Like father like son.
°°°
Melda menghembuskan napasnya kasar, entah berapa kali dia melakukan itu. Namun yang jelas kegiatan itu tidak mengubah apapun, dia tetap tidak bisa tidur.
Hal itu membuatnya sedikit frustasi, dia menarik kesal rambutnya.
"Huh, mata tolong merem dong."
Gadis dengan piyama biru itu melihat jam. "Sial, ini tengah malam." Dia bergidik ngeri. Pasalnya dia memang sedikit penakut, tapi hanya sedikit lho.
Tiba-tiba entah angin dari mana, kini dia membayangkan hal-hal diluar nalar. Orang nyengir di jendela lah, orang yang ngetuk-ngetuk kaca lah, orang yang berjalan lah. Eh tunggu, apa itu bisa disebut orang?
Melda menggeleng kepalanya dengan kuat, kenapa ditengah situasi begini pikirannya kemana-mana? Ayo tidur!
Tok!
Tok!
Tok!
Ketika hendak menutup matanya rapat-rapat, Melda mendengar suara ketukan pintu. Walau terdengar pelan, tapi dia masih tetap mendengarnya. Ya iyalah bisa denger, sepi gini mana mungkin nggak denger???
Tubuhnya sedikit menegang, tidak terasa keringat dingin mulai mengalir menambah sensasi yang tidak mengenakkan untuknya.
Dia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, ranjang itu tidak bisa diam akibat tubuhnya bergetar.
Kriettt!
Jantungnya semakin berpacu dengan cepat, Melda bergumam. Dia tengah berdoa, dalam keadaan seperti ini orang seperti Melda pun akan meminta perlindungan kepada Tuhan.
Kakinya semakin tegang ketika merasakan ada sesuatu yang memegangnya. "Tunggu, ini seperti tangan?" Gumamnya.
Grep!
"Arghht!"
"Ahhh!"
Melda bangun dan berteriak, dan sosok lain yang ikut berteriak.
Tunggu!!
Dia berteriak???
"Kurang asem, kenapa malam-malam begini malah teriakin ayah sih?" Ucapnya seraya mengelus dada.
"Lho ayah!"
"Bukan, ini setan." Balasnya kesal.
Melda tertawa, dia akui memang dirinya bodoh tapi apa ini lebih bodoh dari orang bodoh?
Ha? Gimana-gimana?
"Ayah sih ngapain pake masuk ke kamar anak perawan tengah malam gini." Melda menatap ayahnya siaga.
"Kamu terlalu berisik, jadi ayah cek. Ternyata kamu nggak bisa tidur?" Bayu sang Ayah mulai duduk didekat ranjang anaknya.
"Yakin kamu nggak mau mama baru?" Tanya Bayu serius.
Melda menatap lurus ayahnya, dia tertawa tapi air matanya mengalir. "Aku nggak mau."
Dia mengusap matanya. "Kalau ayah mau, aku pengen ayah nyari kosan buat aku."
Bayu mengelus kepala putrinya dan memeluknya erat. "Baper amat, ayah 'kan cuma nanya."
Pria dengan umur setengah abad itu tersenyum sendu. "Seandainya dia tidak pergi." Gumamnya.
•••
Siang guys! Semoga liburan kalian menyenangkan. Yang nggak liburan kuy ah baca ceritaku heheh.
Safsafcho
31/12/19

KAMU SEDANG MEMBACA
Classmate GALAK [ON GOING]
Roman pour AdolescentsAli si Mahasiswa pindahan. Dan Melda si Mahasiswi tomboi. Sepasang manusia dengan omongan sepedas cabai Pepper X, salah satu cabai terpedas di dunia yang kini hadir dengan kearifan lokal. Bagaimana jadinya ketika mereka berada dalam satu kelas yang...