OPAT BELAS

110 8 0
                                    

Aku ingin hidup untuk mengendarai dan mengendarai untuk hidup!


°°°



Rendi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lemah, dia tidak ingin melerai kedua orang yang kini menjadi pusat perhatian.


"Kenapa tidak ada kedamaian, Tuhan!" Rendi mendesah pelan merutuki dua bocah sialan yang kini tengah menjadi perhatian pusat penduduk kantin.

"Sirik banget lo sama gua?" Tanpa melihat Melda yang kini tengah di depannya, Ali bersikap acuh dan melanjutkan acara makannya yang kini menjadi pusat pusaran mata semua orang di kantin.

Melda mendecak keras. "Gue? Sirik? Mata lo!"

Kini dengan tatapan tajam, Ali menatap langsung ke arah Melda. Dia menaruh sendok yang hendak dipakai dengan keras, suara yang ditimbulkan begitu nyaring hingga membuat suasana hening seketika.

Melda sedikit tertegun. Dia mengedipkan mata beberapa kali dengan cepat.

Terlihat garis setengah melengkung dari bibir Ali, dia menyeringai.

"Lain kali kalau ada pembagian otak gratis, sekali-kali lo harus dateng. Penampilan aja kek anak kuliah, otak lo cuma diisi batu doang? Sampe keras begini."

Melda terdiam, jari telunjuk itu masih dengan dingin menyentuh kepalanya.

Namun dengan segera jari telunjuk itu terhempas jauh dari kepala Melda karena gerakan kasar dari seseorang di belakangnya.

"Nggak usah kasar juga, bisa?" Ucap Rendi datar.

Punggung Ali bergerak dan menyentuh kursi, dia menghela napas. "Kasar? Sorry kalau gua nggak salah inget siapa yang mulai duluan?"

Ali bangkit. "Kalau ngerasa punya otak tuh dipake, atau jangan-jangan itu cuma pajangan doang?"

Rendi mengepalkan tangannya.

Ali meninggalkan tempat itu. Namun, baru beberapa langkah dia berjalan. Dia berbalik.

"Gua kasian sama nyokap bokap kalian, ternyata anaknya sekolah cuma nyari ribut doang bukan nyari ilmu kayak ekspetasi mereka."




Setelah mengucapkan itu, Ali pergi tanpa membawa tapperwarenya. Dia mendesah pelan. Gua nggak akan kena marah kan?






Di tempat lain, orang-orang kembali melanjutkan kegiatannya di Kantin. Tapi tidak untuk dua orang yang dari tadi diam, Rendi menepuk pelan bahu gadis itu.

"Gua udah bilang, jangan nyari ribut."

Melda tetap diam. Liat aja, gue pasti bales. Pasti. Titik.










•••



Gila sih ini udah setaun ngga aku lanjut :') aduhhh maafin ya guys.. Lagi ngga bisa ngatur waktu hehe.. Mau rajin ah kasian Melda mendem dendam selama setaun wkwk, See you next time ya guys^^

Classmate GALAK [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang