Tale Fourteen

169 22 0
                                    

Tale Fourteen

"Aku mencintaimu seperti kamu mencintainya. Kuat dan dalam. Tapi sayang, sepertinya cintaku hanya ada untuk disia-siakan."

Love Forecast

Rachel mengernyit lalu tersenyum melihat Adam melambaikan tangan padanya. Penampilan lelaki itu begitu santai hingga rasanya Adam terlihat begitu tampan dengan kedua mata birunya yang bersinar. Meski sebenarnya Rachel sedikit heran karena Adam datang di sore hari, biasaya lelaki itu datang ke kafe di malam hari karena siang harinya Adam harus berkumpul dengan keluarga besar.

"Tumben datang sore-sore. Nggak ada acara lain?"

Adam merengut. "Aku baru saja kabur dari mereka." Dia mendesah. "Mama nanyain kamu. Katanya beliau mau banget kamu ikut kumpul bersama mereka."

Rachel hanya tersenyum kecil, Riana memang beberapa kali meneleponnya agar ikut acara mingguan yang selalu rutin diadakan. Dia selalu menolaknya dengan berbagai alasan, meski alasan utamanya adalah dia tidak ingin teringat pada Raka karena itu selalu membuatnya sedih. Dalam hati Rachel tersenyum, meski sekarang Raka sudah kembali, namun rasanya dia masih segan untuk ikut acara keluarga Alexander itu.

"Maaf, aku ada banyak pekerjaan."

"Tapi, sore ini kamu nggak ada acara, kan? Misalnya pergi keluar sama siapa gitu? Atau ..." Adam mengedikan bahu dan tersenyum.

Rachel berpikir sesaat, dia tidak punya janji dengan siapa pun. "Nggak. Kenapa memang?"

Senyum Adam melebar. "Ikut aku, yuk! Pliss ..."

"Tapi ..."

Tanpa menunggu perkataan Rachel, Adam menarik tangan perempuan itu lantas berseru pada Zetta untuk menjaga toko selama bosnya pergi. Rachel mencoba untuk bertanya: apa yang sedang dilakukan oleh Adam? Sayangnya lelaki itu sama sekali tidak mau menjawab.

Cukup jauh Adam berkendara hingga akhirnya tiba di sebuah tempat cukup ramai. Ada banyak orang serta para pedagang, ketika Rachel tahu ke mana Adam membawanya, perempuan itu langsung turun dari dalam mobil sambil tersenyum takjub.

"Dia itu memang menggemaskan," gumam Adam lantas mengikuti Rachel dari belakang.

"Aku baru tahu kalau di sini lagi ada festival."

"Aku juga tahunya pas Rafael cerita tadi. Karena aku tahu kamu suka bazar, ya sudah aku ajak kamu ke sini." Adam memandang Rachel. "Kamu suka?"

Rachel mengangguk. "Tentu saja aku suka banget."

***

Raka masih tetap berada dalam mobil bersama Allen yang memaksa untuk ikut demi keselamatan Raka. Bagaimana pun juga akhir-akhir ini ada banyak orang yang ingin mencelakai Raka. Lelaki itu mendesah, kedua mata kelabunya tidak pernah lepas dari sosok perempuan yang sudah menyedot semua perhatiannya sejak 11 tahun lalu.

Satu-satunya perempuan yang menganggap Raka apa adanya.

Satu-satunya perempuan yang memandang Raka apa adanya.

Dan, satu-satunya perempuan yang bisa mengerti Raka.

"Kamu nggak keluar?" Allen bertanya, melirik Raka. Bosnya itu hanya duduk diam hingga membuat Allen berpikir kalau Raka sedang cemburu berat melihat Rachel berdekatan dengan Adam.

Padahal Raka sudah memperingati Adam untuk menjauhi Rachel, namun rupanya Adam tidak menurut. Allen jadi penasaran, apa yang akan dilakukan Raka pada Adam sekarang? Apa Raka akan menyakiti Adam?

Tanpa berkata apa pun, Raka keluar dari dalam mobil lantas bergegas menghampiri Rachel. Allen menaikan sebelah alis saat melihat perubahan sikap Raka yang sangat cepat, lelaki itu bersikap seolah bertemu dengan Rachel secara tidak sengaja. Bahkan raut dingin dan datar di wajah Raka mendadak hilang tergantikan dengan senyum sehangat mentari sampai para wanita langsung terpesona.

Masquerade AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang