mempermainkanku seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masquerade Angel
RomanceMasquerade Angel itulah julukannya. Semuanya tak lagi sama seperti dulu. Ketika dirinya harus kembali berhadapan dengan masa lalunya yang kelam. Ketika keadaan menjadi terbalik karena sekarang dirinyalah yang selalu menyakiti orang-orang. Ketika hat...