"Ada tatapan penuh pertanyaan yang terpancar pada manik senada dengan karamel itu, pun belah bibir yang terkatup seolah menandakan sebuah kebingungan yang begitu besar."
~•~
Malam akan berganti dengan siang, sekalipun harus dihadapi dengan bibir melengkung ke bawah. Setelah malam yang berlalu terlalu mencekam, kini berganti dengan sinar matahari yang begitu terik. Sekalipun tak bahagia, tapi manusia harus tetap melanjutkan kehidupannya. Bekerja untuk mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari, atau mungkin pergi ke sekolah untuk mewujudkan mimpi. Benci, tapi tetap harus dilakoni. Seperti robot, yang di setting sedemikian rupa. Melakukan kegiatan yang sama, berulang kali setiap harinya. Selalu seperti itu.
Pearl Garden bukanlah kota yang besar, bahkan masih banyak hutan-hutan yang belum tersentuh tangan manusia. Karena ya, anak-anak muda banyak yang pergi merantau. Meninggalkan orang tua, yang kebanyakan dari mereka melanjutkan usaha dari orang tuanya. Terlalu monoton, tak menarik, flat. Yang membuat kota ini menjadi kota tua dengan sedikit penduduk. Tapi nyaman, tempat yang tepat untuk lari dari masalah yang menyesakkan. Hanya saja tidak dengan Nata, sebab pemuda itu bukan lari dari sumber masalahnya, tapi mendatangi sumber masalahnya.
Tapi aneh, setelah pengakuan yang dilontarkan Mentari tadi malam, pemuda itu terbangun dengan satu senyum lebar yang tersungging di bibirnya. Perasaan asing yang entah kenapa membuat Nata tak ingin kehilangannya, berharap agar perasaan itu tinggal lebih lama. Setidaknya bisa menemani satu hari untuk Nata, agar menghadapi hari ini dengan cara yang berbeda. Setelah membuka jendela kamar, hingga membuat semua debu-debu kecil di gorden melayang, Nata melirik ke arah jendela kamar Mentari yang terbuka. Namun sayang, gadis itu tak terlihat di sana.
Mencoba mempertahankan perasaannya, pemuda itu beranjak guna pergi ke arah dapur. Komputernya masih menyala sejak tadi malam, sebab Nata lupa mematikannya karena kantuk tiba-tiba saja datang setelah sekian lama dia tak merasakan sensasi itu lalu tertidur dengan nyenyak. Sebelum akhirnya, dia terbangun dengan perasaan yang begitu membahagiakan. Turun melewati tangga, melirik sebentar pada area ruang tamu yang kosong sebab semua barang sudah di bawa keluar, Nata menghela napasnya.
Tidak apa-apa, tidak apa-apa.
Menyeduh air untuk membuat kopi, lantas beralih ke kulkas yang memperlihatkan pemandangan menyedihkan. Ya, harusnya Aska ingat bahwa dia sudah tidak pernah lagi ke minimarket ataupun supermarket untuk berbelanja. Dia bahkan tidak tahu kenapa rasa lapar yang biasanya hadir, begitu pandai dia abaikan. Selepas mendengus, pemuda itu mematikan kompor untuk pergi ke minimarket. Setidaknya dia harus mengisi perut, sekalian melihat-lihat siapa tahu ada Mentari. Ais, Nata sudah gila rupanya.
"Hi, Nata. Mau ke mana?" tersentak kaget saat mendengar Mentari sudah ada di depan wajahnya ketika pintu terbuka, Aska lantas mengerutkan keningnya bingung.
Kenapa dia ke sini? Tanya Nata dalam diam. Menelan ludah susah payah, pemuda itu mengedipkan matanya dengan perasaan gugup yang begitu kentara. "Aku membawakanmu sarapan," ujar gadis itu lagi.
Dari penampilan rapinya, Nata yakin kalau gadis ini sudah selesai mandi. Hal itu dibuktikan oleh bau harum sabun, pelembab kulit dengan nuansa bunga, pun rambut yang masih terlihat sedikit basah dengan dress putih selututnya. Juga, keranjang makanan berwarna biru yang menarik perhatian. Baunya tak kalah harum, tapi masih kalah menarik dari sosok Mentari yang ada di depannya. Menelan ludah yang terasa sakit di tenggorokan, Nata lantas menyahut dengan sedikit gagap.
"A-ayo masuk,"
Tersenyum, Mentari akhirnya masuk ke dalam. Setelah menginjakkan kakinya, gadis itu sedikit keanehan dengan nuansa kosong pada ruangan utama itu. Hanya ada satu meja panjang, dengan dua kursi di dekat konter di dapur. Selebihnya, kosong. Tak ada sofa, tak ada TV, tak ada pigura, tak ada furniture yang membuat ruangan nampak lebih cantik. Hanya saja, Mentari mencoba menjaga sikap sebab ini kunjungan pertamanya. Tidak mau membuat kesan yang buruk, apalagi tentang tadi malam. Urgh, mendadak Mentari jadi mulas karena ingat akan kejadian tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret
General Fiction[M] Semenjak kedatangan Mentari, Nata seolah menemukan kembali alasannya untuk menikmati hidup. Tapi sayangnya, kesempatan yang diberikan semesta untuknya hanya sebentar. Sebelum akhirnya, semesta membawanya pulang. Start : 21 Oktober 2019 Finish :...