29. Penuh misteri

5 1 0
                                    

"Bukannya Dunia yang terlalu sempit, hanya saja semesta terlalu pandai membuat kejutan yang tak terduga."

***

Jl. Cempaka Indah no.07
Jam 15.30 WIB

Mars terduduk diam disana. Menatap seseorang yang kini juga menatap kearahnya.

Awalnya Mars malas untuk kembali berjumpa dengan orang itu. Dan ia juga tidak peduli pada cerita masa lalu Ibunya. Mars bisa menebak mungkin saja orang itu dulu pernah menjalin hubungan asmara dengan Ibunya.

Namun ada alasan yang kuat mendorong dirinya untuk mau datang ke situ ialah karena ia sangat ingin tahu tentang kecelakaan Ibunya. Tentang kematian Ibunya yang sebenarnya.

"Kenapa harus di tempat ini?"

Ekor mata Mars kini mulai menelusuri setiap inci tempat itu. Tempat yang begitu lusuh dan sepi.

"Tempat ini dulunya adalah tempat special kami bertiga."

"Bertiga?"

"Iya. Saya, Ibu kamu dan satu orang lagi. Dia adalah laki-laki."

Awalnya Mars tidak begitu tertarik dengan cerita ini. Namun setelah mengetahui ternyata jumlah mereka itu bertiga, ini semakin membuat Mars penasaran dengan satu orang tersebut.

Orang itu tersenyum sekilas melihat raut wajah Mars yang mulai diselimuti rasa penasaran.

"Kamu percaya kalau kita bertiga akan menjadi sahabat sejati?"

"Nggak." Mars menggeleng.

Kini orang itu mulai tertawa keras.

"Kamu benar. Persahabatan sesama jenis itu jauh lebih baik daripada persahabatan antar lawan jenis. Karena kita itu manusia. Pasti punya rasa ketertarikan."

"Jadi kalian berdua sama-sama suka sama Ibu saya?"

"Iya. Kami sama-sama menyukai Ibu kamu. Tapi kami juga sama-sama tidak bisa mendapatkan Ibu kamu."

"Karena Ibu nggak suka sama kalian. Iya kan?" tebak Mars seraya tersenyum menyeringai.

"Bukan." Orang itu menepis asumisi Mars.

Tak lama kemudian ia mulai melanjutka ucapannya, "itu karena takdir. Takdir dari seorang sahabat. Ibu kamu menghargai persahabatan kami. Dan Ibu kamu tidak mau memilih salah satu diantara kami, karena dia nggak mau membuat kami saling bertengkar."

Laki-laki itu menghentikan ucapannya sejenak. Matanya memandang kearah pemuda di sampingnya. Tak disadari ia tersenyum tanpa sebab.

Mars yang mengetahui tingkah aneh lelaki itu langsung mengernyitkan alisnya seketika.

"Kamu sangat mirip sama Ibumu. Tapi tatapan kamu sangat bertolak belakang sama Ibu kamu."

"Banyak orang bilang saya mirip dengan Ayah saya. Dan hanya Bapak yang bilang kalau saya mirip sama Ibu saya."

Iris hitam pekat lelaki itu memancarkan tatapan... hangat.

"Kamu tau? Kenapa nama kamu adalah Mars?"

"Karena Ibu saya suka Astronomi." Jawab Mars sekenanya.

"Selain itu?"

Mars mengangkat kedua bahunya tak tahu.

"Dulu kami bertiga suka sama Dunia Luar Angkasa. Kami punya cita-cita dulu untuk bisa menjelajah keluar angkasa. Namun itu hanya sampai diujung lidah saja."

Lelaki itu tersenyum miris.

"Kamu tau? Dulu kami punya sebuah kesepakatan. Kesepakatan itu adalah jika nanti kita mempunyai keturunan. Kami harus kasih nama anak kami dari salah satu planet di luar angkasa."

"Apa anak Bapak sama sahabat Bapak mempunyai nama seperti saya?"

"Kemungkinan besar sahabat saya kasih nama itu. Dan saya sendiri tidak menikah dan tidak mempunyai anak."

"Kenapa? Apa Bapak segila itu suka sama Ibu saya?"

Lelaki itu langsung terkekeh setelah mendengar ungkapan sinis dari Mars.

"Saya pernah punya Istri, tapi sudah meninggal. Dan sekarang saya memilih tidak menikah lagi. Nggak kayak Ayah kamu."

Mars tahu, lelaki itu mencoba menyindir Ayahnya. Lelaki itu menganggap jika Ayahnya tidaklah setia seperti dirinya.

"Siapa nama sahabat Bapak?"

"Namanya Surya."

Mars agak membelalak ketika nama tersebut dari mulut lelaki itu. Entah kenapa mendengar nama itu membuatnya curiga pada seseorang.

"S...surya Al-Hikam?" tanya Mars dengan nada bergetar. Ia mencoba memastikan semoga saja dugaannya salah.

"Darimana kamu tau? Ibu kamu pernah cerita?"

Jantung Mars langsung memompa dengan cepat. Kenapa takdir membolak-balikkan dunianya seperti ini?

"Dia Ayahnya Venus. Teman sekolah saya."

"Apa?! Ternyata Dunia sesempit ini?"

Mars tak pernah menyangka jika Ibunya dulu bersahabat dengan Ayahnya Venus. Dan mereka dulu sama-sama menyukai Dunia Luar Angkasa.

"Kamu kenal deket sama anaknya Surya?"

Mars mengangguk.

"Bahkan lebih."

"Lalu?"

"Ayahnya Venus udah meninggal."

"Apa? Surya meninggal? Kapan?"

"Saya juga nggak tau."

"Jadi kedua sahabatku sudah meninggal." Lelaki itu melayangkan pandangan kearah lain dengan iba.

Lelaki itu termenung sejenak.

"Sekarang ceritain ke saya tentang kematian Ibu saya!"

Lelaki itu langsung menoleh kearah Mars.

"Kayaknya saya nggak bisa."

"Kenapa?"

"Karena saya sudah berubah pikiran."

Mars menyeringai penuh kekecewaan.

"Gampang banget Bapak ngomong gitu. Padahal saya mau datang kesini itu karena tujuan saya hanya ingin tau tentang kecelakaan itu."

"Lagian kalau kamu sudah tau. Apa yang akan kamu lakuin?"

"Jika Ibu saya beneran korban tabrak lari seperti yang orang-orang bilang. Saya akan cari penabrak itu sampai ke ujung dunia sekalipun!"

"Ibu kamu memang korban tabrak lari."

Mata Mars mulai berkaca-kaca, dadanya serasa sesak dan hatinya mulai memanas.

"Siapa pelakunya?"

"Kalau saya cerita sekarang ke kamu. Pasti kamu nggak akan percaya. Jadi, kalau kamu pingin tau yang sebenarnya datanglah ke Jalan Bumi Berjalan nomor.04."

"Bukannya daerah itu jauh dari pemukiman. Dan jarang ada kendaraan lewat disitu. Apa Ba...-"

"Pikiran kamu terlalu negatif. Dengerin saya dulu. Di jalan tersebut ada lima toko. Dan salah satu dari toko tersebut ada yang mempunyai CCTV. kamu langsung ke sana. Dia punya rekaman dijalan itu lima tahun lalu. Tepat dimana ibu kamu mengalami kecelakaan."

Mars mulai menelisik lelaki itu dengan curiga. "Kenapa bapak bisa mengetahui semua tentang Ibu saya?"

Lelaki itu mulai terkekeh. "Kan saya sudah bilang. Saya selalu menguntit ibu kamu semasa hidupnya."

Mars langsung membuang muka. Lelaki didepannya ini benar-benar gila. Apakah tidak ada pekerjaan lain selain harus menguntit ibunya?

______________________________________

Ternyata Alasan dibalik pemberian nama Mars dan Venus sudah terungkap.

Jika ada yang nanya nama dari Lelaki yang sedaritadi ngobrol sama Mars? Jawabannya: Sengaja nggak dikasih nama😅

MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang