4. Forgotten Past

553 57 6
                                    

Jungkook terlihat uring-uringan beberapa hari ini. Penyebabnya tidak lain adalah karena sahabat kesayangannya, Choi Yuna tidak bisa dihubungi sama sekali sejak terakhir gadis itu mengabari Eunbi dua minggu yang lalu. Fokus Jungkook sering terpecah saat bekerja. Ia lebih sering terpaku menatap ponselnya sambil berharap gadis jahat itu akan membalas pesannya.

Jungkook tidak terbiasa diabaikan oleh Yuna, sesibuk apapun gadis itu pasti akan selalu ada cerita yang meluncur dari bibirnya. Jungkook langsung melompat dari kursinya ketika ponselnya berbunyi. Namun desah kecewa memenuhi ruang kerjanya, karena pesan itu bukanlah dari orang yang dia tunggu melainkan pesan grup kantornya.

"Hei captein ! Ayo makan siang bersama di restoran depan kantor". Kim Mingyu, teman se-divisi Jungkook mengagetkan pria itu di depan pintu ruang kerjanya dan dibalas anggukan oleh Jungkook.

"Kuperhatikan kau sering kehilangan fokus akhir-akhir ini. Apa periode ngidam istrimu masih cukup sering?". Mingyu membuka obrolan sambil tangannya memotong daging menjadi bentuk kecil-kecil.

Jungkook menggeleng. Ia tidak mungkin mengungkapkan alasan kegalauannya kepada Mingyu. Mereka tidak cukup dekat untuk mengetahui hal-hal pribadi.

"Tidak ada. Aku hanya cukup stres dengan menumpuknya tugas menjelang peluncuran produk baru". Mingyu mengangguk paham.

Mingyu tentu paham tugas kepala divisi selalu lebih berat daripada rekan-rekan setimnya. Dan Jungkook jarang sekali menampakkan sikap seperti ini pada periode-periode sebelumnya. Pria itu berkesimpulan bahwa ada hal lain yang mengganggu fokus atasannya ini.

Jika diurut dari segi usia, jelas Mingyu lebih tua beberapa bulan dibanding Jungkook. Namun demi menjaga kesopanan terhadap atasan, Mingyu tidak mau terkesan terlalu ikut campur urusannya. Biarlah nanti Jungkook sendiri yang akan mengatakannya.

***

"Choi Yuna-ssi?". Yuna menoleh dan langsung melebarkan matanya saat seaeorang memanggil namanya.

"Ah benar kau ternyata".

Wanita yang memanggil Yuna tersebut tampak merapikan untaian rambutnya. Di sebelah kanannya ada seorang pria tampan yang terlihat sebaya dengan Yuna sedang menatap datar padanya. Yuna langsung membungkuk singkat demi menjaga kesopanan terhadap yang lebih tua.

"Dunia sempit sekali ya. Bagaimana bisa aku selalu dipertemukan denganmu dimanapun aku berada". Yuna masih terdiam. Meladeni racauan wanita ini tidak akan memberi manfaat apapun untuknya.

"Oh, sepertinya kau habis belanja. Apa kau akhirnya memutuskan melarikan diri ke Denmark setelah 'membunuh' tunanganmu sendiri?". Tangan Yuna mengepal.

Yuna menhembuskan napas kasar. Ia tidak boleh terpancing oleh provokasi wanita munafik di hadapannya ini. Yuna sudah cukup menderita beberapa bulan ini. Dan ia baru saja berhasil memulai kehidupannya yang baru.

"Setidaknya aku masih punya malu untuk tidak menampar wanita perusak hubungan orang di depan umum". Wanita tersebut langsung meradang.

"Cukup Gayoon-ah. Jangan menambah masalah lagi. Ayo pergi". Pria yang bersama wanita itu menarik kasar tangan kanan Gayoon yang terangkat agar segera menjauh.

Yuna menghembuskan napasnya kasar. Ia berjalan cepat nyaris berlari menuju flatnya. Yuna mengaktifkan data selular ponselnya lagi sejak beberapa hari yang lalu. Ia sengaja mengabaikan ponselnya karena terlalu sibuk survei lapang untuk penentuan lokasi penelitian proyek dosennya.

Yuna tertegun karena banyaknya spam chat dari Jungkook. Gadis itu tersenyum geli membaca satu persatu pesan sahabatnya itu. Sebagian besar isinya adalah keluhan betapa lelaki itu kesepian semenjak perginya Yuna. Jungkook bahkan mengancam akan langsung terbang ke Denmark jika Yuna tak kunjung mengabarinya. Namun Yuna memutuskan tidak membalas satupun pesan lelaki tersebut.

Ia masih cukup sadar akan posisinya. Yuna ingat sekali bagaimana cemburunya Jung Eunbi padanya karena Jungkook lebih sering menghabiskan waktu dengan Yuna dibanding dengan dirinya. Yuna menghela napas dan kembali menonaktifkan data selularnya.

***

"June-ya, kenapa kau menghentikanku tadi? Harusnya kau biarkan aku menampar wajah menyebalkannya itu". Pria muda di depannya memutar matanya.

"Dan membuat sebuah pertunjukan drama sabun di depan umum? Aku tidak seluang itu untuk meladeni perseteruan kalian noona. Ingat kau kesini untuk menghadiri kelulusanku, bukan cari perkara dengan gadis itu lagi". Wanita itu, Heo Gayoon masih terlihat bersungut-sungut.

Gayoon tidak pernah menduga bahwa keberadaan gadis yang lebih muda empat tahun darinya itu di Denmark akan membuatnya kembali merasa tertekan. Gayoon sempat merasa kalah saat Yoseob tiba-tiba mengabarinya akan menikahi gadis ingusan itu pada suatu sore beberapa minggu sebelum kejadian naas itu terjadi.

Gayoon tersenyum misterius. Pria yang sedang menyeruput kopinya itu menatap aneh wanita yang berstatus sebagai kakak sepupunya itu.

Sepertinya aku harus melakukan sesuatu untukmu, perempuan gila. Karena di Korea aku tidak akan sebebas itu melakukannya. Batin Gayoon

Sementara sang adik sedang menerka bahwa kakak sepupunya ini tengah merangkai suatu rencana di dalam kepala cantiknya.

.
.
.

[END] It's You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang