SALAPAN BELAS

97 5 0
                                    

Aku nggak tau masalah kamu apa, tapi jangan bikin aku kepo dengan masalah kamu!





°°°







Minggu kali ini terasa lebih berat, selain kemarin malam harus berjuang menahan sakit akibat cengkraman Ali yang cukup kuat di lengannya. Sekarang pemuda itu demam, yang mengharuskan Melda turun naik tangga untuk mengganti air kompres.

"Tapi kok dia belum bangun, Yah?"

Yang ditanya hanya terdiam, tangannya tidak berhenti mengelap keringat Ali yang semakin deras.

"Apa kita bawa aja ke rumah sakit?"

Lagi-lagi Ayahnya terdiam.

"Ayah!"

Ayahnya tersentak, lalu kemudian tersenyum ke arah putrinya. "Nanti Ayah telepon dokter, biar dia aja yang kesini."

"Ayah, tinggal dulu ya." Kepala Melda diusap lembut oleh sang Ayah.

Kembali Melda menghela napas. "Orang baru nyebelin, udah nyusahin aja."

Namun saat memandang wajah Ali yang sering menahan rasa sakit saat tidurnya, Melda merasa iba lagi. Dia kembali merasa sakit lagi ketika seorang laki-laki menahan sakit, dia teringat kembali kejadian dimana ayahnya sakit ketika harus kehilangan separuh hatinya.

Dia tidak tahan, dia merasa bersalah akibat kejadian tersebut. "Ali, gue lebih suka lo saat ngamuk-ngamuk, ngerjain gue, apapun hal yang bikin gue emosi. Jangan bikin kayak gini, gue nggak tega."

Tidak terasa air mata Melda ikut turun, dia mudah cengeng kalau masalah yang dihadapinya seperti ini.

Tiba-tiba telepon Melda berdering.

"Mel, gue lagi ditempat kang cimol. Mau nitip nggak?"

Melda menghapus air matanya. "Nitipppppp." Balasnya nyaring. Lalu telepon terputus sepihak. Kebiasaan.

"Pokoknya, lo harus bisa balik kayak dulu lagi." Melda berjalan keluar, tapi ketika sudah mencapai daun pintu. Dia kembali dan mencubit pipi Ali dengan gemas, lalu berlari keluar kamar.




•••

Classmate GALAK [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang