Tiga orang di meja makan itu nampak diam, masing-masing sibuk dengan kegiatannya memakan sarapannya. Namun jelas fokus mereka tidak pada menu sarapan. Pikiran mereka saling berputar. Sehingga yang terdengar hanya bunyi sendok garpu yang berdentingan.
"Pesawatku berangkat jam 10". Jungkook membuka percakapan.
Dua orang di seberangnya mengangguk bersamaan.
"Biar kami antar kamu ke bandara". Jungkook menggeleng.
"Tidak usah. Aku bisa send—".
"Kookie!". Yuna mengisyaratkan kedua jari yang disilangkan di depan dadanya.
"Ya ya ya... Terserah saja". Hening setelahnya.
***
"Kuharap kau benar-benar mencintai Yuna dan siap menjaganya dari apapun yang mempersulitnya". Junhoe menoleh ke sebelah kirinya.
Saat ini mereka sedang duduk berdua di bangku panjang bandara menunggu Choi Yuna yang sedang ke toilet.
"Tentu saja aku mencintainya dan akan selalu siap menjaganya dalam kondisi apapun". Jungkook bersedekap.
"Aku hanya tidak ingin Yuna kembali terpuruk karena seorang pria. seperti yang sudah-sudah". Kalimat terakhir agak dipelankan oleh Jungkook namun masih cukup tertangkap telinga Junhoe.
"Dengar ya, Aku adalah masa depan Yuna. Jadi hal-hal yang terjadi di masa lalu bukanlah hakku untuk mengurusinya. Kuharap kau juga mulai sekarang membiasakan diri untuk menerima bahwa Yuna sekarang kekasihku". Jungkook langsung menoleh ke sebelah kanannya dengan ekspresi terkejut.
"Apa maksudm—".
"Hei! Aku belikan kopi sekalian untuk kalian berdua. Nih!". Yuna tiba-tiba muncul dari belakang kedua laki-laki itu.
"Oh iya, kurasa kamu harus segera masuk ke gate E biar nanti gak berdesakan". Yuna menarik tangan kanan Jungkook dan menggiringnya menuju ruang tunggu.
"Yuna-ya".
Lagi-lagi kalimat Jungkook terpotong, kali ini oleh bunyi pengeras suara yang mengabarkan bahwa para penumpang diharuskan segera menuju gate E.
"Aku akan menghubungimu".
Belum genap Yuna berbalik, tangan Jungkook sudah mendekap tubuhnya erat. Yuna membalas pelukan Jungkook. Mereka terdiam beberapa saat.
"Aku merasa dejavu".
"Hmm. Tapi sekarang kamu yang pergi".
"Kau yang memaksaku pergi, bodoh!". Yuna memukul pundak Jungkook, sedangkan lelaki itu mengelus rambut Yuna dengan sayang.
"Pergilah, perbaiki hubunganmu dengan Eunbi. Jangan sia-siakan seorang wanita hanya karena egomu".
"Kau semakin pandai berkata bijak".
"Aku serius, Kookie!".
"Baiklah, aku juga mencintaimu".
"YYak!". Jungkook terkekeh.
Mereka melepas pelukan masing-masing dalam keadaan haru. Keduanya meninggalkan kesan yang serupa namun nampak sangat berbeda. Jungkook berjalan mundur sambil melambaikan tangan pada Yuna.
Setelah tubuh Jungkook tak nampak lagi barulah air mata yang sejak tadi ia tahan tumpah. Yuna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, menangis dalam diam. Sungguh sesak sekali dadanya hingga nafas pun terputus-putus. Ia berjongkok karena kedua lututnya mendadak lemas.
Junhoe yang memandangnya dari jauh bahkan ragu-ragu untuk mendekati Yuna yang nampak hancur. Perlahan lelaki itu berjalan mendekati gadis yang berjongkok beberapa meter di depannya itu. Ia melepas jaketnya dan langsung memakaikannya ke tubuh Yuna sambil menarik tubuh gadis itu agar berdiri.
Tanpa disangka Yuna tiba-tiba melemparkan dirinya ke dalam pelukan Junhoe. Junhoe yang kaget hanya mematung di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun selama beberapa detik. Ia ragu apakah harus membalas pelukan Yuna atau tidak. Beberapa saat kemudian Yuna melepaskan lengannya yang melingkari leher Junhoe.
"Maaf aku refleks".
Gadis itu masih sesenggukan sambil jari-jarinya menyeka air matanya yang membanjiri wajahnya.
"Kamu harus kembali ke rumah sakit". Yuna menggeleng.
"Aku sedang dikejar deadline. Ah! Ngomong-ngomong terima kasih, Junhoe-ssi". Junhoe menatapnya bingung.
"Karena telah menolongku berkali-kali. Dan maaf sudah mencurigaimu".
"Seharusnya aku yang meminta maaf atas nama sepupuku". Yuna memaksakan senyumnya.
"Jika kamu mau, aku bisa membantumu melaporkannya ke polisi". Yuna lagi-lagi menggeleng.
"Tidak! Aku tak akan melakukannya. Kakakmu hanyalah melampiaskan sakit hatinya padaku. Dia benar, akulah yang sudah menghancurkan ikatan yang sudah terjalin bahkan jauh sebelum aku bertemu dengannya. Aku yang egois karena ingin memilikinya seorang diri. Aku paham, dia sama hancurnya denganku. Kamu sebaiknya cepat menemuinya, ia akan sangat membutuhkan seseorang disisinya saat ini". Yuna menepuk pelan pundak Junhoe dan memberikan kembali jaket lelaki itu.
"Kau pengecut, Choi Yuna-ssi". Gadis itu berhenti mendadak.
.
.
.