Tale Twenty

188 28 0
                                    

Tale Twenty

“Dia bukan orang jahat, dia itu cuma rumit.”

Posesif

"Cloe?" Raka berjongkok menatap Cloe bingung. "Cloe, kenapa? Papa sama Mama Cloe mana? Kok, sendirian?" Raka melihat ke sekitar, dia tidak menemukan keberadaan Rafa atau Ana di mana pun.
Cloe terisak di bahu Raka. Raka hanya bisa mengelus punggung Cloe, menenangkan anak kecil itu agar tidak menangis.

"Jangan takut, ada Om." Raka menghapus air mata Cloe. "Cloe kenapa bisa ada di sini sendirian?"

Akhirnya Cloe berhenti menangis. "Tadi Cloe datang bersama Papa ..."

Raka mendengarkan dengan sabar, berulang kali menghapus air mata Cloe.

"Cloe sama Papa jalam sambil pegangan tangan. Terus, ada yang telepon Papa. Kata Papa, Cloe nggak boleh pergi ke mana-mana ..." Cloe kembali terisak, Raka tersenyum sambil mengusap rambut Cloe sayang. "Ta-tapi Cloe pergi."

Sebelah alis Raka terangkat. "Cloe pergi kenapa?"

"Cloe mau permen apel, tapi Papa nggak denger. Terus Cloe pergi nggak ketemu lagi sama Papa."

Raka menghela napas, kembali memeluk Cloe hangat sambil mengusap punggung Cloe. "Cloe, jangan nangis, ya. Om anter kamu nemuin Papa dan Mama."

Cloe menatap Raka serius. "Benar? Om bakal nganter Cloe pulang?"

Raka mengangguk, dia menggenggam tangan mungil Cloe. Sesaat kedua matanya melihat ke sekitar, mencari-cari sosok Revan yang sekiranya masih ada di sini. Namun dia tidak menemukan keberadaan lelaki itu di sekitarnya.

"Om ..."

Raka menunduk. "Ayo, kamu ingat di mana hotelnya?"

Cloe menggeleng. "Cloe tidur waktu semuanya pergi." Dia berpikir sesaat. "Tapi Cloe lihat pantai waktu Cloe keluar."

Tubuh Raka menegang seketika, dia tersenyum lebar. "Om tahu di mana. Ayo, jangan takut! Om akan mengantarmu kembali ke Mama dan Papa."

Cloe hanya mengangguk, dia mengikuti saja ke mana pun Raka pergi sambil sesekali mengadah menatap visual wajah Raka dari samping. Sesaat kepalanya meneleng.

"Om Adam bener ..." Tiba-tiba Cloe berujar.
Raka menunduk bingung. "Apa?"

"Kata Om Adam, Papa sama Om Raka mirip banget. Om Adam bilang kalau Om Raka kayak Kakaknya Papa yang sudah pergi." Cloe tersenyum sangat lebar. "Nanti Om Raka bakal ketemu sama Papa, soalnya Papa ingin ketemu sama Om Raka."

Raka hanya mengangguk, meski bibirnya tersenyum namun matanya memancarkan kebencian.

Raka segera turun dari dalam taksi diikuti oleh Cloe ketika sudah sampai di depan hotel. Hotel yang sama tempat Raka menginap, hotel yang sebentar lagi akan menjadi milik Alexander Group.

Raka menghela napas panjang, dia sangat berharap jika mereka menginap di hotel lain saja. Sekilas dia menangkap pandangan bingung Aidan saat melewati area bersantai. Raka memberi kode pada Aidan untuk diam saja tidak usah ikut campur.

Saat lift terbuka, tiba-tiba langkah Raka memberat. Sama sekali enggan keluar dari lift dan masuk ke dalam salah satu kamar di depannya. Raka tersadarkan oleh tarikan tangan Cloe agar segera pergi dari sini dan menemui Papa-mamanya.

Terpaksa Raka ikut berjalan bersama Cloe, begitu ragu untuk mengetuk pintu. Namun sebelum Raka sempat mengetuk pintu, pintu tersebut lebih dahulu dibuka. Sontak Raka berpandangan langsung dengan pemilik mata serupa. Abu-abu. Bedanya, abu-abu milik Raka teduh namun terlihat sangat dingin, sedangkan abu-abu serupa seperti Raka penuh dengan binar.

"Papa!" teriak Cloe senang, namun tidak ada satu pun yang berani merespon.
Raka tidak memutuskan pandangannya dengan abu-abu serupa itu. Abu-abu yang kini memancarkan keterkejutan teramat hingga binar di matanya hilang.

"Raka ..."

***

"Raka, ada di mana sekarang?" Rachel bertanya sambil melihat ke sekitar, dia tidak menemukan keberadaan Raka di mana pun setelah lelaki itu menyuruhnya pergi. Begitu juga dengan Reina dan Nathan, mereka menghilang seperti Raka.

"Raka ada urusan mendadak," jawab David tersenyum aneh. "Sebab itu dia tidak bisa ikut pulang bersama kita. Urusannya ... cukup penting. Raka memintaku untuk menyampaikan permintaan maaf karena nggak bisa pulang bareng kamu."

Raka mengangguk mengerti, pasti urusan perkejaan Raka cukup ribet. Dia menyampirkan ransel ke bahu lalu berjalan menuju mobil. Kepala perempuan itu meneleng saat melihat supir mobil. Masih sangat muda dan tampan. Tetapi, Rachel sama sekali tidak mengenali lelaki itu.

Supir taksi itu tersenyum lewat kaca spion lalu mulai melajukan mobil menuju bandara yang untungnya tidak terlalu jauh.

"Raka tidak ikut?" Lelaki itu bertanya, aksennya sedikit berbeda, jelas bukan orang Jepang atau pun Indonesia.

Rachel merinding seketika, kenapa tiba-tiba dia merasa ketakutan? Harusnya tadi dia ikut mobil Corin saja. Rachel menoleh ke belakang, cukup lega saat melihat mobil yang ditumpangi Corin mengikutinya dari belakang.

"Raka ada urusan, jadi dia tidak bisa ikut."

Lelaki itu terkekeh pelan, benar-benar terdengar menakutkan. "Benarkah? Kamu tidak bertanya urusan Raka apa?"

"Saya rasa itu bukan urusan saya." Suara Rachel terdengar begitu dingin, jelas sangat tahu kalau lelaki itu tampaknya tidak terlalu menyukai Raka.

Lagi-lagi lelaki itu terkekeh pelan. "Kamu pasti sangat terkejut jika tahu urusan apa yang sedang dikerjakan Raka."

Mata Rachel menyipit, apa maksud lelaki itu? Dia langsung mendesah lega saat mobil tiba di bandara, namun sayangnya Rachel tidak bisa langsung keluar karena lelaki itu mengunci pintu mobil dan berbalik menatap Rachel.

Mata perempuan itu terbelalak kaget saat melihat mata lelaki itu. Kelabu. Kelabu yang sama seperti Raka. Kelabu teduh dan jernih, kelabu yang menenangkan untuk ditatap, juga kelabu yang memancarkan kebencian pada seseorang.

Lelaki itu tersenyum sangat lebar, andaikan situasinya normal mungkin Rachel akan terpesona saking tampannya.

"A-apa yang kamu lakukan? Buka pintunya!"

Lelaki itu menghela napas panjang. "Padahal aku masih ingin bicara denganmu tentang Raka. Tapi sepertinya ini bukan waktu kita." Lagi-lagi lelaki itu tersenyum lebar. "Tapi aku pastikan, di Jakarta nanti kita pasti bicara banyak hal tanpa gangguan."

Akhirnya kunci pintu mobil dibuka. "Revan Enders Renero. Itu namaku. Kamu harus mengingatnya baik-baik, aku akan menemuimu lagi soalnya."

Ketika Rachel membuka pintu mobil, Revan kembali berkata,

"Jangan terlalu mempercayai perkataan Raka."

Rachel keluar dari mobil dengan perasaan campur aduk. Apa maksud Revan? Kenapa lelaki itu tiba-tiba mendatanginya? Kenapa Revan melarangnya mempercayai perkataan Raka. Apa mereka saling mengenal?

***



Masquerade AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang