SMA IV

1.1K 29 0
                                    

    Alex Mathius Octavianus, tahun ini berusia 17. Ia cowok berbadan tegap. Tubuhnya tinggi. Rambutnya model spike. Ia adalah salah satu andalan tim basket sekolah. Sekaligus merangkap posisi sebagai ketua OSIS. Ia salah satu teman akrab Bagas semenjak SMP. Alex juga cukup kenal dekat dengan Fariz. Karena Fariz adalah kapten basketnya. Alex juga cukup tahu permasalahan yang terjadi antara Fariz dan sahabatnya Bagas. Ia menganggap masalah itu hanya masalah sepele biasa. Percemburuan buta. Dan Alex selalu memanfaatkan tiap kesempatan untuk membujuk Bagas dan Fariz agar berbaikan kembali.

Alex adalah anak tajir kalangan kolomengrat. Ayahnya adalah seorang investor terbesar dari sebuah perusahaan minyak di Jakarta. Karena itulah kehidupan Alex selalu terpenuhi dan bergelimangan kemewahan. Namun, kendati begitu. Alex tetap merendah. Ia tak perlu menujukkan seluruh kekayaannya. Ia hanya perlu hidup sewajarnya. Semua itu berkat Bagas yang selalu mengingatkannya agar tampil sederhana. Itu pulalah alasan Alex menyukai kepribadian Bagas yang bersahaja dan tenang.

Di sebuah ruangan khusus yang biasa digunakan oleh para guru dan yayasan untuk mengadakan rapat, terlihat Alex sedang sibuk menjelaskan rencana persiapan menjelang festival sekolah tahun ini. Alex berdiri diujung meja panjang yang berisi beberapa anggota OSIS.

"Jadi, usahakan meminimalisir kesalahan apapun yang mungkin terjadi. Saya tak mengharap keteledoran apapun dari semua panitia. Saya harap, kalian semua memahami tanggung jawab masing-masing. Usahakan juga menyelesaikan semua pekerjaan kalian dengan tepat waktu. Gimana, ada pertanyaan?"

Tampak para penghuni disana sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka tak lupa mencatat semua jadwal dan persiapan yang harus diselesaikan. Tiba-tiba seorang cewek mengangkat tangan.

"Ya, ada apa?" Tanya Alex.

"Saya masih kekurangan data untuk kebutuhan peralatan apa saja yang harus disiapkan menjelang festival nanti. Saya berharap data itu diserahkan secepat mungkin," cewek itu menjelaskan panjang lebar.

Sesaat Alex memperhatikan cewek yang bertanya itu. Alex bisa melihat wajah cewek itu yang terlihat kusut. Kantung matanya lebam seperti kurang tidur. Juga sembab seperti habis menangis. Alex tampak prihatin, namun ia berusaha menfokuskan pada urusan utama.

"Baik, saya mengerti. Kamu bisa memintanya kepada panitia sesi peralatan dan konsumsi. Kalau-kalau ada yang kurang. Tolong yang bagian saya sebutkan barusan untuk menyerahkan seluruh data kalian kepada sekretaris kita, Gina. Apa kalian dengar?"

"Iya!" Para panitia yang bersangkutan menjawab bersahutan. Alex tersenyum. Gina yang ternyata merupakan Sekretaris OSIS, kembali duduk.

Alex kembali memperhatikan Gina yang tampak kelelahan dimatanya. Apa yang sebenarnya terjadi padanya, ya? Gue harap Bagas memiliki jawaban. Nanti gue tanyakan padanya, Alex membatin.

***

"Gas, buat festival nanti, kita mau bawa lagu apa aja?" Seorang cowok bertanya sambil mengelap gitar eletriknya. Bagas sesaat menoleh, dan matanya berpandangan pada personil lainnya. Disana ada Nick si Drummer, dan Anto sang Lead Guitar.

"Ng... gue pikir kita coba bawa lagu sendiri aja semua,"

Nick, Awan dan Anto saling berpandangan. Mereka mengangkat bahu. Awan kembali bicara,

"Gas, gue pikir, kita cukup bawa satu lagu sendiri, dan lagu bebas untuk yang lainnya. Gini-gini lagu kita masih baru. Dan belum banyak yang tahu. Ditambah, gue masih belum pede bawa lagu kita sendiri."

Bagas melirik sekilas. Ia kembali memeriksa setelan Bass dan Sound Systemnya. Sambil melakukan itu semua, ia balik berujar,

"Lo kalo emang nggak pede, buat apa selama ini kita latihan. Lagian, gue pikir, lagu-lagu kita nggak terlalu buruk juga. Lo harus membuktikannya dengan kemampuan vokal lo, wan."

SMA 2013 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang