8. Tertawa

9 0 0
                                    

"Salah satu kebahagiaan terbesarku adalah, bisa membuatmu selalu tertawa."

***

Di lorong depan kelas XII IPS 3. Terlihat dua orang tengah saling bertatap datar disana.

"Sebenarnya lo siapa?"

Rasa penasaran mulai tercetak dengan jelas di iris cokelat milik Langit. Ia ingin mencari tahu apa sebenarnya keistimewaan yang terpancar pada pemuda didepannya yang kini menatapnya tak kalah datarnya.

Kini Langit mulai menyimpulkan bahwa perubahan sifat Venus akhir-akhir ini pasti ulah pemuda didepannya itu.

"Kenalin, Mars Reksa Anggara, bisa dipanggil Mars atau Reksa, Anggara juga boleh. Tapi satu! jangan planet merah. Karena itu julukan special dari Venus buat gue."

"Sejak kapan lo deket sama Venus?"

Kini tatapan Langit berubah seperti ingin memburu. Ia tidak suka jika ada orang lain yang membuat Venus berpaling darinya.

"Kapan ya?" Mars berlagak sok mikir.

Tidak lama kemudian ia mulai mengimbuhkan kalimatnya,
"Lo kepo ya?"

Langit langsung berdecih sinis.
"Gue cuma pingin mastiin, sedeket apa lo sama Venus, baru deket aja udah blagu, belum tentu Venus juga suka sama lo."

Langit langsung melangkah pergi. Enggan untuk berdebat secara panjang hanya untuk masalah yang mungkin tidak perlu dibesar-besarkan.

"Suka itu juga butuh proses. Baru jadi sahabat aja udah blagu hu..." Mars berteriak sekencang mungkin berharap Langit bisa mendengarnya diujung sana.

***

"Tadi sahabatmu ketemu aku."

Sebenarnya Mars malas ngomong soal pemuda itu pada Venus. Namun sudah terlanjur ngomong mau bagaimana lagi?

Venus langsung menghentikan aktivitas makannya. Matanya langsung mendongak ke arah cowok yang sedaritadi mengganggu makannya dikantin.

"Terus Langit nggak bilang apa-apa lagi kan, ke kamu?"

Oh jadi namanya Langit, batin Mars.

"Dia bilang siapa namaku."

"Terus bilang apa lagi?" tanya Venus dengan penuh antusias.

"Dia bilang sejak kapan aku kenal sama kamu."

Tanpa izin pada pemiliknya. Tangan Mars meraih es teh yang jaraknya tidak begitu jauh darinya, gara-gara cewek didepannya itu terus memberinya pertanyaan, membuat tenggorokannya menjadi kering.

Venus menghiraukan begitu saja ketika es tehnya di minum oleh pemuda itu.

Ia lebih fokus pada topik yang sedang ia pertanyakan.

"Terus kamu jawab apa?"

Setelah tenggorokan Mars menjadi fresh. Ia kembali menjawab pertanyaan dari Venus.

"Aku jawab kepo banget gitu."

"Terus bilang apa lagi?"

"Dia bilang kalo aku ini blagu, padahal cuma baru kenal sama kamu."

"Terus?"

Venus terdiam ketika mata Mars menatapnya dengan lekat. Seketika Venus lagsung memalingkan tatapnya.

"Kayaknya kamu semangat banget kalo aku bilang tentang sahabatmu itu."

"Nggak, Aku cuma penasaran aja. Soalnya dia kan sahabat aku, wajar dong aku kepo."

MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang