Rintik hujan turun membasahi hati yang sudah lama kering.
°°°
Tibalah kelima mahasiswa tingkat akhir itu dirumah Rendi yang katanya sederhana nan reyot, padahal mah layak banget dikatain rumah cukup mewah.
Dan Ali menyadari itu, entah apa yang dia pikirkan. Namun yang jelas, dia terlihat seperti terperangah.
"Napa lo? Belum pernah liat rumah semewah ini?"
Ali mengernyitkan dahi. "Emang gua terlihat sobat miskuin?"
"Dari ujung kaki sampe pangkal kepala lo tuh udah keliatan kali," ejek Rendi dengan menunjuk-nunjuk yang dia sebutkan.
Ali mendesis. "Lo bakalan kaget, kalau nanti ke rumah gua."
"Amasa? Bodo." Rendi tertawa meremehkan dan berjalan mendahului masuk, karena yang lainnya sudah ada di rumah.
Ali melihat kepergian Rendi dan menatap kembali rumah itu, dia tersenyum kecil.Menghela napas, Ali mulai berjalan masuk. "Ternyata dunia emang sempit." Gumamnya.
Setelah beberapa jam terlewati, mereka hanya bisa menyelesaikan tiga tugas dari lima tugas yang ada.
"Lo sih mancing emosi gua, jadinya ini belum kelar." Kesal Melda. Dia membuka buku dengan cepat, seharusnya dia baca namun terlihat seperti hanya membuka buku saja.
"Lo selain tukang toa, ternyata pengecut juga. Itu kesalahan lo sendiri, kenapa harus nyalahin gua?" Ali tersenyum licik, sebenarnya dia bosan jadi dia lebih memilih menjaili yang mudah di jaili.
Sebelum menyulutkan api emosi kepada Melda, dia sebarkan buih-buih kekesalan pada semua orang.
Pertama pada Rendi, namun itu sedikit sulit karena dia ketika fokus akan benar-benar fokus. Lalu Ali hanya bisa dapat kacang.
Kedua Shelma, sebelah dua belas seperti Rendi. Dan Ali hanya bisa menghela napas.
Ketiga Shelly, yahh pada awalnya dia merespon. Tapi sekarang dia malah menempel seperti lem, Ali salah menggunakan taktik.
Terakhir pada Melda, dia cukup puas karena apa yang dia inginkan ada pada gadis tomboi itu.
"Hey udah-udah, tuh tinggal bagian kalian aja yang belum. Cepet beresin, kalau nggak beres sekarang, malam ini harus beres dan langsung kabari Rendi." Shelma mencoba melerai kedua orang yang sudah mirip tokoh kartun kucing dan tikus.
"Abang Ali jangan main-main terus, kapan seriusin aku nih." Manja Shelly.
Rendi memijak keningnya, dia terlalu lelah menghadapi bocah-bocah ini.
"Kalau malam ini belum beres, nama kalian gua coret." Tegas Rendi. Ya begitulah Rendi, cowok yang benar-benar serius ketika menghadapi tugas.
"Bawel," seru keduanya. Melda dan Ali saling menatap. "Ck apa-apaan itu," pikir keduanya.
"Ren, gua mau ke toilet." Ujar Ali.
"Lurus belok kiri."
Diam-diam ketika perjalanan Ali menuju toilet dia melihat foto keluarga yang nampak bahagia itu, dia tersenyum miris. "Kasian bener hidup lo, Ren"
•••
Halo halo, terima kasih buat kamu yang udah baca dan nungguin cerita ini:")
Maaf ya aku kalau update suka random, tapi kedepannya insya allah bakalan konsisten hehe.
Selamat weekend kawan-kawan.
Safsafcho💛
15/12/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Classmate GALAK [ON GOING]
Teen FictionAli si Mahasiswa pindahan. Dan Melda si Mahasiswi tomboi. Sepasang manusia dengan omongan sepedas cabai Pepper X, salah satu cabai terpedas di dunia yang kini hadir dengan kearifan lokal. Bagaimana jadinya ketika mereka berada dalam satu kelas yang...