6. The Story Behind

470 57 3
                                    

Hujan pertama selama Yuna berada di Denmark turun di akhir bulan Agustus. Gadis itu terjebak di lobby kampusnya sejak satu setengah jam yang lalu usai menyerahkan revisian proposal kepada asisten prof Gamborg. Ia seharusnya sudah berada di apartemennya menikmati coklat panas favoritnya sore ini jika saja hujan tidak turun dengan derasnya seperti saat ini.

Ia berkali-kali melirik jam tangannya dan mendesah frustasi karena hujan terlihat tak kunjung reda. Akhirnya ia memutuskan akan pulang dengan menerobos hujan. Baru saja hampir keluar gedung, ia teringat sesuatu. Dengan mengumpat pelan Yuna berbalik hendak kembali ke dalam gedung.

Yuna berbalik mendadak hingga seseorang yang sedang berjalan ke arahnya tertabrak. Keduanya jatuh terduduk. Yuna buru-buru bangkit untuk meminta maaf. Pria itu juga bangun dan seketika itu pula keduanya saling menatap dan tertegun bersamaan beberapa saat. Sadar lebih dulu, pria itu berdehem menyebabkan Yuna sontak tersenyum kikuk dan membungkuk hormat seraya meminta maaf.

"Maafkan saya, sir". Yuna menggumamkan maaf menggunakan Bahasa Danish yang kagok.

"Tidak apa-apa". Pria itu memicingkan mata, merasa sangat familiar dengan gadis di hadapannya ini.

Terjadi keheningan beberapa saat. Keduanya bingung dan canggung.

"Junn-ie! June! Kau dimana?". Tiba-tiba dari arah dalam gedung terdengar suara teriakan seorang wanita dalam bahasa Korea.

Pria di hadapan Yuna menyadari sesuatu dan tangannya reflek menarik tangan gadis itu. Yuna terseok-seok mengikuti pria aneh yang tak dikenalnya iti menuju entah kemana. Ternyata pria itu membawa Yuna ke bagian lain gedung. Mereka bersembunyi di balik tangga darurat.

Pria itu menghembuskan nafas lega beberapa saat kemudian ketika dirasa suara wanita yang meneriakinya itu sudah tak terdengar lagi. Yuna masih kebingungan dengan apa yang terjadi. Mengapa pria bertoga ini menariknya kemari. gadis itu juga merasa familiar dengan pria ini. Namun ia saat ini benar-benar clueless.

"Maafkan saya, nona. Saya cukup kaget bertemu anda disini—".

"Maaf, sir. Bisakah anda menggunakan Bahasa Inggris, saya..err.. kurang mahir Bahasa Danish". Yuna memotong ucapannya. Pria itu seketika tersenyum canggung.

"Ah! Jadi, nona. Saya Koo Junhoe. Saya mengenali anda. Anda pasti mengenal Heo Gayoon, bukan?". Pria itu, Junhoe berbicara menggunakan Bahasa Korea yang sukses membuat Yuna terbelalak.

Bagaimana bisa pria ini mengenalnya. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, pria yang mengaku bernama Junhoe ini bahkan mengenal Heo Gayoon. Seketika Yuna menatap waspada pria di hadapannya itu.

"Apa yang sedang kalian rencanakan?". Yuna memundurkan tubuhnya agak menjauhi Junhoe.

"Tidak, nona. Hmm.. bagaimana mengatakannya, ya. Begini, bisa kita berbicara di tempat lain? Bukan hal yang bagus jika kita bertemu dengan kakak sepupuku—". Yuna menatap Junhoe kaget.

"Heo Gayoon, adalah sepupuku, nona". Yuna shock hingga menjatuhkan tas selempangnya.

***

Hujan belum juga reda, cukup awet untuk ukuran hujan pertama. Disinilah kedua orang berbeda gender itu berada. Duduk berhadapan di salah satu meja cafetaria kampus. Yuna terpaksa mengikuti Junhoe karena gadis itu penasaran dengan apa yang akan diceritakannya mengenai Heo Gayoon.

"Jadi?". Setelah keheningan beberapa saat, Yuna mencoba membuka percakapan.

"Aku tahu semuanya". Yuna diam menanti kalimat Junhoe selanjutnya.

"Sebenarnya dia sudah mengaku kalah saat itu seandainya pria itu tak memulainya lagi". Lanjutnya.

"Yoseob, kekasihmu. Lagi-lagi menemui Gayoon yang saat itu sedang masa pemulihan akibat depresinya. Pria itu bahkan mengatakan siap membatalkan pernikahan kalian jika Gayoon mau kembali padanya. Gayoon yang memang masih sangat mencintainya sontak menyetujuinya tanpa berpikir. Beberapa hari kemudian mereka bertengkar hebat karena Gayoon hampir saja mencelakakan dirimu ketika Yoseob ternyata tetap melanjutkan pernikahan kalian dan memutus semua kontaknya terhadap Gayoon. Saat itulah kau datang dan terjadilah kecelakaan itu". Pegangan tangan Yuna mengerat pada selempangnya.

Ingatannya berputar pada beberapa jam sebelum kecelakaan itu terjadi.

Siang itu Yuna berniat menemui kekasihnya di apartemennya. Ia bahkan sempat berbohong pada Jungkook bahwa ia hanya ingin membeli keperluan pernikahannya sendiri ketika sahabatnya itu menawarkan akan mengantarnya.

Ketika kakinya memasuki basement apartemen kekasihnya. Beberapa meter darinya tampak pria yang dicintainya itu terlibat perselisihan dengan seorang wanita. Wanita itu menangis dalam pelukan kekasih Yuna. Sementara Yuna terdiam mematung menatap pemandangan itu. Ingin rasanya ia melabrak mereka dan menginterogasi kekasihnya tentang hubungannya dengan wanita itu.

Namun kekesalan Yuna berubah menjadi keterkejutan luar biasa saat kedua orang itu mulai menempelkan bibir masing-masing. Saat itu juga pigura foto prewedding yang berada dipelukan Yuna jatuh dan pecah berkeping-keping juga menimbulkan suara bising hingga menghentikan kegiatan yang terjadi di depannya.



"Aku tahu, kamu sebenarnya adalah pihak yang tersakiti. Namun kamu juga harus tahu, bahwa Gayoon dan Yoseob saling mencintai sejak lama. Bahkan sebelum pria itu bertemu denganmu". Setitik air jatuh dari kelopak mata Yuna.

"Setelah pertemuan tak sengaja kita waktu itu, aku menangkap gelagat aneh sepupuku. Aku langsung tahu bahwa ia kembali merencanakan sesuatu untukmu". Yuna menatap Junhoe kaget. Lelaki itu melanjutkan.

"Aku akan membawanya kembali ke Korea secepatnya setelah administrasiku di kampus selesai. Kuharap selama waktu itu kamu bisa menjaga diri. Karena sepupuku bisa sangat nekat jika sudah menyangkut Yoseob". Setelahnya, Junhoe berpamitan karena khawatir Gayoon akan menemukan mereka.

.
.
.

[END] It's You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang