18. Believing

294 56 16
                                    

'Jungkook.. koma'.

Entahlah, pikiran Yuna mendadak ngeblank saat mendengar dua kata yang diucapkan Eunbi. Bahkan perempuan itu masih terisak di sampingnya. Dengan menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

"Eeii... bercandamu gak lucu, Jung Eunbi. Rekan kantornya tadi mengatakan suamimu itu sedang ada pertemuan penting di Busan. Mungkin ia saat ini sedang di depan televisi menonton kartun kucing dan tikus dengan semangkuk sup kari favoritnya. Ngomong-ngomong bagaimana kau tahu ak—".

"Yuju-ya! Apa ekspresiku nampak seperti sedang bercanda!". Eunbi menaikkan nada bicaranya sambil sesekali mengusap air matanya.

"La..lalu, bagaimana kau tau. Ani, kenapa kau masih disini bukannya mendampinginya". Yuna masih belum percaya dengan berita itu.

Ia masih mengira sahabatnya itu sengaja mengerjainya. Namun melihat ekspresi Eunbi dan tangisan perempuan itu, Yuna seketika merasa sedikit gelisah. Gadis itu bangkit perlahan dari ranjangnya mencoba mendekati Eunbi.

"Eun..Eunbi-ya. Benarkah?". Suara Yuna tercekat. Eunbi menatap nanar Yuna di depannya.

"Aku tak akan sehancur ini jika Jungkook tak menyebut namamu di detik-detik terakhir kesadarannya".

***

Junhoe cukup terkejut dengan reaksi Yuna mengenai kabar kecelakaan dari sahabat yang dicintainya itu. Yuna hanya diam seperti tak ada masalah apapun. Junhoe mengira Yuna tak mempercayai berita tersebut. Namun saat ia memapah gadis itu menuju ruang ICU untuk sekedar melihat keadaan Jungkook, ekspresi Yuna tetap sama. Ia bahkan nampak biasa saja.

Beberapa kali ia memeriksa Yuna. Berharap gadis itu setidaknya meneteskan air matanya. Ia ingin memastikan bahwa Yuna tidak memendam kesedihannya.

Yuna bahkan menangis saat bermimpi buruk tentang Jungkook beberapa waktu lalu. Namun anehnya, saat hal buruk dalam mimpinya benar-benar terwujud, ia malah nampak biasa saja. Gadis itu tetap memainkan ponselnya seperti tak terjadi sesuatupun. Junhoe bergerak mendekati tempat Yuna duduk di taman rumah sakit.

"Yuna-ya".

"Hmm".

"Kamu...baik-baik saja?".

"Eum! Tentu saja, hanya merasa agak mati rasa disini". Yuna menunjuk betis kanannya yang diperban.

"Tidak, maksudku..itu—".

"Kenapa? Jungkook?". Yuna menjeda kalimatnya.

"Kamu bingung kenapa aku justru biasa saja?". Junhoe diam.

"Apa aku harus menangis tersedu-sedu?". Junhoe menaikkan sebelah alisnya.

"Lalu Apakah dengan aku histeris, Jungkook akan tiba-tiba membuka matanya seperti dalam drama?". Yuna menundukkan kepalanya.

"Tidak June, aku memang shock tapi dengan menangis, tak akan merubah apapun. Dia akan pulih, aku yakin itu. Tapi aku tidak akan meratapinya lagi. Aku sedang berusaha menepati janjiku padamu bahwa aku akan meninggalkan mereka sendiria—".

"Choi Yuna!". Yuna terlonjak kaget, karena Junhoe membentaknya.

"Kau memang pengecut. Aku salah sudah mempercayaimu. Kau membuatku kecewa, Yuna-ya".

"Lalu aku harus bagaimana, June? Kamu belum tahu kan bagaimana sakitnya melihat orang yang kamu cintai terbaring diantara hidup dan mati seperti itu dan tak kuasa melakukan apapun? Kamu mungkin belum tahu juga rasanya ketika kamu sudah berusaha melepasnya namun ia malah seakan tak ingin lepas darimu. Kau—".

Junhoe tanpa kata langsung menarik Yuna ke dalam pelukannya. Mengelus rambut belakang gadis itu. Awalnya Yuna meronta-ronta, namun akhirnya ia nampak nyaman di pelukan Junhoe.

"Aku hanya tak ingin kamu menghancurkan dirimu sendiri seperti ini. Penyakit hatimu itu bisa menggerogoti jiwamu sedikit demi sedikit secara perlahan. Kita berteman bukan? Kamu bisa menangis di depanku, tak apa. Aku hanya akan diam mendengarkanmu tanpa mengomentari apapun. Bisakah kamu percaya padaku?".

Yuna mengangguk singkat.

"Terima kasih, June".
.
.
.

[END] It's You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang