Sedikit demi sedikit lama-lama jadi numpuk.
°°°
Hari ini Matahari masih terbit dari sebelah timur, menandakan bahwa perjuangannya masih belum selesai. Dia masih terbangun, dan dia masih terus berusaha.
Dulu, dia pernah bertanya-tanya. Untuk siapa perjuangan ini? kenapa harus dia yang mengalami ini semua, kenapa hal ribet ini semakin ribet tiap harinya. Kalau saja, kalau waktu itu dia cukup berani untuk berbicara pada orang dewasa, apakah ini semua tidak akan terjadi? Apakah dia tidak akan merasakan perasaan bersalah yang menyebalkan ini? dan Apakah hari ini Ibunya masih tetap hidup?
Dia menggelengkan kepalanya pelan, matanya berkaca-kaca. Dia mulai memukul-mukul dadanya, dia benci ketika dirinya sudah seperti ini. Terlalu lemah. Terlalu emosional.
Dia menghela napas cukup panjang, "Seharusnya, dulu yang mati itu aku."
Tiba-tiba sebuah ingatan dari masa lalu hadir tanpa diundang.
"Al, Ibu sangat sayang sama kamu."
"Iya, aku tahu, Bu."
"Papa kamu juga sayang."
Anak laki-laki itu mengerutkan alis, kenapa Ibunya memberitahukan sesuatu hal yang sudah dia ketahui?
"Sayangnya Papa mungkin nanti akan dianggap aneh sama kamu atau sebagian orang di sini, kalau kamu nanti sudah paham, kamu bicarakan sama Ayah baik-baik ya?"
"Kenapa harus sama aku, Ibu?"
"Karena kamu adalah segalanya bagi Papa."
Segalanya ya? Ali terkekeh pelan.
Saat dia hendak berdiri, pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok yang dari tadi terus menghantui pikirannya.
"Ada yang mau kamu diskusikan sama Papa?"
•••
Safsafcho
19 Juni 2023
![](https://img.wattpad.com/cover/186639241-288-k952353.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Classmate GALAK [ON GOING]
Dla nastolatkówAli si Mahasiswa pindahan. Dan Melda si Mahasiswi tomboi. Sepasang manusia dengan omongan sepedas cabai Pepper X, salah satu cabai terpedas di dunia yang kini hadir dengan kearifan lokal. Bagaimana jadinya ketika mereka berada dalam satu kelas yang...