32. Mars ke-2?

3 0 0
                                    

"Salah satu tujuanku ingin selalu membuatmu tertawa sampai kamu lupa bagaimana caranya untuk menangis."

***

"Assalamualaikum?" Ketika ia menginjakkan kaki didepan pintu luar tata usaha. Mata Venus mulai menelisik penjuru ruangan untuk menemukan orang yang dicarinya.

"Waalaikumsalam. Eh, kebetulan ada kamu. Ayo kemari bantu bapak!"

Venus langsung menghampiri pak Aldi yang tengah menghitung tumpukan kardus berisi... entahlah.

"Bapak nyari saya tadi?"

"Bapak nyari siapa aja yang mau bantu ngangkat barang-barang ini ke gudang."

Dahi Venus mulai menimbulkan kerutan samar. "Tapi tadi kata Langit...-"

Belum saja Venus menyelesaikan ucapannya. Pak Aldi langsung memotong.

"Oh Langit? Saya tadi sempat panggil dia untuk bantu saya. Tapi dia malah kabur."

Venus langsung membatin kesal.

"Heh kok malah bengong. Mau bantu saya nggak?"

"Oh. Iya pak saya akan bantu."

Pak Aldi tersenyum sekilas. "Kamu murid kelas berapa?"

"Kelas duabelas ipa 2"

***

"Langit!!! Awas aja kalau ketemu..." Venus tak henti menggerutu dalam hati.

Kakinya melangkah disepanjang koridor dengan gusar, mencari seseorang yang sedaritadi tak kelihatan batang hidungnya.

Emosinya semakin memuncak ketika tubuhnya terpental diatas lantai setelah tertubruk oleh tubuh seorang pemuda dari arah belokkan.

Pemuda itu masih diam dengan posisi yang berdiri tegak.

"Kamu bisa nggak sih kalau jalan hati-hati?"

Venus memejamkan matanya sejenak untuk meredakan amarahnya.

"Eh... sorry." Pemuda tersebut langsung mengulurkan tangannya untuk membantu gadis yang ditabraknya itu bisa berdiri kembali.

Namun terlambat. Venus telah lebih dulu bangun dari jatuhnya ketimbang uluran tangan itu.

Setelah membersihkan bagian seragamnya yang kotor, Venus langsung menatap pada pemuda tersebut.

"Kamu?" Venus agak terkejut setelah melihatnya.

"Eh... lo fans gue kan? Sorry banget  soalnya gua mau buru-buru nih."

Ternyata orang yang menabrak Venus ialah Mars yang super nyebelin melebihi Mars yang ia kenal.

Pemuda tersebut langsung melangkah pergi, namun ucapan Venus berhasil menginterupsi langkahnya.

"Mars nyebelin tunggu!"

Kontan pemuda itu langsung menoleh kearah Venus. "Mars nyebelin?" Ujarnya dengan nada pelan.

"Iya nama kamu Mars kan?"

Pemuda itu merotasikan bola matanya jengah.

"Panggil aja gue Sagam."

"Sagam? Jadi nama kamu Sagam. Bukan Mars? Tapi kata...-"

"Nih lihat!" Pemuda itu langsung menunjukkan nametag diseragamnya.

Venus melihat dengan jelas ada nama Marshell Alsagam disana.

"Hanya orang tertentu aja yang boleh panggil gue Mars," sahutnya, tanpa mau menunggu Venus menyelesaikan ucapannya.

"Kenapa?"

"Karena gue nggak suka dipanggil Mars. Aneh. Nanti gue dikira planet nyasar dibumi."

Entah kenapa Venus merasa tersindir dengan kata-kata itu. Pasalnya namanya sendiri juga aneh. Tapi dia tidak pernah mempermasalahkannya.

"Namaku Venus. Tapi aku nggak merasa malu sama sekali."

Pemuda yang ingin dipanggil Sagam itu langsung mengarah pada nametag seragam Venus.

Ada nama Venusia Az-Zahira tertera disana.

Ia termenung sejenak, sesaat kemudian ia baru sadar jika dirinya tengah buru-buru.

"Eh... yaudah gue pergi dulu."

"Eh..." ada yang ingin Venus katakan lagi pada Sagam. Namun pemuda itu malah berlari dengan sagat cepat.

Aku cuma mau bilang kalau aku ini bukan fans kamu.

Untuk yang kedua kalinya tubuh Venus kembali tertuburuk seseorang dari arah yang sama, namun bedanya orang tersebut langsung menarik tangannya agar tidak sampai membentur lantai.

Venus tersentak seketika dengan respon yang dilakukan oleh orang tersebut.

Jika orang lain yang melakukan itu mungkin ia akan marah. Namun orang tersebut mampu membuatnya bungkam.

Venus langsung menegakkan tubahnya kembali. "Hampir aja aku jatuh gara-gara kamu."

"Kan cuma hampir, nggak jatuh beneran kan?"

"Iya. Tapi tadi aku udah jatuh beneran."

"Maksudnya?"

"Kamu tau? Sebelum kamu nabrak aku. Ada cowok yang nabrak aku sampai jatuh. Dan kamu tau siapa namanya? Namanya Mars sama kayak nama kamu. Dia yang pernah aku ceritain kemarin ke kamu."

Mars hanya menatap gadis didepannya itu dengan senyuman kecil.

"Kayak apa sih dia? Jadi penasaran."

"Dia kan temen ekskul kamu. Masa kamu nggak kenal?" Venus langsung mengernyitkan alisnya. Heran.

"Oh iya? Tapi aku nggak tau ada nama Mars selain aku disana."

"Kalau Sagam kamu tau nggak?"

"Sagam? Kalau itu aku tau. Dia emang satu ekskul sama aku. Bahkan aku sering duel sama dia."

"Oh..." Venus menganggukkan kepalanya. paham.

"Jadi Mars yang kamu maksud itu dia?"

Sekali lagi Venus mengangguk.

"Dia pacarnya Mentari," ujar Mars dengan nada santainya.

Venus langsung menoleh kearah Mars seketika. Pasalnya dia baru tau soal ini.

"Mentari tetangga kamu itu?"

"Iya. Temen sekelas kamu."

"Oh... aku baru tau kalau Mentari punya pacar."

"Makannya jadi cewek jangan mau ketinggalan update." Mars menjulurkan telunjuknya didepan kening Venus lalu mendorongnya secara perlahan.

Venus yang mendapat perlakuan itu. Langsung menyingkirkan telunjuk tidak sopan itu.

"Ih... nggak sopan tau."

"Tuh dengerin nggak sopan, dasar telunjuk nakal." Mars menyalahkan telunjuknya sendiri seperti orang kurang waras.

Venus yang melihat tingkah laku pemuda didepannya itu hanya menatapnya aneh.

"Kamu gila ya?"

Mars langsung berpaling menatap telunjuknya sendiri. Kini tatapannya beralih kearah Venus.

"Jahat banget nuduh aku gila."

Venus langsung menyemburkan tawanya. Pemuda itu paling handal untuk membuatnya selalu tertawa meskipun dengan cara tingkah laku yang norak dan konyol.

_________________________________________

Ternyata Mars ke-2 atau bisa disebut Sagam itu pacarnya Mentari...

Semoga masih betah baca cerita ini...

MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang