50. Minta Maaf

9 0 0
                                    

"Membagi waktu itu tak semudah apa yang orang lain bayangkan."

***

"Gimana ini? Aku takut kalau Mars tau semuanya."

Laki-laki itu berusaha menenagkan istrinya yang nampak ketakutan.

"Itu nggak akan terjadi. Dia udah lupain kejadian itu kok. Kamu lihat sendiri kan?"

Wanita itu mengangguk. Ia menyenderkan kepalanya dibahu suaminya itu.

"Hebat banget."

Suara dari arah belakang. Mampu membuat pasangan suami istri itu langsung terpelonjat.

Mereka berdua langsung menoleh kearah belakang. Sejak kapan Mars ada disana?

"Jadi demi nutupin aibnya dia. Ayah tega bohongin aku?" Telunjuk Mars menatap lurus kearah Ibu tirinya itu.

Liana tak bisa berkutik apa-apa selain menahan air mata yang mulai ingin keluar.

"Dengerin Ayah dulu Mars...-"

"Dengan tega. Ayah nuduh Ayahnya Venus, padahal beliau sudah meninggal. Hati Ayah sebenarnya ditaruh dimana?"

"Cukup Mars! Dengerin Ayah dulu! Kasih Ayah kesempatan buat ngomong!" Danu mulai berbicara keras nan lantang.

Mars diam. Masih dengan muka datarnya. Memberi kesempatan Ayahnya untuk berbicara.

"Kamu itu salah paham."

Mars langsung melenggang pergi. Telinganya sudah tak minat mendengar bualan itu.

Mars pikir Ayahnya bakalan minta maaf atau nggak menyadari semua kesalahannya. Namun lagi-lagi Ayahnya selalu punya banyak cara untuk membela kebohongannya itu.

"Mars tunggu! Ayah belum selesai bicara Mars!"

Mars masih enggan menoleh. kakinya menaiki anak tangga dengan gerakan lemas. Sampai setelah berada di dalam kamarnya. Ia langsung menutup pintu kamarnya dengan keras. Sehingga mampu membuat Danu dan Liana sedikit tersentak.

Danu semakin memejamkan mata disaat ia mendengar suara yang begitu bergemuruh didalam kamar putranya itu.

Apakah putranya itu sekarang benar-benar membencinya?

***

"Lang, kayaknya dia suka sama kamu deh."

Venus sangat gemas melihat kucing peliharaannya itu selalu mengusapkan pipinya kearah kaki sebelah kiri Langit.

Langit langsung meraih kucing itu. Lalu menyerahkannya kearah Venus.

"Bawa kedalam gih. Gua geli tau nggak."

"Jangan dong. Biar aku gendong aja."

Mereka berdua tengah duduk diteras rumah Venus. Lagi ngobrol sambil menikmati semilir angin yang begitu sejuk.

"Kalau lulus lo mau lanjut kemana?"

Venus mulai berpikir. "Nggak tau sih." Venus mulai mengangkat bahunya.

"Kamu sendiri?" Kini giliran Venus yang bertanya.

"Kayaknya gue ikut bokap ke London."

Venus langsung melebarkan matanya. "Kamu mau kuliah disana?"

Langit mengangguk berat.

"Kamu tega mau ninggalin aku disini?"

"Ayah gue udah nyaman diasana ven. Dan gue disuruh pindah kesana."

MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang