Jiyong masih menunggu hasil pemeriksaan dokter sendiri. Kecemasan menggeluti pikiran dan hatinya. Jiyong pun menghubungi yongbae untuk menangani rapat yang harusnya ia pimpin hari ini.
30 menit berlalu, sang dokter pun akhirnya keluar dari kamar seungri. Jiyong pun menyudahi pembicaraan dengan yongbae.
"Nanti aku hubungi lagi, bae."
"Dokter, bagaimana dengan istri ku?"
"Bisa ikut sebentar ke ruangan ku jiyong-ssi?"
"Ne" jiyong mengikuti dokter yang selama ini menangani seungri. Jika sudah dipanggil secara pribadi seperti ini diruangannya, pasti ada hal yang sangat mengkhawatirkan bagi jiyong.
"Silakan duduk jiyong-ssi."
"Ada yang perlu aku sampai kan soal kandungan istrimu. Saat ini kondisi janinnya sangat lemah. Apa tadi seungri-ssi terjatuh?"
"Aku tidak tahu dok, saat aku datang seungri dalam keadaan duduk dilantai."
"Sebisa mungkin hindari dia dari jatuh ataupun pekerjaan yang membuatnya lelah. Jiyong-ssi, apa kau sudah menjelaskan kondisi ini pada istrimu?"
"Sudah, dia tetap akan mempertahankan anak kami."
"Baiklah kalau itu memang pilihannya. Tapi ingat apapun pilihannya sudah pasti ada resiko. Untuk sementara waktu biarkan dia bedrest. Dan satu lagi, kurangi kegiatan hubungan intim kalian. Itu akan membuatnya semakin lelah nantinya terlebih jika kandungannya sudah membesar."
"Arraseo, aku akan menjaganya dengan baik. Kalau begitu aku permisi dulu."
Jiyong kembali ke kamar seungri. Ia melihat sang istri masih memejamkan matanya. Ia duduk disamping kasur seungri, membelai surainya lembut dan juga mengelus perut seungri mencoba berkomunikasi dengan calon anaknya itu.
"Aegya...kau harus kuat demi eommamu, appa tidak mau kehilangan kalian berdua."
Tak lama seungri membuka matanya pelan, ia melihat jiyong masih mengelus perutnya dengan kepala tertunduk. Seungri membelai lembut kepala suaminya itu dan jiyong menyadari bahwa istrinya sudah bangun.
"Sayang, kau sudah bangun? Ada yang kau rasakan?"
"Hyung, kenapa kau menangis? Apa terjadi sesuatu dengan anakku?"
"Dia baik-baik saja, apa yang terjadi dengan mu tadi?"
"Hyung, kau harus segera mengeluarkan chaerin dari Motte. Dia berbahaya hyung."
"Apa maksudmu? Dia memang akan keluar 1 bulan lagi."
"Terlalu lama hyung, dia tahu aku hamil!"
"Ne? Tapi bagaimana dia bisa tahu?"
"Entahlah hyung, yang pasti dia hampir membunuh anakku, dia tidak akan membiarkan anakku ini lahir. Aku tidak mau itu terjadi hyung...aku tidak mau..." Seungri semakin histeris mengingat kejadian yang ia alami tadi siang membuat jiyong pun panik.
"Ssstt... tenanglah, apa maksudmu dengan membunuh anak kita?"
"Dia hyung, dia yang membuat ku jatuh tadi. Dia mendorong ku hingga aku kehilangan keseimbangan. Aku takut hyung, kali ini dia tidak main-main."
"Sudah, tenanglah. Tidak akan terjadi apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Kau hanya fokus dengan anak kita ya. Sekarang kau istirahat, dokter memintamu untuk banyak bedrest."
"Kau jangan pergi, temani aku disini."
"Aku tidak akan kemana-mana. Tidurlah."
"Aniya...aku ingin kau disini, peluk aku hyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love ✔️
Fanfiction🔞 wilayah nya nyongtory, ngintip dosa sendiri ya 😆 . . . . "Aku akan mencari mu, dimana pun dan sampai kapan pun. Karena kau lah cinta pertamaku."