Utuh Yang Berakhir Luruh

29 5 0
                                    

"Ada utuh yang berakhir luruh, membawa tawa menjadi lara, sebelum bermuara pada luka. Nyatanya, hati tidaklah sekuat baja untuk terus berpura-pura."

~•~

Namanya Yuda, sebentar lagi dia akan memasuki usia dua luluh lima tahun. Usia emas, katanya. Usia di mana semua yang dia harapkan harus terwujud, sekalipun nyatanya tak semudah itu. Sebab pada akhirnya, dia menyadari bahwa semakin bertambahnya usia, semakin banyak sekali tuntutan yang membuatnya hampir gila. Menikah, punya rumah, punya mobil, gaji di atas upah minimum, pekerjaan tetap yang akan merangkum masa tua, dan tentu saja kebahagiaan orangtua yang menanti kesuksesannya.

Tapi sebagai anak muda yang hidup di zaman dengan kemajuan teknologi seperti sekarang, tentu saja mendapatkan apa yang dia harapkan membutuhkan waktu yang lebih panjang dari bayangannya. Untung saja masih mendapatkan pekerjaan, tidak menjadi salah satu dari mereka yang kebingungan sementara kebijakan pemerintah masih abu-abu terhadap generasi muda, terutama fresh graduate. Sekalipun tak suka, tapi Yuda harus menahan diri. Setidaknya, dia masih menaruh minat menjadi seorang editor di salah satu perusahaan komik online. Karena sadar atau tidak, realitas kehidupan membawanya pada keterpaksaan untuk berkerja untuk melanjutkan hidup.

Karena dia bukan orang kaya yang bahkan hanya diam berbaring di atas ranjang saja, masih bisa menghasilkan uang.

Inginnya hidup dengan nyaman, tidak mendapatkan masalah, hidup normal seperti orang-orang pada umumnya, lalu bertemu dengan seseorang sebelum akhirnya menaungi bahtera rumah tangga. Hanya saja semenjak bertemu dengan pemuda yang lima tahun lebih muda darinya itu, Yuda mendadak menjadi manusia yang memiliki beban baru. Entahlah, dia seperti ikut menanggung beban bocah itu yang tentu saja tak pernah Yuda lakukan sebelumnya.

Setelah apa yang dia dengar langsung dari mulut Nata, Yuda tak bisa tidur dengan nyenyak. Datang ke kantor selalu dengan mimik wajah sendu, kantung matanya bahkan sudah semakin parah dan membuat atasannya menyuruh Yuda untuk mengambil cuti lalu berlibur. Pikirnya, itu adalah efek hidup sendirian sebab orangtuanya tinggal di luar kota. Sementara orang-orang tahu bahwa Yuda adalah jomblo akut menyedihkan.

"Karena aku tahu, waktuku tidak akan banyak lagi untuk menyelesaikan komik itu, Kak."

Yuda tak tahu betul Nata itu sakit apa, tapi yang dia ketahui bahwa pemuda itu sekarat. Tak ada obat untuk dirinya, tak ada harapan untuknya sembuh, pun Nata yang tak punya lagi waktu lebih lama untuk menikmati hidup. Nata itu berbakat, gambar yang dia buat sangat bagus, ceritanya juga menarik dan dia menjadi komikus yang disukai banyak orang. Di platform membaca komik itu, komik Nata adalah salah satu yang paling banyak di baca.

Dulu, Yuda pernah bertanya pada Nata inspirasi dia menulis cerita itu dan Nata menjawab bahwa kisah itu terinspirasi dari hidupnya sendiri. 'Mentari Yang Menunggu Malam', judulnya saja sudah menyayat hati apalagi ceritanya. Kisah yang mampu membuat siapa saja merasa terbawa suasana, tersenyum manis, atau bahkan menangis. Nata begitu pandai mengendalikan mood pembaca. Lantas, dengan berakhirnya kisah antara Sunny dan Geal, membuat pembaca merasa sedih. Pun Yuda, yang tahu bahwa komik itu adalah satu-satunya komik yang akan Nata buat dengan nama pena 'Pena Sendu' itu.

Sekitar satu jam yang lalu Yuda duduk di salah satu bangku di kafetaria, nampak gelisah dan tak nyaman di tempatnya. Mata lelaki itu terus melirik ke arah pintu, berharap yang dia tunggu segera datang. Hanya saja, tatkala kopi itu sudah habis, sosok itu tak kunjung menampakan diri. Mendung bahkan seolah mendukung suasana sendu yang merangkum, membuat aura penuh kesedihan itu terpancar jelas pada Yuda.

"Maaf terlambat, Kak. Aku ada urusan tadi," kalimat dari seseorang yang suaranya tak asing bagi Yuda itu, sukses membuatnya tersentak dan langsung mengangkat kepalanya.

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang