Hampir seminggu lamanya Jungkook terbaring dengan segala peralatan penunjang kehidupan yang melekat di sekujur tubuhnya. Dua hari yang lalu, Choi Yuna sudah keluar dari rumah sakit dan berencana kembali ke Denmark secepatnya.
"Oh, kamu disini? Masuklah". Eunbi membuyarkan lamunannya.
Ia nampak kesusahan dengan gendongan bayi di depan tubuhnya dan kedua tangan menggenggam kantong plastik yang entah berisi apa.
"Bisa tolong bukakan pintunya, tanganku penuh". Ucapnya sungkan pada Yuna.
"Oh tentu".
Keduanya memasuki ruang rawat Jungkook bersamaan. Setelah meletakkan semua bungkusan itu, Eunbi menatap Yuna dengan senyum yang dipaksakan.
"Apa kamu... akan segera kembali ke...Denmark?". Eunbi melirik sekilas ke arah suaminya yang masih enggan membuka matanya.
"Aku—". Kalimat Yuna terpotong suara ponsel Eunbi.
"Maaf, aku angkat telepon dulu". Setelah Yuna mengangguk, Eunbi langsung keluar dari ruangan bersama bayinya meninggalkan Yuna dan pria yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit itu.
Sejenak Yuna ragu saat akan mendekati ranjang pria yang selama 15 tahun ini selalu bersamanya. Sejauh ini ia selalu berhasil menyangkal semua perasaannya terhadap sahabatnya ini. Namun jika seperti ini jadinya, Yuna benar-benar menyesal. Ia ingin sekali meneriakkan semua ganjalan di hatinya kepada pria ini.
Tentang perasaan Yuna padanya..
Tentang pengakuannya yang terlambat..Ia menyentuh pipi sahabatnya ini dengan ragu. Seolah bisa hancur karena sentuhan tangannya. Jemarinya menelusuri seluruh permukaan kulit wajah pria itu mulai dari pipi mulusnya, hidung mancung dan kedua kelopak mata yang masih setia menutup itu, masih dengan gerakan ragu. Tanpa sadar ia memejamkan matanya.
Bagaimana aku bisa pergi jika melihatmu seperti ini. Ketika cahayamu semakin memudar. Aku khawatir tak kan bisa lagi melihatmu.
Bukan karena jarak, atau ego.
Karena itu kamu,
ya itu karena kamu.Ini tentang kamu, kita..
Mimpi kita untuk terbang bebas bersama seperti kupu-kupu.Maafkan aku yang bodoh ini.
Yang hanya bisa menggumamkan 'aku mencintaimu' dibalik punggungmu..
Jungkook-ah...
Menurutmu jika aku bisa mencintai orang lain, mungkinkah aku juga bisa melupakanmu?Perasaan ini...
Harus marah pada siapa?
Tidak peduli seberapa tidak adil itu. Tidak peduli seberapa banyak air mataku. Aku tahu itu tidak akan merubah apapun. Tidak peduli seberapa banyak aku memohon..Karena aku...
seorang yang tidak diinginkan orang lain.Yuna merasakan matanya memanas. Tanpa sadar air matanya meleleh dari kelopak mata kanannya. Ia langsung mengusapnya dengan kasar seraya bangkit berdiri dan berbalik keluar dari ruangan yang membuatnya sesak itu. Tanpa Yuna ketahui bahwa Jungkook juga meneteskan air matanya dalam tidurnya.
***
2 weeks later......
"Kau menemukan sesuatu?". Pria jangkung itu menggeleng dengan raut menyesal.
"Astaga, Lee Seokmin! Kau hanya kutugaskan mencari seorang gadis dan sudah ketiga kali ini kau gagal jua. Sebenarnya kau itu detektif sungguhan atau bukan". Pria yang dipanggil Seokmin itu menatap nyalang pria yang sedang memarahinya tepat di depan wajahnya.
Bukan apa-apa, kalau saja pria itu bukan sepupunya—putera dari pamannya yang sudah menyokong kehidupannya selama ini, sudah pasti Seokmin akan mematahkan lehernya. Dengan kesal ia menampilkan senyum terpaksanya.
"Timku sudah berusaha mati-matian selama sebulan ini, tuan Jeon. Setidaknya berikan apresiasimu pada kami. Kau harus tahu bahwa pekerjaan kami bukan hanya mencari orang hilang. Asal tahu saja, Denmark bukan negara yang kecil. Lagipula Yuna—".
"Stop! Aku tak butuh ceramahanmu. Sekarang juga pergi dari rumahku!". Seokmin keluar dari ruang kerja yang pengap itu dan hampir menabrak seorang perempuan berambut sebahu.
"Oh, Eunbi-ssi?".
"Tak usah seformal itu, Lee Seokmin. Kita ini keluarga". Pria itu menggaruk tengkuknya.
"Kau pasti habis dimarahi lagi sama Jungkook ya?". Pria itu semakin nampak sungkan pada Eunbi.
"Memang kesalahanku sih. Oh, aku permisi dulu. Ada tugas yang harus kukerjakan". Eunbi menatap punggung sepupu suaminya itu dengan sendu.
Akhir-akhir ini Jungkook berubah menjadi pemurung dan sering meledak-ledak. Eunbi sangat paham apa penyebabnya. Namun perempuan itu tak bisa berbuat apapun. Ia hanya berharap perubahan sikap suaminya itu tak memberi efek buruk pada perkembangan hubungan mereka.
"Haruskah aku menyerah..".
.
.
.
