Jam sudah menunjukkan pukul 02:50 dini hari,tapi dito masih belum bisa memejam kan matanya.
Jantung nya itu kembali nakal.
Dito merasakan dada nya sangat sesak dengan nafas yang memendek,berkali kali ia terbatuk hingga rasa nyeri menyerang sampai ke tulang rusuk nya dan juga sekarang kepalanya terasa berputar.
Berkali kali juga dito sudah mencoba untuk memejamkan matanya,mengabaikan rasa sakit yang ia rasakan,rasa sakit yang bisa merenggut nyawanya dengan mudah,tapi bukan nya berkurang rasa sakit itu malah semakin menjadi menyerang tubuh nya.
Dito mencoba bangun dari ranjang nya menuju kamar mandi dengan berjalan pelan pelan menjaga keseimbangan tubuh nya agar tidak sampai tumbang.
Hoek hoek
Dito terus berusaha memuntahkan isi perutnya sampai tidak sadar ia meneteskan air mata,mewakili rasa sakit yang benar benar menyiksa dirinya.
Sampai kapan ia akan terus seperti ini ? Merasa baik sebentar kemudian kondisi nya kembali turun.
Hoek
Dito kembali memuntahkan isi perutnya yang membuat dirinya semakin lemas melihat flek darah yang keluar dari mulut nya.
Dengan cepat ia membuka kran dan membasuh bekas muntahan nya itu,ia juga membasuh bercak darah di mulutnya.
Dito berusaha dengan keras untuk kembali ke ranjang nya,kembali dengan langkah yang sangat pelan menuju laci tempat dimana obat nya tersimpan dan meminum nya dengan cepat.
Setelah meminum obat nya kemudian dito langsung merebah kan tubuh ke ranjang dan membungkus tubuh ringkih itu dengan selimut tebal miliknya.
Berharap rasa sesak,juga rasa sakit di kepalanya menghilang ia kembali berusaha untuk memejamkan matanya.
Tapi sekuat apa pun ia berusaha untuk tidur,tapi tetap saja ia tidak bisa,ia butuh kea,ia butuh adik nya di samping nya
Tapi ia bisa apa,ia sama sekali tidak punya tenaga untuk berjalan ke kamar adik nya,tapi di balik ketidak berdayaan nya,ia berhasil menggapai ponsel yang berada di atas nakas,dengan cepat ia langsung menghubungi adik nya
Berkali kali ia menghubungi kea,tapi tak satupun panggilan itu di terima,dito mengerti karena saat ini semua orang sedang tidur,tidak ingin menyerah dito kembali menghubungi kea
"kenapa ?"tanya suara di seberang sana,khas suara seseorang yang baru bangun tidur
"adek"lirih dito memanggil adik nya lewat panggilan yang mereka lakukan
"kenapa ?"tanya kea sekali lagi
"adek"lirih dito tidak kuat untuk terlalu banyak bicara
Tut..tut..
Suara panggilan di akhiri sepihak oleh keaCklek..
Suara pintu kamar dito di buka dan menampakan kea dengan raut panik yang terlihat jelas di wajah nyaKea bertambah panik melihat obat obat dito berserakan di lantai di tambah dengan dito yang meringkuk kesakitan di atas kasur,keringat dingin sudah membanjiri pakaian yang ia kenakan
Kea berjalan menghampiri dito dengan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan,rasanya ia benar benar ingin menangis melihat kondisi kembaran nya yang saat ini benar benar mengkhawatirkan
"kenapa ? apa yang sakit ?"tanya kea ikut meringis melihat dito yang terus meringis kesakitan
"a dek se sak"keluh dito merasakan sesak di dadanya tak kunjung berhenti
Mendengar jawaban dito sontak kea langsung berlari mengambil tabung oksigen yang berada di sudut ruangan dan langsung memakaikan nya kepada dito untuk membantu pernapasan nya,selama ini tabung ini selalu berhasil membantu dito jika ia sudah tidak bisa bernafas
Selama alat itu membantu dito untuk bernafas,kea hanya bisa berdoa agar dito baik baik saja seraya menggenggam tangan kembaran nya itu dengan sangat erat,ia juga mengelus rambut kembaran nya itu dengan sangat lembut
"adek"panggil dito sangat pelan di balik masker oksigen yang terpasang di mulut nya,ia juga mengeratkan genggaman tangan adik nya
"kenapa ?"tanya kea benar benar lembut
"maafin abang"lirih dito kembali menitihkan air mata,mewakili semua beban yang ia rasakan
"abang ken----"
"maafin abang selalu nyusahin adek,abang benar benar minta maaf"ujar dito memotong ucapan kea, yang terdengar seperti bisikan
"kea mohon abang jangan gini,abang nggak salah,abang nggak pernah nyusahin kea,jadi kea mohon sama abang,abang jangan pernah merasa kalau abang nyusahin kea,abang juga jangan minta maaf sama kea,karena memang abang nggak salah"lirih kea menghapus bercak air mata di pipi kembaran nya
"kea mohon abang jangan nangis,abang tau kan kalau kea nggak suka lihat abang nangis,rasanya kea juga ingin nangis,jadi kea mohon abang jangan nangis lagi"kea berujar memohon agar kembaran nya berhenti menangis
Berkat masker oksigen yang terpasang di mulutnya akhirnya sekarang dito sudah bisa bernafas normal
"jangan di lepas"cegah kea melihat dito hendak melepaskan masker oksigen dari mulut nya
"abang udah nggak papa dek"ujar dito langsung melepaskan masker oksigen tersebut dari mulut nya
"tapi kea takut abang kenapa napa''lirih kea benar benar khawatir dengan dito
"abang nggak kenapa napa dek"ujar dito menyakinkan adik nya langsung memeluk tubuh adik nya begitu erat seraya menenggelam kan kepala nya ke ceruk leher adik nya
"termakasih adek selalu ada untuk abang,selalu ada di saat abang membutuh kan adek,terimakasih"ujar dito benar benar tulus,ia juga benar benar bahagia memiliki kea sebagai adik nya,adik yang selalu ada untuk nya,yang selalu menyayanginya walau dengan cara yang berbeda
"terimakasih juga karena abang sudah mau bertahan demi kea,kea benar benar berterima kasih,kea tidak tau apa yang akan kea lakukan jika abang pergi meninggalkan kea"
"abang tau,rasanya kea ingin pergi dari muka bumi ini saat kea melihat abang terbaring lemah di brankar rumah sakit,di tambah lagi dengan banyak nya jarum dan selang yang terpasang di tubuh abang,abang tau saat itu kea benar benar sedih,kea takut,kea takut abang akan pergi meninggalkan kea untuk selama lamanya,dan kea tidak ingin itu terjadi,kea sayang abang"kea juga berujar dengan sangat jujur kepada kembaran nya
Selalu seperti ini,kea akan terlihat sangat lemah setelah melihat keadaan kembaran nya yang seperti ini,keadaan dimana nyawa kembaran nya bisa di renggut kapan saja oleh penyakit nya
-----
Voment
Obral Typo
See You Next Part
BYE