Tale Eighteen

169 33 2
                                    

Tale Eighteen

"Nggak masalah kalau waktuku nggak banyak lagi asalkan ada Rachel di sisiku. Itu saja sudah cukup."

Raka Alexander

Rachel tidak bisa berhenti tersenyum, dia berjalan dengan riang menyusuri sisi pantai sambil berpegangan tangan.

Semuanya terasa bagai mimpi. Bermain air sepuasnya lalu berjalan bersama Raka. Rachel tidak merasa risi ketika orang-orang menatapnya. Dia terlalu bahagai hingga tidak memedulikan semuanya.

Raka membuat dirinya gila!

"Apa yang lain nggak akan nyariin kita?"
Rachel bertanya, menengadah menatap Raka. "Kita pergi sejak pagi dan ini sudah sore."

Raka tersenyum sangat lebar sembari mengusap rambut Rachel sayang. "Nggak akan. Mereka tahu apa yang terjadi sama kita."

Kontan saja pipi Rachel bersemu merah mengingat kejadian beberapa jam lalu. Kejadian yang membuat kinerja jantungnya berdegup keras.

Setelah menghabiskan es krim, Rachel membujuk Raka untuk pulang ke hotel. Dia sangat terkejut saat melihat Adam sedang bicara serius dengan Aidan. Tetapi, kenapa Adam bisa ada di sini? Dilihatnya Raka, lelaki itu bersikap biasa saja seolah tahu kalau Adam akan datang ke sini.

"Rachel? Aku cari ke mana-mana rupanya ada di sini." Adalah kalimat pertama yang diucapkan Adam ketika melihat Rachel, dia mendesis sinis pada Raka yang tega menculik Rachel dan membiarkan Cafe Garden diawasi oleh dua lelaki bertampang sinis tapi tampan. "Pantas saja nggak bisa aku hubungi."

Raka hanya diam, tidak peduli.

"Raka mengajakku ke sini. Lagi pula aku butuh hiburan. Di sini sangat menyenangkan." Rachel menunduk saat Raka melepaskan genggaman tangannya dan tersadar kalau tangan Raka berkeringat.

"Kalian sudah kembali?" David bertanya. "Untung Reina nggak menyuruh kami makan siang bersama kalian. Kami bisa mati kelaparan kalau menunggu kalian." David nyengir lebar sambil memajukan wajah. "Apa saja yang kalian lakukan seharian ini? Menyenangkan?" bisik David dengan wajah penasaran.

Raka mencebik seraya mendorong David menjauh. "Berhenti menggoda. Nggak mempan."

"Tapi, sedang apa kamu di sini?" Rachel bertanya menatap Adam.

"Oh, aku disuruh datang ke sini untuk memantau proyek dengan pihak resort. Mungkin sampai beberapa hari ke depan sampai proyeknya selesai." Adam tersenyum lebar. "Kebetulan banget kamu ada di sini. Kita bisa liburan bareng."

Sekilas Rachel menatap Raka. "Oh, itu bagus." Rachel tersenyum merasa ada yang aneh dengan situasi ini.

Raka menatap Rachel. "Nggak papa aku tinggal sendiri? Aku harus bertemu dengan seseorang saat ini."

Rachel menarik sebelah alis ke atas, di sore begini? Mungkin orang yang ditemui Raka sangat penting. "Nggak papa, kok."

Raka balas tersenyum, menarik Rachel dan mencium rambut perempuan itu sekilas. "Sampai ketemu nanti malam."

Rachel menganggukan kepala dengan pipi bersemu merah.

***

Aidan melempar surat kontrak yang sudah direvisi karena kontrak awal pemilik resort tidak setuju dengan beberapa hal yang diajukan ke atas meja lalu menatap Raka.

"Apa alasan sebenarnya kamu membawa Adam ke sini?" Aidan bertanya. "Nggak mungkin hanya karena peninjauan? Kalau hanya peninjauan, kamu nggak perlu datang ke sini, Adam sendirian juga mampu."

Masquerade AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang