45. Menyesal

5 0 0
                                    

"Ketika kamu bersedih. Sahabat yang sebenarnya, akan selalu mencari banyak cara untuk membuang kesedihanmu tanpa bertanya lebih dulu penyebab dari kesedihanmu itu."

***

Simulasi UNBK sudah dilaksanakan sejak senin kemarin. Mulai senin kemarin pula Langit dan Venus selalu menyibukkan diri di perpustakaan.

Lima menit bersama buku tiga macam pelajaran di perpustakaan. Langit mulai bertemu dengan rasa bosan.

"Ven. Lo tau? Apa bedanya matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sama lo?"

"Ini bukan waktunya ngegombal Langit. Nanti aku nggak konsen belajarnya." Venus masih memfokuskan pandangannya kearah buku yang ia baca.

Langit yang masih menempelkan pipi sebelah kirinya diatas meja, langsung duduk tegak kembali. "Gue bosen nih. Ke kantin yuk." Ajaknya.

"Duluan aja. Aku masih mau disini."

"Beneran nih?"

"Iya Langit."

"Nggak mau nitip?" tawar Langit.

Venus menggeleng.

"Beneran?"

Venus langsung menggebrak meja. pelan. Ekor matanya menatap Langit. jengkel.

Mendapat perlakuan seperti itu, Langit langsung tersenyum sekilas. Lalu melangkah pergi. Meninggalkan Venus disana.

Sebenarnya alasan kenapa Venus masih betah diperpustakaan itu karena satu pemuda yang tengah berhadapan dengan buku paketnya di ujung sana.

Ingin sekali ia menghampiri pemuda itu. Namun beribu niatnya telah hilang ketika pemuda itu tak sendirian. Ada cewek yang menemaninya disana.

***

"Mars. Gue tinggal ke toilet dulu ya?"

Mars menatap Yura sekilas. Hanya sekedar memberi anggukan kearah gadis tersebut.

Yura langsung beranjak. Lalu pergi keluar dari perpustakaan tersebut.

Tak berselang lama. Panggilan dari seorang gadis membuat kepala Mars menoleh.

"Boleh gabung nggak?"

Tak ada respon dari pemuda di hadapannya. Tanpa dipersilahkan. Venus langsung mendudukkan diri di kursi yang tampak kosong itu.

Merasa tak nyaman dengan kehadiran Venus di dekatnya. Membuat Mars tak fokus dengan buku yang ia baca. Berbeda jika Yura yang ada disitu.

Mars langsung mengemasi buku-bukunya dimeja. Lalu berniat untuk pergi darisana.

Namun tubuh Venus berhasil menghalangi langkahnya.

"Kamu pernah bilang. Kalau kamu punya salah itu jangan di benci, tapi harus ditegur. Dan itu berlaku bagi aku juga."

Venus mulai berusaha menahan matanya agar tak berair.

"Jadi, kalau aku punya salah, bilang. Jangan ngehindar kayak gini."

"Kamu nggak punya salah. Tapi emang ada saatnya, keadaan dimana aku. Harus-ngejauh-dari-kamu."

"Keadaan itu nggak akan berlaku, kalau kamu bener-bener suka sama aku."

Mars menatap Venus dengan tatapan yang sulit untuk dideskripsikan.

"Tapi sayangnya keadaan itu jauh lebih berharga dari perasaan aku sendiri."

Venus tak lagi bisa membendung air matanya. "Keadaan? Aku pingin tau sepenting apa keadaan yang kamu maksud itu. Apa itu sekedar omong kosong kamu aja?"

MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang