7. Jealous

8 0 0
                                    

"Dia hanya sahabatku. Tapi kenapa hatiku merasa sakit ketika ada orang lain yang mendekatinya?"

***

"Yes! Kemarin gue dianter pulang sama Langit."

Senyuman yang begitu semringah, terbit di wajah Bulan.

Sangat jarang Bulan bisa sebahagia ini. Padahal di hari sebelumnnya Venus tidak pernah melihat senyuman itu tercetak begitu murni di wajah teman sebangkunya itu.

"Kamu kayaknya bahagia banget abis diantar pulang sama Langit."

Bulan langsung mengubah ekspresinya menjadi biasa saja ketika mimik wajahnya ketahuan begitu explicit.

"Enggak. Biasa aja kok."

Venus mulai menghadapkan tubuhnya ke arah Bulan.

"Bulan. Jujur sama aku, apa benar kamu suka sama Langit?"

Bulan terdiam ketika mata Venus menatapnya penuh dengan keseriusan.

Bulan tidak bisa harus berkata apa, di satu sisi ia memang menyukai Langit tapi disisi lain ia takut jika Venus sampai tau, pasti cewek itu akan mengadu pada Langit. Dan jika Langit sampai tahu tentang perasaannya, ia takut, Langit bakal menjauhinya.

"Gue bakal jujur tapi lo harus janji jangan ngadu ke Langit."

Venus memejamkan matanya seraya menganggukkan kepalanya pelan.

"Gue emang suka sama Langit."

Hati Venus seperti ditusuk. Ternyata dugaannya selama ini benar. Apa itu artinya ia harus melangkah mundur?

"Venus?"

Bulan menepuk bahu Venus dengan pelan. Pasalnya temannya itu sedaritadi hanya diam mematung tanpa ada pergerakan sama sekali.

"Eh." Venus tersadar. "Sejak kapan kamu suka sama Langit? Kok nggak cerita dari dulu sih."

Sebisa mungkin Venus memaparkan raut bahagianya didepan Bulan. Jangan sampai Bulan tau jika dirinya juga tengah menyukai Langit.

Bulan tersenyum malu. Rona dikedua pipinya mulai nampak.

"Sejak pertama kali dia datang dikelas ini waktu jemput lo pulang, sumpah dia nyuri tatap gue seketika."

"Oh." Venus manggut-manggut mengerti. Ternyata istilah Cinta pandangan pertama itu beneran ada ya?

Tangan Bulan tiba-tiba meraih kedua tangan Venus hingga mampu membuat Venus terdiam, bahkan untuk bergerakpun tak mampu.

"Venus, lo mau kan bantu gue deket sama Langit?"

Venus harus bilang apa? Ia bimbang.
Disaat keadaan yang mendesak seperti ini membuatnya ingin menangis sekarang juga.

"I...iya," jawab Venus dengan berat hati.

"Makasih Venus."

Bulan tersenyum bahagia. Sedangkan Venus, hatinya sangat sakit. Kenapa kebahagiaan teman sebangkunya harus berdampak seperti ini pada hatinya?

"Yaudah, aku mau ketoilet dulu."

Bulan menganggukkan kepalanya  melihat Venus yang berlari terburu-buru keluar kelas.

***

Selesai dari toilet. Venus merapikan seragamnya dan berjalan menuju kelasnya kembali.

Namun langkahnya terhenti ketika dari arah depan ia dapati Langit sedang berjalan menuju ke arahnya.

MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang