DUA PULUH TILU

30 3 0
                                    

Orang yang tidak bisa aku maafkan dengan mudah adalah dirimu, dan juga diriku yang melepaskanmu begitu saja.



°°°




Rendi merasa heran karena ada panggilan tak terjawab dari Melda, lah cepet banget ditutupnya. Bantinnya. Karena penasaran, dia pun menelpon Melda. Namun panggilannya sedang sibuk, Rendi secara tidak sadar semakin mengerutkan keningnya. Apaan anjir, bikin penasaran aja.

Karena sedikit kesal, Rendi melempar ponselnya ke arah kasur. Tapi naasnya ponselnya malah terbang ke arah meja disamping kasur dan terjatuh di lantai. Membuat pigura foto diatas meja itu terjatuh, dengan perasaan tidak enak yang tiba-tiba dia langsung mengambil pigura itu dan meletakkan kembali seperti semula.

"Untung nggak pecah,"

Dia melihat seseorang yang sedang tersenyum di foto itu, lalu dia ikut tersenyum.

"Kapan ya aku bisa bantu kalian?"

"Aku juga ingin lebih berguna, daripada menunggu terus."

Pemuda yang memiliki rambut sedikit ikal itu menghela napas pelan lalu merebahkan badannya di kasur, menatap langit-langit kamarnya. Menerawang jauh, pikirannya kian pergi menjauh ke alam mimpi.



Kalau dulu, aku tidak memperhatikan anak itu.

Kalau dulu, aku tidak menghampirinya.

Kalau dulu, aku tidak mengulurkan tanganku untuknya.

Kalau dulu, aku tidak merasakan hal yang sama darinya.



Mungkin saja hari ini tidak akan pernah ada.

Dan bisa jadi, aku pun tidak akan pernah ada di sini.

Ah aku benci.

Kapan ya aku lulus ujian ini?

Tangan mimpi mulai meraih kesadaran Rendi secara penuh, dia terlelap dalam kesendirian. Tak berselang lama, ponsel yang masih ada di lantai itu menyala.

 Tak berselang lama, ponsel yang masih ada di lantai itu menyala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





•••



Safsafcho

30 Mei 2023

Classmate GALAK [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang