Tale Sixteen

165 34 0
                                    

Tale Sixteen

"Karena cinta yang besar itu membutuhkan pengorbanan yang besar dan tidak mudah."

Uncontrollably Fond

Rachel merasa kalau dia sedang bermimpi, terbangun di pagi hari sambil menatap wajah Raka yang terlihat bersinar di matanya. Lelaki itu tampak begitu tampan meski sedang tidur, tampak nyaman dan tenang. Tidak ada wajah polos, hanya kenyaman.

Kening Rachel refleks berkerut saat menoleh ke samping. Sinar matahari terasa begitu hangat di wajahnya, samar-samar dia mendengar suara deburan ombak. Mendadak Rachel jadi panik sendiri. Sedang ada di mana dia sekarang? Hal terakhir yang dia ingat sebelum tidur adalah, Raka membawanya pergi menaiki mobil lantas menaiki pesawat kecil namun sangat nyaman, beberapa orang menyambutnya, ada David dan Nathan, juga sepasang suami-istri bernama Reina dan Aidan.

Ke mana Raka membawa dirinya pergi?
Rachel refleks hendak bangun namun terhenti saat merasakan tangan Raka menahan perutnya. Sontak saja wajah perempuan itu merah.

"Sebentar lagi," gumam Raka serak. "Tunggu sebentar lagi. Aku baru saja tidur."
Rachel mengerjap, menatap Raka. Lelaki itu baru tidur?

Akhirnya Raka mau membuka mata membuat Rachel terpesona melihat kedua mata kelabu teduhnya. "Aku bertemu dengan pemilik tempat ini semalam. Mereka membuatku  pusing, makanya aku nggak bisa tidur semalaman."

Rachel memberanikan diri menatap Raka. "Kenapa?"

"Mereka nggak mau menjual tempat ini. Padahal aku ingin memiliki tempat ini sepenuhnya. Tapi mau bagaimana lagi. Aku hanya bisa memiliki 72% dari 98% saham. Seenggaknya, aku bisa tinggal gratis di sini." Raka nyengir lebar.

Rachel mengerutkan kening. "Tapi ... kita ada di mana?"

"Okinawa, Jepang."

Mulut Rachel menganga. Jepang? Dia ada di Jepang? Bagaimana bisa? Lalu kafenya? Pekerjaannya?

Seolah mengetahui isi pikiran Rachel, Raka mendesah panjang. "Tenang saja, aku menyuruh orang kepercayaanku untuk menjaga sekaligus menyelidiki penggelapan dana kafemu, dan ini hari Sabtu besoknya Minggu. Jadi kita punya waktu dua hari penuh untuk dihabiskan bersama."

Pipi Rachel bersemu merah membayangkan menghabiskan dua hari penuh bersama Raka membuat jantunya berdegup sangat kencang. Terlalu bahagia dan malu ... Rachel berdecak dalam hati. Dia tampak seperti remaja saja.

"Tapi ..."

Raka mengeratkan pelukan. "Hem, biarin aku tidur sepuluh menit lagi. Setelah itu kita sarapan terus aku mau ngajak kamu ke suatu tempat."

"Ke mana?" Rachel tidak mau ke mana-mana, maksudnya dia hanya ingin di hotel ini dan berkeliling melihat pantai.

"Rahasia."

"Raka, aku tahu kamu ingin terus bersama Rachel di ranjang seharian, tapi kamu juga harus memikirkan kami! Perut kami keroncongan. Reina melarang kami sarapan tanpamu dan Rachel." Suara David terdengar begitu kencang disertai gedoran pintu tak sabaran.

Raka mendengus, kesal acara paginya diganggu. Dia tidak menghiraukan teriakan David, tetap memejamkan mata.

Rachel risi, tidak enak membuat semua orang kelaparan gara-gara dirinya. Dia menatap Raka, lelaki itu sama sekali tidak berniat bangun. Maka dari itu, dia menyentuh wajah Raka, terasa begitu halus seperti kulit bayi.

"Raka, kita harus bangun."

Raka tetap memejamkan mata.

Rachel memberanikan diri mengusap alis tebal Raka. "Apa kamu mau membuat sahabat-sahabatmu kelaparan? Mereka butuh sarapan, kamu juga butuh energi. Bukannya kamu mau ngajak aku ke suatu tempat? Kalau kamu pingsan di jalan gimana?"

Masquerade AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang