DALAPAN BELAS

109 9 0
                                    

Sepertinya jalan hidupku tidak sepanjang jalan tol, namun yang sudah pasti kalau aku adalah orang tolol.




°°°




Melda masih asik menyeruput bobanya, padahal sudah tidak ada yang tersisa. Katanya iseng aja biar ada kerja tambahan, namun kegiatannya berhenti ketika melihat sesosok yang sangat mudah dia kenali.

"Aneh,"

Karena rasa penasaran yang cukup tinggi, dia keluar dari kamar dan melihat sosok itu dari balkon rumahnya. Semakin dia pandang, semakin aneh rasanya. Kenapa sosok itu ada disekitar daerah sini? Dan kenapa pula cara berjalannya seperti orang yang sudah mencium lem. Pikir Melda.

"Woy Alibaba!"

Yang dipanggil hanya bergeming, dan terus berjalan gontai dan terkadang oleng.

Melda berdecak. "Bodo ah!"

Gadis yang tengah pakai daster itu berbalik dan berjalan menuju kamarnya kembali, baru beberapa langkah akan meninggalkan balkonnya, dia mendengar suara tong sampah terjatuh.

Melda menghela napasnya, dia berjalan dengan cepat keluar rumah untuk menemui korban tong sampah.

Saat lima langkah lagi menuju TKP, tidak sengaja Melda mendengar suara isak tangis. Tiba-tiba saja hatinya merasa sakit ketika mendengar laki-laki menangis, siapapun orangnya. Dia buru-buru mendekati pemuda yang tengah terkapar dipinggir jalan dengan kondisi tong sampah disampingnya.

"Ali," panggil Melda dengan lembut seraya menyentuh pundaknya.

Ali yang masih menggunakan jaket baseball itu masih terisak, tangannya menutupi wajahnya namun tidak bisa menutupi tangisannya.

Dengan spontan Melda menarik tangan Ali dan segera memeluknya, menenangkannya dengan menepuk pelan punggung Ali.

"Jangan nangis disini dong, yuk masuk aja ke rumah gue. Malu anjir," padahal lingkungan rumah Melda kebetulan sedang sepi, jadi dia hanya mencuri kesempatan aja sih kayaknya. Terhentak dengan ucapan dan pikirannya yang barusan, buru-buru dia menggelengkan kepalanya.

Tetapi Ali masih menangis dipundak Melda, membuat baju dasternya basah. Gadis itu bingung, kenapa si mulut paku ini tiba-tiba seperti anak kecil yang kehilangan rumahnya.

Ditengah kebingungan yang dirasakan Melda, suasana mendadak hening. Kening Melda mengerut. "Kenapa makin aneh sih?"

Setelah lima detik kemudian, dia baru sadar kalau yang sedang dia peluk berhenti menangis dan hilang kesadarannya.

"AYAHHHHH!"



•••

Classmate GALAK [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang