SAPULUH

300 13 0
                                    

Hay gais🙈 maafkan aku yang lagi males banget nulis hehe. Kemarin-kemarin aku lagi seneng baca cerita genre fav aku, jadinya lupa. Dan malah aku nemu ide baru:") dan kepikiran buat cerita lagi wkwkw

Tapi aku mau nyelesain cerita ini, dan mulai konsisten lagi.

Babang Ali akan menemani harimu setiap weekend yaa, biar aku bisa update cerita yang lain juga.

Terima kasih banyak buat temen-temen yang udah meluangkan waktunya buat baca cerita aku ini, dann selamat berhalu ria~



=====================




Kepada Lentera malam, tolong temani aku yang tengah ngenes ini.




°°°



Ayam berkokok sangat nyaring, seolah hewan itu memang berada di samping telinganya. Dan ternyata memang benar-benar ada, Ali mendesis.

Tangannya menggapai benda yang mirip ayam itu, dan melemparnya cukup jauh. Ali kembali menyelimuti tubuhnya, dia benar-benar mengantuk.

Tak kurang dari lima menit setelah dia melempar ayam tipu-tipu itu, ketukan pintu terdengar. Dia kembali mendecak kesal.

"Hari ini hari minggu plis, jangan ada yang ganggu Ali!" Teriaknya sedikit kesal.

"Ali,"

Pemuda yang tengah memendam rasa kesalnya itu seketika memejamkan mata, dia kenal suara wanita itu. Ali menghela napas kasar. "Tunggu."

Dia pun berjalan mendekati pintu, dan tidak terkejut melihat sosok wanita itu dengan nampan yang ada dia bawa.

"Kamu belum sarapan 'kan? Jadi mama bawa ke sini aja, liat udah jam berapa ini." Ucap sosok yang mengaku sebagai Mama, dia bernama Dara.

Lagi-lagi Ali mendesis pelan, dia menerima nampan itu dengan datar.

"Makasih mama, tapi lain kali nggak usah kayak gini lagi. Nanti lutut mama bisa sakit pas naik tangga," ujar Ali dengan penuh penekanan untuk setiap kata 'mama'.

Dara menegang. Seharusnya dia tidak boleh terlalu terkejut dengan sikap anak sambungnya itu, tapi tetap saja dia merasa ngilu di hatinya.

"Ali tutup pintunya ya, Ma?" Tanpa mendengar jawaban dari sosok itu, Ali menutup pelan pintu itu.

Dia menghela napas kasar. "Udah sering Ali bilang, kalau Ali nggak suka dengan sebutan mama itu." Dia mengucapkan itu dengan sedikit keras.

Dan menyadari hal itu, Dara menunduk dan mengucapkan kata maaf dengan pelan.


"Mam-.. saya tahu kamu nggak suka, tapi seperti yang sudah kita sepakati, saya akan membantu kamu untuk sembuh." Dara masih di depan pintu.

Ali meletakkan nampan di meja, lalu dia membuka pintu itu kembali. Dia menyeret lengan Dara dengan lembut, dan menutup pintu sehingga tidak ada yang bisa melihat mereka.

"Saya bisa sembuh dengan cara saya sendiri, tante nggak usah mengkhawatirkan saya. Tante cukup lakukan apa yang dulu kita sepakati, oke?"

Dara menatap pemuda itu dengan berkaca-kaca, dia hendak mengelus rambut Ali. Namun, tangannya kaku seolah tidak mengerti perintah dari hatinya.

"Kamu tahu 'kan, kalau saya juga seorang ibu. Ibu mana yang bisa tahan melihat anaknya rapuh? Saya melihatmu sebagai putra-..."

"Maaf menyela perkataan tante, tapi tolong jangan samakan saya dengan anak tante." Ali berbalik, dia tidak ingin menatap mata yang sudah berlinang air mata itu.

"Tolong lakukan apa yang sudah kita sepakati, maka tidak ada yang akan terluka." Tegas Ali.

Dara terisak pelan. "Saya yakin, ini akan berakhir dengan bahagia." Dia pun keluar dari kamar yang kini telah sunyi.

"Peluangnya sangat kecil, tante."





•••




Wah udah bagian sepuluh aja:") sejauh ini menurut kalian gimana? Krisar nyaa boleh ugha hehehe.

See u next time💛

Safsafcho
190120

Classmate GALAK [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang