Tale Twelve
"Saat kau mengenal kasih sayang, kau juga harus menanggung risiko kebencian."
Naruto Shippuden
Entah sudah keberapa kali dalam satu jam ini Raka menghela lalu mengembuskan napas. Melirik jarum jam yang entah mengapa bergerak begitu lamban.
Bosan.
Raka benar-benar bosan dan benci seharian berada di rumah sakit tanpa bisa melakukan apa pun, bahkan ponselnya Reina bawa dengan alasan Raka harus istirahat total. Untuk kesekian kali Raka menghela napas, kembali mengingat apa yang terjadi seminggu terakhir ini.
Sejak siang itu kepala Raka memang terasa sakit, namun ditahan lalu terlupakan begitu saja setelah Rachel mengetahui seperti apa sikapnya. Karena tidak tahan lagi akhirnya Raka memilih tidur lalu ketika sadar, dia malah berada di ruang ICU yang membuatnya kesal sekaligus benci karena harus kembali ke tempat seperti ini.
Rumah sakit membuatnya terasa dikucilkan.
Dan sayangnya Nathan dan Reina sangat melarang Raka keluar sampai kondisi lelaki itu sembuh total. Masalah pekerjaan, ada Allen yang menangani. Meski Raka senang karena terbebas dari pekerjaan, hanya saja rasanya jika harus berada di rumah sakit seharian tanpa melalukan apa pun, Raka lebih memilih bekerja saja.
Raka juga merindukan Rachel.
Hampir seminggu Raka tidak bertemu dengan Rachel. Apa perempuan itu baik-baik saja? Apa perempuan itu masih membencinya? Apa perempuan itu masih mau bertemu dengannya? Memikirkannya membuat Raka muram. Dia sangat takut jika Rachel benar-benar membencinya dan tidak lagi mau bertemu dengannya.
Raka melihat ke sekitar. Sepi. Reina dan Nathan sepertinya ada pekerjaan lain, itu memberinya kesempatan untuk kabur. Sesaat Raka menatap jarum infus di tangan, dengan sangat perlahan mencoba melepaskan jarum tersebut. Meski terasa begitu sakit Raka mencoba menahannya.
"Gila, kalau jarum itu tumbuh di tanganku bagaimana?!"
Sesaat kepala Raka pening, dia mengerjap lalu meraih hoodi hitam milik Allen yang tertinggal. Menarik riseleting hingga ke leher agar tidak dikenali oleh banyak orang lalu pergi keluar dengan lancar.
Tidak ada banyak uang dihoodi Allen, hanya ada seratus ribu, tidak kurang tidak juga lebih. Dalam hati Raka merutuk, padahal dia menggaji Allen cukup besar. Kesialannya tidak berhenti sampai di situ, tiba-tiba hujan turun dengan deras sehingga Raka terpaksa berteduh di halte kumuh dan kotor. Lagi-lagi berdecak, seharusnya tadi dia masuk ke dalam ruangan Reina dahulu lalu mengambil semua uang wanita itu dengan begitu dia tidak perlu menderita seperti sekarang.
"Hujannya deras banget," gumam Raka lalu mundur selangkah ketika mendengar suara geledek. "Whoah, aku nggak bakalan mati sekarang, kan?—YA TUHAN!!!" seru Raka terkejut melihat seorang anak kecil sedang duduk memeluk kedua lututnya, tampak kedinginan, tubuh anak kecil itu penuh dengan lebam.
"Kamu siapa?" Raka bertanya ragu
.
Anak kecil itu hanya memandang Raka lalu bersikap defensif seolah takut Raka menyakitinya.Raka melangkah maju, menyadari kalau anak kecil itu trauma. "Om bukan orang jahat, oke? Jangan takut."
Kedua manik hitam itu menatap langsung ke mata Raka. "Om ... Raka?"
Raka mengerutkan kening, apa dia pernah bertemu dengan anak kecil itu? Rasanya tidak, lagi pula tidak ada banyak anak kecil yang mengenalnya.
"A-apa, Om Raka ju-juga disuruh pe-pergi dari rumah sakit?" Melihat Raka diam saja, anak kecil itu melanjutkan. "I-itu yang sedang Om Raka pikirin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masquerade Angel
Roman d'amourMasquerade Angel itulah julukannya. Semuanya tak lagi sama seperti dulu. Ketika dirinya harus kembali berhadapan dengan masa lalunya yang kelam. Ketika keadaan menjadi terbalik karena sekarang dirinyalah yang selalu menyakiti orang-orang. Ketika hat...