DUA PULUH GENEP

43 2 0
                                    

Sekarang cahaya itu mulai bisa terlihat, walau baru seperti titik kecil diantara tembok yang luas.





°°°





Dimulai pagi ini, kelas bontot merasakan lagi aura ketenteraman. Hal ini menjadi jarang terjadi karena selalu ada Jerboa dan Griffin yang selalu membuat kegaduhan untuk masalah sepele.

"Ah nyaman banget kelas damai begini,"

"Lebih nyaman lagi sekarang tugas sudah gencatan senjata, akhirnya bisa santai dulu."


Riuh pikuk di kelas bontot itu tidak memecahkan keheningan yang terjadi diantara dua orang yang masih bergelut dengan pikirannya masing-masing.


"Jadi, nyokap lo beneran bisa balik lagi?"


Lantas ketika mendengar pernyataan itu, lawan bicaranya menatap dengan berbinar dan menganggukkan kepalanya penuh semangat. Ada cahaya kebahagian di matanya.


"Gue seneng dapat kabar bahagia itu, semoga kalian bahagia terus."


Rendi secara spontan memeluk lawan bicaranya, "Gue sempet putus asa, nggak percaya diri sama diri gue sendiri, kenapa gue sampai saat itu belum bisa menemukan titik terang, dan ternyata cahaya itu datang dengan sendirinya."


Melda yang masih dipeluk hanya bisa tersenyum bangga dan terus memberikan elusan di punggung lelaki yang sudah dia anggap saudara. Semenjak Abang dan Ibunya meninggal akibat kecelakaan, dia terkadang merindukan kasih sayang seorang Abang terhadapnya.


"Nah kan, apa gue bilang. Semua itu bakalan indah pada waktu yang tepat."


Rendi yang mendengar hal itu lantas ikut tersenyum, "Tambah indah kalau kita beneran kawin, Mel."


Gadis itu cukup terkejut, dan langsung memukul kepala yang sedang memeluknya. "Masih gila aja, lo!" Rendi terkekeh. Yang bikin gila 'kan itu masih lo.


Sadar ketika mereka masih berpelukan di kelas, Melda langsung melepaskan diri dan mengatur napasnya. "Lah, wajah lo kenapa jadi kayak kepiting rebus, Mel?"


Melda terbelalak. "Ini mah cuacanya yang panas ditambah tadi lo yang meluk bikin gue gerah ya anjir," elaknya.

Sekali lagi, Rendi terkekeh. Manis banget sih.


Sadar masih diperhatikan, Melda berdeham. "Tapi gue penasaran, dia kemana ya? kok bisa beberapa hari ini absen." dia mencoba mengalihkan perhatian.


Seketika Rendi mulai memutarkan bola matanya. "Suka-suka dia lah, kenapa lo yang repot?"

"Dih, sensi banget lo."

"Lagian, lo mah aneh. Kalau ada, pada berantem, kalau ilang malah dicari." kesal Rendi.

"Suka-suka gue lah, kenapa lo yang repot?" balas Melda.


Yakin kalau hal ini tidak akan beres dalam waktu dekat, Rendi hanya bisa pasrah lalu mengangkat kedua tangannya seolah menyerah.


"Tapi gue masih penasaran sama satu hal ini," Melda menyerahkan ponselnya kepada Rendi.

"Lo liat deh, kenapa bokap gue bisa begini sama murid pindahan itu?" lanjut Melda.


Rendi mengerutkan alis, dia melihat foto dokumen yang diambil oleh Melda. Dia merasa tidak asing dengan sosok lelaki yang ada disamping Ali.







•••





Safsafcho

19 Juni 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Classmate GALAK [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang