"Yuna-ya. Bagaimana kabarmu?". Yuna tersenyum tipis menanggapi sapaan sahabatnya itu.
"Kenapa kau susah sekali dihubungi? Kau pasti sengaja menghindariku kan? Lalu siapa pria yang mengangkat teleponku kemarin?". Jungkook menarik Yuna ke dalam pelukannya.
"Yak! Kau mau mati ya! Setidaknya duduklah dulu. Kau baru saja terbang selama hampir 14 jam. Biar kubuatkan minum". Tepat setelah itu Junhoe muncul dari dalam kamar Yuna.
Dua pria itu saling menatap. Junhoe berekspresi datar, namun Jungkook berekspresi sebaliknya. Ia nampak bingung dan aneh.
"Kau siapa?".
"Seharusnya aku yang bertanya demikian". Junhoe bersedekap.
"Aku Jungkook. Jeon Jungkook". Junhoe nampak tak tertarik.
"Oi! Yuna-ya! Aku akan keluar sebentar. Jangan kemana-mana". Jungkook semakin kebingungan.
Pria itu menyusul Yuna ke dapur.
"Yuna-ya. Siapa pria tadi? Kenapa kalian nampak sangat akrab? Apa dia yang kemarin menjawab panggilanku? Sebanyak apa hal yang sudah kulewati sejak kita berpisah?". Yuna berdecak kesal mendengar pertanyaan bernada keluhan dari Jungkook.
"Bisakah kau bertanya satu per satu. Aku bingung menjawabnya". Jungkook langsung terdiam.
"Baiklah maafkan aku. Aku hanya terlalu khawatir padamu". Yuna menghela napas sejenak.
"Jungkook-ie. sudah kubilang berkali-kali, bahwa kita sudah tidak sama lagi. Kau punya seseorang yang lebih membutuhkan perhatianmu dibanding aku. Aku akan sangat berdosa jika membuatmu terus berada di sekitarku". Yuna menjeda kalimatnya. Gadis itu menyentuh lengan sahabat tercintanya itu.
"Kau percaya padaku kan?". Perlahan lelaki itu mengangguk.
"Dia Junhoe, Koo Junhoe. Dia kekasihku—". Jungkook nampak shock.
"Dia mahasiswa di kampusku, dari Korea. Kami bertemu pertama kali sekitar dua bulan yang lalu. Kami saling jatuh cinta sejak pertama bertemu dan baru setengah bulan yang lalu kami meresmikan hubungan. Jadi yang mengangkat telponku kemarin benar dirinya, kemarin aku sedang keluar berbelanja". Yuna sengaja tak menyinggung sedikitpun insiden Gayoon pada Jungkook.
Namun ekspresi Jungkook nampak kurang puas dengan penjelasan Yuna. Menurutnya masih ada hal-hal yang sepertinya sengaja disembunyikan Yuna darinya. Namun ia sekali lagi menekankan bahwa Yuna mungkin memang butuh jarak darinya.
"Bagaimana kabar Eunbi?". Jungkook nampak enggan membicarakannya.
"Baik". Yuna menangkap sebuah keganjilan dari ekspresi Jungkook.
"Yak! Kamu tidak sedang bertengkar dengannya kan?". Pria itu menggeleng lemah.
"Hanya sedikit".
"Astaga, Kookie! Berapa kali sudah kubilang padamu bahwa Eunbi itu lebih membutuhkanmu daripada diriku. Kalian sudah bersama hampir tiga tahun, kenapa kamu masih belum memahaminya". Yuna memijat pangkal hidungnya.
"Menginaplah semalam saja disini dan besok pagi kamu sudah harus kembali". Jungkook nampak akan memprotes namun Yuna mengisyaratkan penolakan dengan jari-jarinya.
"Apa kedatanganku begitu mengganggumu?". Jungkook lagi-lagi menyuarakan kekecewaannya.
"Dengar. Kamu itu sahabatku yang sudah kuanggap sebagai saudara sekaligus ayahku. Sedang Eunbi adalah sahabat sekaligus saudara perempuanku. Aku menyayangi kalian berdua. Tapi aku harus sadar posisiku bahwa Eunbi adalah istrimu. Setidaknya dia yang lebih berhak atas dirimu daripada aku—".
"Tapi aku mencintaimu! Kau melupakan fakta itu". Yuna menjauhkan cangkirnya ke pinggiran meja.
"Baiklah kamu benar. Maafkan aku. Tapi Jungkook, saat ini kamu sudah hak miliknya Eunbi. Kamu tidak bisa terus-terusan mengatakan 'aku mencintaimu'. Bagaimana jika Eunbi mendengarnya? Bisa kamu bayangkan bagaimana perasaannya?". Yuna berkata sambil menahan sesak di dadanya hingga suaranya tercekat.
"Yuna-ya. Kamu sendiri yang memintaku menjauhimu karena khawatir Yoseob meninggalkanmu. Tapi kamu tak pernah bertanya tentangku, tentang perasaanku. Kamu malah menjodohkan Eunbi padaku seolah kami saling menyukai. Sadarkah kau, bahwa dirimulah yang jahat. Kau—".
"Jungkook, cukup! Berhenti membicarakan masa lalu. Kau tidurlah di kamar tamu, sebentar lagi June datang. Aku tidak ingin dia salah paham".
Yuna sedang beranjak berdiri dari sofa saat Jungkook tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. Yuna yang shock berusaha melepaskan tangan Jungkook, namun lelaki itu justru mengeratkan lengannya hingga Yuna meringis karena lengan Jungkook tepat berada di atas luka tusukannya.
Yuna berusaha sebisa mungkin agar tak mengeluarkan rintihan. Karena lukanya ditekan cukup kuat oleh Jungkook. Yang bisa ia lakukan adalah mengelus lengan kekar lelaki itu yang nampak membutuhkan dirinya.
"Yuna-ya. Aku benar-benar mencintaimu. maafkan Aku karena merusak persahabatan kita. Aku—". Yuna meraskan punggungnya menghangat.
Nampaknya Jungkook tengah menangis di balik tubuhnya. Yuna benar-benar tak berkutik. Air matanya yang sejak tadi ia tahan lantas mengalir deras seiring lengan Jungkook yang semakin mengendur. Yuna sontak melepas rangkulan Jungkook di pinggangnya dan berlari menuju kamarnya sendiri.
Yang tidak mereka sadari adalah bahwa Junhoe sejak tadi tidak benar-benar keluar dari apartement itu. Pria itu mendengar semuanya. Ia melihat semuanya yang dilakukan dua orang berbeda gender itu.
'Nampaknya makin rumit'. Batin Junhoe.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] It's You!
Fiksi PenggemarAbout my true feeling... Yes, it's You! [RE-PUBLISH]