Dua orang itu saat ini sedang duduk diam di dalam mobil. Tak ada satupun yang berminat membuka percakapan. Hanya bunyi kendaraan yang berlalu lalang yang memecah keheningan diantara mereka.
"Baiklah kau benar". Junhoe menoleh ke sebelah kirinya.
"Aku memang lebih mencintainya daripada Yoseob oppa". Junhoe tetap terdiam menanti kalimat gadis di sampingnya itu.
"Aku terlalu pengecut jika harus mengungkapkan perasaanku pada sahabatku sendiri yang dengan gamblang menyatakan mencintaiku". Yuna menghela napas sejenak.
"Tapi Gayoon eonni salah besar jika mengira aku tak mencintai Yoseob oppa—". Junhoe menatap bingung Yuna di sampingnya.
"Gayoon eonni mengira aku hanya memanfaatkan Yoseob oppa. Namun sesungguhnya aku 'mulai' mencintainya entah sejak kapan. Jika saja aku tak memergokinya saat itu, tentunya semua pasti akan berbeda". Perlahan air mata Yuna meluruh.
"Aku yang salah..sungguh aku menyesal". Yuna menutup wajahnya sambil terisak.
"Yak! Yak! Sudahlah.. itu bukan salahmu". Junhoe menarik lengan kanan Yuna.
"Tentu saja salahku. Jika saja saat itu aku menutup mataku terhadap apa yang kulihat, maka saat ini kita tak akan berakhir seperti ini. Aku bahkan sengaja membuat Jungkook menjauhiku agar... agar ia... Aku memang jahat".
Yuna akhirnya menumpahkan penyesalannya yang telah ia pendam bertahun-tahun. Junhoe sampai kebingungan untuk menenangkannya. Junhoe tak pernah menyangka bahwa Choi Yuna akan semudah itu menceritakan rahasia hatinya pada seseorang yang bahkan baru ditemuinya.
"Berjanjilah padaku, Koo Junhoe". Lelaki itu menatap waspada Yuna.
"Setelah ini jika kamu bertemu lagi denganku, berpura-puralah bahwa kamu tak mengenalku—".
"Apa! Bagaimana bisa? Aku tidak akan melakukannya".
"setelah proyek ini selesai, aku akan benar-benar pergi. Aku ingin memulai semuanya dari awal. Karena semua orang sudah bahagia dengan takdirnya masing-masing".
Entah mengapa Junhoe merasa Yuna sesungguhnya membutuhkan seseorang disisinya. Hanya saja gadis itu pride nya terlalu tinggi.
"Aku tak tahu apa yang membuatmu memutuskan demikian. Tapi asal kamu tahu, semakin kamu lari dari masalah maka hatimu akan semakin sakit. Kusarankan kamu jujur padanya meski hasilnya tak bisa sesuai ekspektasim—".
"Jungkook bisa saja berlari kepadaku dan meninggalkan Eunbi! Tidak bisakah kau membaca situasinya, Koo Junhoe!". Nada Yuna meninggi.
"Kurasa hal seperti itu kecil kemungkinannya akan terjadi. Jungkook yang kulihat nampak sudah paham isi hatimu. Ia berkali-kali mencoba memancingmu agar mengutarakannya, namun kamu seperti biasa, hanya berusaha menutupinya. Kalian sudah bersama selama bertahun-tahun, mustahil jika Jungkook tak menyadarinya. Ketahuilah, mencintai sahabatmu sendiri tidaklah berdosa. Namun membuatnya menjadi milikmu setelah ia terlanjur memilih, itu merupakan kesalahan. Tapi semua terserah padamu, kamu yang menjalaninya. Ah iya! Aku akan segera melacak Gayoon dan menyeretnya kembali ke Korea. Aku berjanji padamu".
Yuna menahan senyumnya mendengar kalimat terakhir Junhoe. lelaki itu mengatakan kalimat panjang dengan ekspresi datar andalannya. Yuna bahkan tak percaya kalimat-kalimat bijak tersebut muncul dari mulut Koo Junhoe yang terlihat seperti laki-laki dingin.
Ia akhirnya memikirkan semua perkataan lelaki itu yang semuanya memang terasa benar. Beberapa saat sebelum mobil Junhoe berjalan, Yuna berteriak memanggilnya.
"Ada apa?".
"Terima kasih".
"Tak masalah. Semoga kamu segera mendapatkan yang terbaik".
"Aku menarik kata-kataku tadi".
"Yang mana?".
"memintamu mengabaikanku. Tolong jangan lakukan itu, jadilah temanku. Halsuisseo-yo?". Junhoe tersenyum tipis dan mengangguk.
.
.
.